Kritik Teater: Monolog Cermin oleh Teater EMKA -->
close
Pojok Seni
27 June 2022, 6/27/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-06-27T01:00:00Z
Resensiteater

Kritik Teater: Monolog Cermin oleh Teater EMKA

Advertisement
Monolog Cermin oleh Teater EMKA



Oleh: Deb Kurniawan


pojokseni.com - Naskah monolog cermin karya Nano Riantiarno ini menceritakan seorang suami yang menikah dengan seorang perempuan bekas pelacur. cermin yang digunakan sebagai judul mungkin di sini pengarang bermaksud melalui tokoh laki- laki yang diibaratkan seperti cermin. Tokoh laki- laki yang dalam cerita berperan ganda sebagai tokoh utama dan berperan pula menggambarkan tokoh- tokoh yang lainnya. Melalui penggambaran masa lalunya  yang kelam ia mendeskripsikan kejadian – kejadian yang telah ia alami, bahkan tokoh utama seakan tidak percaya dengan kenyataan yang dialami, bahkan tokoh utama seakan tidak percaya dengan kenyataan yang dialaminya bahwa ia seorang diri bisa melakukan semua peristiwa ini. Seperti mencerminkan masa lalu yang telah terjadi itulah mungkin maksud pengarang yang hanya menggunakan satu tokoh dalam cerita drama yang berjudul cermin ini.  


Drama cermin mengisahkan perjalanan seorang laki-laki yang akan mengalami hukuman mati setelah peristiwa yang telah ia lakukan. Masa lalu yang kelam yang mungkin tokoh laki – laki tidak percaya bahwa ia telah melakukannya, membunuh 6 orang dan melukai 3 orang. Seperti seorang pembunuh profesional yang telah melakukannya, dengan mudah menghabisi targetnya, namun itu bukan dan sangat berbeda dengan Tokoh laki – laki yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan bahkan sampai berani mengakhiri hidup seseorang. 


Semua bermula ketika tokoh laki – laki menikahi wanita yang bernama Su, yang merupakan mantan pelacur. Bahkan su masih terus melacur walaupun ia sudah menikah dengan tokoh laki- laki. Su terus melakukan kegiatan laknat itu, bukan hanya dengan satu orang namrt lebih. Ia melakukannya bukan karena cinta, sebab cinta dan sayangnya hanya untuk tokoh laki-laki. Awal mula tokoh laki-laki memang menerima  kenyataan yang dilakukan istrinya itu anaknya menanam benih pada rahim istrinya. Itu semua terlihat dengan perbedaan paras dan ciri-ciri fisik dari ketiga anaknya. Seperti air yang sedang dipanaskan dalam suhu kecil namun ketika  suhu air lama – kelamaan akan mencapai puncaknya, begitu pula dengan tokoh laki-laki akibat perlakuan istrinya yang seperti tidak menganggap dirinya, memperlakukan seperti bukan manusia, itu membuat geram dan memunculkan kemarahan pada tokoh laki-laki dan terjadilah peristiwa berdarah itu. 


Monolog Cermin oleh Teater EMKA


Pertunjukan naskah monolog cermin karya Nano Riantiarno yang dipentaskan oleh Teater EMKA pada tanggal 8 Januari 2022. Pertunjukan ini secara online yang ditayangkan di channel youtube teater EMKA. Pementasan yang disutradarai oleh Dewa Adhya Satria, dan pimpinan produksi TimHa Ayu Puspa ini mengadaptasi naskah cermin dengan sudut pandang tokoh perempuan yang dibunuh oleh suaminya karena, ia bekerja sebagai seorang pelacur. Pada awalan pertunjukan ini atau yang biasa kita sebut sebagai opening dalam sebuah pertunjukan dari segi keaktoran terlihat seorang perempuan yang berdiri didepan kaca sambil mengucapkan dialog, dan terlihat seperti kata sutradara yang di atas dia mengadaptasi naskah ini di bagian awal dan menambah beberapa dialog pada tokoh yang diperankan oleh perempuan. 


Dari segi garapan sutradara kalau menurut saya sudah berhasil menggarap sebuah naskah monolog di kalangan siswa atau siswi tingkat SLTA sederajat, tetapi menurut pandangan saya dari segi keaktoran dan segi berdialog sutradara maupun aktor kurang berhasil. Kenapa saya katakan demikian, karena dari awal pemeran/aktor tersebut berdialog mengeluarkan intonasi  yang sama dari awal sampai akhir. Selain dari segi berdialog, walaupun pertunjukan ini ditonton secara online tetapi sutradara harus memperhatikan bloking yang baik bagi aktor dan tidak merugikan diri aktor tersebut. Selain itu dari dilihat dari segi rancangan artistik dalam pertunjukan sedikit tidak sesuai, kenapa demikian terlihat di sudut sebelah sudut ruangan kanan penonton  dibuat dari kayu, dan sebelah kanan dari bahan semen, kalau bisa sutradara juga harus mempertimbangmem dari segi artistik dari memberi saran bagi perancang artistik supaya tidak terjadinya komunikasi yang kurang. 


Selain itu logika – logika dalam panggung harus diperhatikan supaya penonton tidak bingung, seperti hand properti yang digunakan aktor yaitu anak, kenapa harus menggunakan pot bunga, kenapa tidak menggunakan boneka saja supaya terlihat lebih realistis. Tetapi dari segi musik mendukung emosional seorang aktor dan menurut saya rasa atau yang sering kita sebut feel sudah dapat. Mungkin dari segi alur dalam naskah cermin ini yang sudah diadaptasi oleh sutradara terlihat tidak beraturan, hal ini terlihat dari segi dialog yang disampai oleh tokoh yang diperankan. Dari awal sampai akhir naskah ini dipertunjukan terlalu monoton dan tidak ada perubahan dialog yang diucapkan oleh tokoh yang diperankan. Dan cermin yang dijadikan properti tidak ada respon dari seseorang aktor dan hanya menjadi property panggung saja.

Ads