Gudskul Ekosistem Gelar Jagakarsa Hingga 100 Hari -->
close
Pojok Seni
16 June 2022, 6/16/2022 07:30:00 AM WIB
Terbaru 2022-06-16T00:30:00Z
Artikelevent

Gudskul Ekosistem Gelar Jagakarsa Hingga 100 Hari

Advertisement
Salah satu kegiatan di ruang Gudskul
Salah satu kegiatan di ruang Gudskul

PojokSeni.com/Jakarta - Dari 18 Juni - 25 September 2022 mendatang Gudskul Ekosistem akan membuka rumahnya untuk kawan-kawan lama, kawan-kawan baru, dan publik secara umum. Kegiatan semi festival, semi ngumpul-ngumpul bareng atau nongkrong ini diberi tajuk 100 Hari Jagakarsa. Secara sengaja, waktu penyelenggaraan 100 Hari Jagakarsa dipilih berbarengan dengan waktu penyelenggaraan documenta fifteen di Kassel, Jerman. 


“Selain memang sekarang kita sudah bisa melakukan kegiatan kumpul-kumpul degan lebih bebas dibandingkan dengan tahun lalu, kami juga ingin merayakan keterlibatan Gudskul di documenta fifteen. Apalagi, yang membanggakan, ruangrupa yang merupakan bagian dari keluarga besar Gudskul Ekosistem adalah artistic director dari perhelatan itu,” ujar Sigit Budi S, koordinator 100 Hari Jagakarsa. documenta sendiri merupakan pameran seni rupa kontemporer internasional yang prestisius. Selama 100 hari, documenta menyatukan seniman, pekerja budaya, serta pengunjung. documenta telah dianggap selalu berhasil menjadi satu tolak ukur seni kontemporer dunia, juga cerminan isu-isu sosial terkini. 


“Kegiatan kami ini juga semacam transit buat teman-teman seniman Indonesia yang berpartisipasi di documenta fifteen. Nanti, ketika mereka pulang dari Kassel, kami akan undang mampir sebentar ke Jagakarsa untuk nongkrong, ngobrol-ngobrol sambil berbagi cerita,” tambah Rahimah Zulfa, alumni IKJ yang juga PIC untuk 100 Hari Jagakarsa. 


Diketahui tidak kurang dari 10 partisipan asal Indonesia berpartisipasi di pameran internasional yang dilaksanakan lima tahun sekali sejak 1955 itu. Mereka terdiri dari seniman individual dan kolektif. Di antaranya Jatiwangi art Factory dari Majalengka, PM Toh dari Jakarta, Nasida Ria dari Semarang, Lumbung Indonesia serta Taring Padi dari Jogjakarta. 


Namun demikian, konsentrasi utama dari 100 Hari Jagakarsa adalah kesaling-hubungan antara aktivitas Gudskul Ekosistem di Kassel dan rumah mereka di Jagakarsa. Publik yang main ke Gudskul di Jagakarsa selama 100 Hari Jagakarsa secara langsung mau pun tidak langsung akan mengalami dan merasakan beberapa program yang dilaksanakan kolektif seni yang dibentuk oleh tiga kolektif di Jakarta ini. Selain itu, sedikit banyak informasi tentang documenta maupun documenta fifteen pun akan tersaji untuk para pengunjung. 


100 Hari Jagakarsa akan diwarnai oleh pelbagai aktivitas yang selama ini sudah sering dilakukan Gudskul Ekosistem mau pun komponen-komponen yang ada di dalamnya seperti Serrum, ruangrupa, Grafis Huru Hara, Ok.Video, rururadio, dan lain-lainnya. Kegiatan itu antara lain pameran, pertunjukan, diskusi, lokakarya, dan–utamanya–nongkrong-nongkrong. Yang juga menarik, Gudskul Ekosistem juga mengundang teman-teman dan publik secara umum untuk mengaktivasi ruang dan mengkreasi kegiatan.


“Selama 100 hari nanti, kami mengundang teman-teman semua untuk mengaktivasi ruangan-ruangan di Gudskul. Jadi, perhelatan 100 Hari ini tidak hanya diisi oleh program-program dari Gudskul Ekosistem saja. Harapan kami, selama 100 hari ini teman-teman bisa mengisi dan menggunakan tempat serta fasilitas yang ada di kami. Programnya pun tidak perlu mesti sama dengan tema yang kami angkat. Kami menunggu teman-teman untuk mengisi dan membuat program di 100 Hari Jagakarsa,” tambah Budi Setiawan, salah satu anggota Gudskul Ekosistem. 


