Advertisement
Oleh : Yolanda Putri
Komunitas Seni Kuflet pada awal bulan November tahun 2021 baru saja melakukan sebuah pertunjukan di teater Arena Murshal Esten Institut Seni Indonesia Padang Panjang. Pada pertunjukan tersebut, Komunitas Seni Kuflet membawakan sebuah naskah dengan judul Kemerdekaan karya Wisran Hadi dengan disutradarai oleh Sulaiman Juned selaku salah satu dosen di jurusan teater sekaligus menjabat sebagai ketua jurusan di jurusan teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang. Tidak hanya itu, Komunitas Seni Kuflet itu sendiri juga berada dalam naungan Sulaiman Juned atau mahasiswa banyak memanggilnya dengan sebutan Adoen.
Bagi sebagian orang, memang sulit untuk sekarang menyaksikan sebuah karya seni apalagi seni pertunjukan teater secara langsung karena terkendala dengan adanya pandemi covid 19, yang saat itu masih sangat banyak tersebar di berbagai daerah maupun negara. Maka dari itu, banyak orang di luaran sana berinisiatif untuk mempermudah orang-orang agar bisa sama-sama menikmati suatu fenomena yang mereka tidak pernah lihat menjadi mereka lihat, seperti sebuah karya seni pertunjukan teater misalnya. Pertunjukan teater itu juga termasuk pada pertunjukan Kemerdekaan karya Wisran Hadi yang digarap oleh Sulaiman Juned dengan menjadikan Komunitas Seni Kuflet sebagai aktor pertunjukannya yang ditayangkan pada Channel Youtube Seni Kuflet dengan durasi yang tersedia di sana adalah sekitar 34 menit 37 detik.
Pada awal penayangannya, di Channel Youtube Seni Kuflet, diperlihatkanlah sebuah sinopsis dari naskah Kemerdekaan yang akan di mainkannya. Selanjutnya, mulai masuk pada pertunjukan dengan keadaan panggung yang masih gelap, sebuah musik pun mulai terdengar hingga cahaya lighting mulai memperlihatkan keadaan di atas panggung. Di mana, ada dua kain berwarna merah dan putih seperti menutupi sesuatu di dalamnya. Pada saat opening pertunjukan, maka kita akan disuguhkan dengan sekumpulan orang yang bermain tapuak galembong secara serentak. Lalu, setelah beberapa saat sekumpulan orang itu berhenti dan menghadap ke arah penonton sambil mengucapkan "Sekali merdeka tetap merdeka!" lalu kembali lanjut menepuk galembongnya dan perlahan meninggalkan area panggung.
Selanjutnya, pertunjukan pun menampilkan adegan seseorang yang berada di dalam kain berwarna merah dan putih memulai berdialog secara bergantian. Sekian saat berdialog dengan masih ditutupi kain maka secara bergantian juga para aktor tersebut mulai keluar dari kain yang membungkus tubuh mereka. Lalu kemudian, melanjutkan dialog nya. Pada saat aktor keluar dari dalam kain tersebut maka akan terlihat kostum yang para aktor gunakan. Di mana, mereka menggunakan kostum randai berwarna hijau dan oranye. Di sana, mereka membahas sebuah kemerdekaan, mereka harus berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan atau justru harus saling bunuh membunuh untuk mendapatkan kemerdekaan. Selain itu, cahaya lighting mulai dimainkan dengan pengaplikasian berbagai warna di atas panggung hingga mati. Setiap permainan cahaya lighting, maka di saat itu juga sekelompok orang yang masuk di awal mulai memasuki panggung kembali sambil menepuk galembong serta menyanyikan lagu kemerdekaan yang mereka tahu hingga membuat aktor yang menggunakan kostum randai berwarna orange terlena. Bahkan cahaya lighting pun dimainkan untuk menambah kesan menegangkan saat pertunjukan berlangsung dan pada saat mereka menyuarakan bahwa mereka ingin merdeka.
Selain itu, sering kali terjadi perdebatan antar aktor mengenai bagaimana semestinya agar mereka bisa mendapatkan sebuah kemerdekaan. Pada saat pertunjukan kita akan di suguhkan dengan musik salung sebagai pengiring aktor ketika berbicara. Sesekali juga aktor yang meliliti tubuhnya dengan kain memainkan kain itu dengan memanfaatkan lantai panggung untuk menciptakan sebuah suara dan bahkan menghentak-hentakkan kakinya agar menimbulkan suara. Selanjutnya, di pertunjukan naskah Kemerdekaan karya Wisran Hadi garapan Sulaiman Juned pada Komunitas Seni Kuflet, juga menyuguhkan perkelahian antar aktor tersebut.
Di sana, mereka seperti menggunakan gerakan silat lalu saling berkelahi dengan di dukung oleh cahaya lighting berwarna merah. Sehingga, di akhir pertunjukan nya aktor yang memakai kostum randai berwarna orange akhirnya gugur bersamaan dengan sekelompok orang yang bermain tapuak galembong karena ada suara tembakan yang memang mengenai mereka. Sedangkan aktor yang memakai kostum randai berwarna hijau perlahan bangun karena ternyata mereka masih hidup dan secara perlahan memperhatikan keadaan sekitar di mana banyak orang yang mati. Pelan-pelan mereka berjalan ke tengah panggung di mana terdapat sorot cahaya lighting berwarna putih redup yang langsung menyoroti mereka berdua kecuali para pemain yang gugur dengan di beri cahaya lighting berwarna merah redup.
Setelah beberapa saat, mereka berkata secara serentak sambil menghadap ke arah penonton, " ia telah menemukan kemerdekaan nya! " maka secara perlahan lampu makin redup dan kemudian mati. Panggung kembali gelap seiring berakhirnya pertunjukan naskah Kemerdekaan karya Wisran Hadi yang di garap oleh Sulaiman Juned selaku pendiri dari Komunitas Seni Kuflet di Padang Panjang.
Harapan Untuk Merdeka Kaum Pribumi
Seperti sinopsis pertunjukan naskah Kemerdekaan karya Wisran Hadi yang digarap oleh Sulaiman Juned yang menjadikan Komunitas Seni Kuflet sebagai aktor nya pada Channel Youtube Seni Kuflet. Di mana, pada awal pertunjukan di mulai maka akan di perlihatkan sebuah tulisan yang berisikan sinopsis dari pertunjukan yang akan segera di tayangkan pada di Teater Arena Murshal Esten tersebut. Yang mana isi dari sinopsis itu adalah :
"Siapa yang tak ingin merdeka,
Sebab kehidupan yang hakiki adalah "Kemerdekaan".
Siapa yang memahami makna "merdeka" sebab "kemerdekaan" ,
Sulit ditemukan dalam hidup ini. Siapa yang layak mendapatkan "merdeka"
Padahal "kemerdekaan" ada di ruang fikir dan zikir."
Berbicara tentang kemerdekaan akan menimbulkan perdebatan perdebatan yang sangat panjang dan tidak akan ada hentinya diperdebatan kan oleh siapapun. Karena dengan kemerdekaan maka setiap orang akan dituntut untuk bisa bijaksana saat mengambil sebuah keputusan yang akan mereka putuskan. Sebab, pada hakikatnya, setiap orang akan menginginkan sebuah perubahan dalam kehidupan nya tanpa di ganggu namun tanpa merugikan pihak manapun.
Maka dari itu, sebenarnya banyak sebuah kejadian atau fenomena yang bisa di angkat menjadi sebuah karya di masa depan. Ada banyak media yang akan siap di jadikan sebagai wadah dalam penampungan tiap karya yang tercipta. Seperti sebuah karya dengan judul Kemerdekaan karya Wisran Hadi yang mulai banyak di minati oleh sutradara-sutradara dan aktor di Indonesia, salah satunya adalah Sulaiman Juned. Beliau melakukan beberapa kali pertunjukan dengan naskah yang sama di tempat yang berbeda. Oleh karena itu, untuk saat ini saya akan membahas mengenai pertunjukan yang di garap oleh Sulaiman Juned dengan judul Kemerdekaan yang dilangsungkan di Teater Arena Murshal Esten ISI Padang Panjang.