“Sifat dari 100 Hari Jagakarsa ini adalah festival yang terus berkembang. Kami tidak punya rencana fiks untuk 100 hari itu akan diisi apa saja. Saat ini kami setidaknya sudah fiks dengan perhelatan selama dua minggu awal. Selanjutnya, nanti kita lihat perkembangannya,” jelas Wacil Wahyudi, koordinator venue Gudskul Ekosistem. 


Untuk tema dari 100 Hari Jagakarsa, Gudskul Ekosistem mengangkat konsep lumbung, sebuah konsep yang diadopsi dan dimodifikasi dari tradisi agraris Indonesia dan sudah dipraktekan sejak 2016 oleh Gudskul Ekosistem yang ketika itu masih bernama Gudang Sarinah Ekosistem dan menempati Gudang Sarinah, Pancoran, Jakarta Selatan. Konsep ini terus diperbaharui dan dimodivikasi hingga kini ketika mereka menetap di Jalan Durian Raya, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bukan kebetulan, konsep lumbung ini juga yang dibawa dan diperkenalkan ruangrupa pada publik seni rupa kontemporer internasional melalui perhelatan documenta fifteen ini. 


Gudskul bikin Sekolah di documenta fifteen 


Untuk documenta fifteen di Kassel Jerman sendiri, Gudskul akan membuat sekolah kolektif dalam ruang Museum Fridericianum, yang terdiri dari berbagai ruang pertemuan dan tempat tinggal, seperti Dormitory, Gudkitchen, dan Gudspace. Juga terdapat berbagai karya interaktif berbasis permainan seperti Collective Card, Speculative Collective Board Game, Nongkrong Chess, dan Temujalar Digital Station. Di ruangan ini akan banyak diseminasi pengetahuan dalam bentuk buku, video, mural yang menggambarkan bagaimana mekanisme ekosistem Gudskul bekerja. 


Gudskul mengusung konsep temujalar. Konsep ini diambil dari falsafah rimpang (Rhizome) dengan tujuan untuk mengkoneksikan gagasan, pengalaman, pengetahuan, pertemanan agar antar kolektif dapat saling bertemu dan menjalar. Melihat ekosistem documenta lima belas sebagai sumber pengetahuan, Gudskul mencoba untuk mengelola pengetahuan tersebut sebagai sebuah sekolah, yang merupakan kelanjutan dari metode pedagogis seni eksperimental dalam praktik kolektif dan kolaboratif yang telah dilakukan oleh Gudskul sejak angkatan pertama pada tahun 2018.


Peserta Sekolah Temujalar atau Studi kolektif angkatan ke lima ini terdiri dari kolektif-kolektif seni di Indonesia, Malaysia, Australia, dan Hongkong. Peserta akan menjalani proses pembelajaran kolektif kritis yang mengedepankan pentingnya dialog spekulatif dan berorientasi solusi melalui praktik langsung dan pembelajaran berbasis pengalaman. Berawal dari kultur nongkrong di Indonesia, di mana orang-orang dari berbagai kalangan dapat duduk bersama dalam lingkaran tanpa tujuan dan batasan waktu tertentu, berbagi cerita dan pengetahuan, menciptakan waktu bersama dan tempat yang aman. 


Untuk melampaui Sekolah Temujalar, Gudskul juga membuat platform digital Temujalar (temujalar.art) yang didasarkan pada gagasan bahwa platform online memungkinkan pertukaran pengetahuan melintasi batas geografis dan zona waktu (di luar documenta fifteen). Ketimpangan kesempatan mobilitas fisik bagi banyak orang (yang bisa disebabkan oleh pandemi, peraturan visa masing-masing negara, kurangnya subsistensi, dukungan institusional dan akses) telah membuat internet menjadi pintu gerbang bagi para seniman untuk saling terhubung. 


Hal-hal ini juga akan didapatkan para pengunjung selama 100 Hari Jagakarsa. 


“Konsepnya kami memang mirroring. Apa yang dibawa ke Kassel tetap mesti bisa dinikmati publik di Jakarta, di rumah kami,” ujar Irvin Domi, gallery keeper RURU Gallery. 


“Kami juga akan secara reguler, seminggu sekali atau dua minggu sekali, akan mempublikasikan apa yang sudah terjadi di 100 Hari Jagakarsa dan apa yang akan datang di dalam perhelatan ini,” tambah Shelda Alienpang yang kesehariannya mengurusi RURU Shop di Gudskul Ekosistem. 


Jadi, jangan lupa untuk terus update info tentang 100 Hari Jagakarsa di website gudskul.art, instagram @gudskul. Selain bisa mendapatkan informasi kegiatan apa saja, publik juga terbuka untuk mengkreasi sesuatu di dalam perhelatan selama hampir empat bulan itu. 


Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Budi di +62 813-9466-1335 dan Zulfa di +62 895-0758-5892.

Ads