Di dalam pertunjukan kita akan disuguhkan dengan permainan tapuak galembong sebagai pembuka dari pertunjukan tersebut di mana mereka menyanyikan lagu kemerdekaan. Karena pencahayaan yang kurang maka akan sedikit sulit untuk menyaksikan permainan galembong oleh sekelompok orang yang berada di atas panggung, mereka masuk dari sisi kanan dan kiri panggung. Panggung yang tidak terlalu luas pun menjadi penyebab sulitnya melihat para aktor atau pemain galembongnya secara keseluruhan. Akan tetapi, karena saya tidak ingin melewatkan pertunjukan tersebut begitu saja, maka saya pun berusaha untuk tetap fokus menonton pertunjukan nya.
Pertunjukan selanjutnya, memperlihatkan ke empat aktor yang sebelumnya berada dalam kain-kain yang ber warna merah dan putih, para aktor mulai berdialog membahas sebuah prahara besar yang membuat mereka sengsara perlahan. Selalu terjadi perdebatan perdebatan mengenai kemerdekaan. Mengenai bagaimana caranya mendapatkan kemerdekaan. Kenapa kemerdekaan belum juga tiba pada kehidupan mereka. Tak kala secara perlahan perdebatan perdebatan mencuak seiring dengan mereka yang saling menginginkan kemerdekaan satu dengan yang lainnya. Di mana mereka berkata, bagaimanakah semestinya mereka bisa memperoleh kemerdekaan tersebut. Apakah mereka harus saling bunuh membunuh untuk mendapatkan nya atau mereka harus sama-sama berjuang untuk mendapatkannya?
Pada saat berbicara aktor sering kali menguatkan volume suaranya sehingga terdengar pecak di pendengaran penonton. Mereka terlihat berusaha agar pencapaian emosi dapat dirasakan oleh penonton tanpa memperdulikan akibatnya. Pertunjukan di lanjutkan dengan para sekelompok orang yang bermain randai dengan masuk secara bersamaan namun perlahan untuk kembali menjadi background dari pertunjukan Kemerdekaan garapan Sulaiman Juned tersebut. Di mana, mereka melakukan gerakan berjalan melintasi panggung sambil menggerakkan anggota tubuh mereka. Dan untuk kali ini, pergerakan para pemain tapuak galembong itu bisa disaksikan dengan cukup jelas karena mereka memberikan sedikit jarak di atas panggung.
Kembali dilanjutkan dengan perdebatan perdebatan para keempat aktor untuk membahas cara mencapai kemerdekaan jika mereka saling membunuh atau bagaimana kalau ternyata mereka saling membunuh pun kemerdekaan tetap gagal mereka dapatkan? Maka bagaimana nasib orang-orang di sekitaran mereka jika seandainya mereka mati?
Lagi, yang menjadi permasalahan adalah ketika berdialog atau memulai perdebatan, maka suara aktor akan terdengar pecah sehingga aksen kalimatnya tidak terdengar dengan jelas oleh penonton. Di tambah dengan aktor yang menyandang kain di punggung nya sering kali memainkan kain tersebut karena sepertinya mengganggu pergerakan mereka ketika melakukan aksi di atas panggung. Selanjutnya, di akhir pertunjukan mereka akan melakukan perkelahian karena perbedaan pendapat yang sering kali terjadi pada mereka.
Pada saat perkelahian mereka kerap menggunakan gerakan silat lalu berkelahi satu sama lain. Sehingga beberapa saat ke empat aktor masih saja memperdebatkan kemerdekaan yang tidak ada habisnya. Sehingga pemain galembong tadi masuk ke dalam panggung dan dua orang aktor berbaju orange merasa senang karena merasa kemerdekaan itu semakin nyata dan mereka telah merdeka. Lalu tidak lama kemudian akan terdengar suara tembakan yang mengakibatkan satu per satu dari mereka gugur sebelum berjuang mendapatkan kemerdekaan. Kecuali aktor yang memakai kostum randai berwarna hijau, mereka yang ternyata masih hidup perlahan bangun dan mencoba melihat kesekitarnya di mana bangak yang telah gugur termasuk aktor yang memakai kostum berwarna orange. Secara perlahan aktor berkostum randai warna hijau berjalan ke tengah panggung yang terdapat sorotan lampu putih redup dan kemudian cahaya lighting di sekitar mereka berubah menjadi merah redup. Tidak lama dari itu mereka berbicara dengan menghadap pada penontonnya, "ia telah menemukan kemerdekaan nya!" perlahan cahaya pun meredup dan mati.
Permainan Lighting Pertunjukan Naskah Kemerdekaan
Pada saat pertunjukan berlangsung tentu saja kita dapat melihat permainan cahaya lighting yang mengiringi jalannya pertunjukan tersebut. Di mana, kita akan diperlihatkan dengan adegan awal yang mana akan di tampilkan cahaya lighting berwarna jingga untuk memulai pertunjukannya. Lalu setelah itu, permainan cahaya lighting yang beragam warna ketika masuk para pemain tapuak galembong. Lalu, untuk adegan berikutnya, akan ditampilkan pergantian cahaya lighting berwarna putih maupun biru ketika para aktor tidak berdialog dengan mengandung unsur emosional di dalam nya. Selanjutnya, akan ada permainan cahaya lighting lagi ketika aktor mulai mencapai puncak dramatik pertunjukan nya yang menampilkan cahaya lighting berwarna merah dan itu berlanjut hingga perkelahian mereka. Lalu perlahan lampu meredup dan menyorot ke tengah panggung dengan warna putih redup dikelilingi cahaya lighting berwarna merah redup yang kemudian, semua lighting perlahan mati.
Permainan lighting ini cukup menarik dan pas ketika di gunakan di atas panggung. Karena dapat mendukung jalannya sebuah cerita agar sampai pada penonton. Terutama untuk menambah kesan yang bagus bagi pertunjukan nya. Hanya saja, cahaya lighting yang terlalu redup justru menyulitkan sebagian penonton karena pandangan merela ke aktor yang ada di atas panggung akan terbatas. Maka untuk itu, alangkah baiknya jika penata lighting atau si penggarap setidaknya memberikan arahan agar cahayanya dapat lebih diterangkan lagi tanpa menghilangkan kesan menegangkannya.
Tetapi, sebagai penikmat seni kita harus bisa mengapresiasi kinerja semua orang yang ikut terlibat di dalam proses pertunjukan naskah Kemerdekaan karya Wisran Hadi ini. Karena ini akan menambah capaian-capaian positif yang akan didapatkan oleh si penggarap tersebut. Tentu hal ini bisa menjadi energi positif bagi setiap orang agar lebih bisa menghargai karya orang lain untuk pembuktian diri mereka bahwa mereka mampu berada di posisi orang yang layak untuk di perhitungkan.
Pembahasan mengenai menghargai orang lain ataupun karyanya bukan lah persoalan yang hanya di bahas sekali dua kali tetapi bisa terjadi secara berkali-kali jika kita bisa melihat ke berbagai kejadian yang ada di sekitar kita. Sebagai sesama manusia yang di beri akal untuk bisa berfikir, setidaknya kita bisa melakukan evaluasi untuk diri kita bahwa menghargai sesuatu itu adalah mutlak dan seharusnya dilakukan oleh siapapun itu. Tetapi memang akan ada saja orang-orang yang tidak bertanggup jawab justru berusaha untuk menjatuhkan kepercayaan diri seseorang dalam membuat sebuah karya.
Sebenarnya tidak ada salahnya jika kita mengkritik suatu hal jika itu memang perlu di kritik. Karena pada dasarnya, tidak akan ada sebuah karya yang mencapai titik sempurna sehebat apapun pemainnya. Tetapi untuk mengkritik kita juga harus bisa memilah kalimat tanpa menyinggung perasaan orang lain. Hargai selagi kita juga ingin dihargai.