Advertisement
pojokseni.com - Pengkajian naskah drama tentunya mesti dianalisis untuk mendapatkan apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari penulisan naskah tersebut. Selain dilakukan oleh pengkaji, analisis naskah juga mesti dilakukan oleh sutradara hingga aktor pementasan agar dapat mementaskan drama sesuai dengan yang direncanakan.
Ketika Anda sedang mencoba menganalisa sebuah naskah (teks) maka akan muncul jejaring konteks di sekitar teks tersebut. Setiap konteks akan memengaruhi interpretasi teks yang akhirnya memengaruhi hasil pemaknaan terhadap naskah tersebut. (Lebih lengkap baca di artikel ini: Teks Pertunjukan dan Jejaring Konteks yang Bermunculan di Sekitar Teks)
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mengkaji naskah drama. Berikut beberapa pendekatan untuk pengkajian naskah drama yang bisa Anda gunakan.
Pendekatan Objektif
Menurut Mursal Esten, pendekatan objektif dalam pengkajian naskah drama dilakukan dengan mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan struktur naskah drama tersebut. Karena itu, pendekatan objektif dilakukan dengan pengkajian struktural dan struktural semiotik.
Apa saja yang dikaji dan dianalisis dari naskah drama dengan pendekatan objektif? Beberapa di antaranya ialah plot (alur), setting atau latar, pusat pengisahan, penokohan (karakterisasi), dan tema. Pertama, pengkaji mencari tema pokok (premis) dalam naskah drama tersebut. Apa yang menjadi persoalan utama atau pemikiran dari naskah tersebut.
Kemudian, analisis berlanjut ke latar, alur, penokohan, gaya bahasa, dan sudut pandang. Hal-hal tersebut didapatkan dari rangkaian dialog, peristiwa, dan hal-hal lain yang tertulis dalam naskah.
Konstantin Stanislavsky menyebut tentang given circumstances (suasana terberi) yang didapatkan dari analisis naskah. Hal itulah yang mesti didapatkan dari pendekatan objektif ini. Apa saja latar waktu, tempat, dan suasana dari naskah tersebut? Juga, bagaimana karakter setiap orang yang ada di naskah tersebut? Apa yang paling ingin disampaikan atau dicapai oleh setiap karakter?
Pendekatan Mimesis
Pendekatan mimesis ialah pengkajian dengan memperhatikan sosiologi sastra dari naskah tersebut. Kebanyakan karya sastra (termasuk di antaranya naskah drama) adalah respon dari seorang penulis terhadap situasi sekelilingnya. Bisa berbentuk kritik sosial, maupun bentuk lainnya.
Karena itu, perkembangan sosiokultural, sosio-politik, dan sebagainya yang terjadi di saat karya itu ditulis menjadi pijakan utama terhadap pendekatan mimesis. Setiap pengkaji akan menelusuri terlebih dulu, apa yang terjadi di tempat dan waktu ketika naskah itu ditulis untuk mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya.
Pendekatan Ekspresif
Menurut Atar Semi, pendekatan ekspresif ialah pendekatan pengkajian naskah drama dengan lebih fokus pada upaya si penulis untuk mengekspresikan ide-idenya ke naskah tersebut. Karena itu, pendekatan ekspresif akan sellau dekat dengan latar belakang penulisnya.
Lewat pendekatan ini, juga akan dikaji unsur-unsur interinsik di dalam naskah tersebut selayaknya pendekatan objektif. Namun, pada akhirnya, hal tersebut akan dikaitkan dengan diri pengarang tersebut. Psikologis pengarang menjadi hal yang penting bagi pengkaji, begitu juga biografi, kebiasaan, hal-hal yang mempengaruhi kekaryaan, serta penafsiran pemahaman drama tersebut.
Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik lebih menitikberatkan pada resepsi sastra dan intertekstual. Sebelumnya, terkait resepsi sastra, Anda bisa membaca selengkapnya di artikel ini Teori Resepsi: Ketika Pembaca Mengambil Alih Kekuasaan Pengarang.
Secara ringkas, kita bisa mengatakan bahwa pendekatan pragmatik dalam pengkajian naskah drama sangat menitikberatkan pada peranan pembaca naskah tersebut.
Alternatif Pendekatan Lain
Ada juga naskah drama yang lebih tepat untuk diapresiasikan dengan pendekatan lainnya. Misalnya menggunakan pendekatan feminisme, bila naskah tersebut lebih mengusung tentang feminisme. Atau, pendekatan postmodernisme, untuk naskah avantgrade. Atau, bisa juga menggunakan pendekatan -isme lainnya, bila hal itu dianggap lebih cocok dengan apa yang terkandung di naskah tersebut.
Terakhir, namun cukup penting, bahwa proses pembacaan terhadap karya sastra (termasuk karya seni lainnya) merupakan proses dialektika antara pembaca dengan teks. Karena itu, ada dua jenis pembacaan yang dipaparkan oleh Michael Rifaterre, yakni pembacaan heuristik dan retroaktif.
Terkait pembacaan heuristik dan retroaktif, bisa Anda baca lebih lengkap di artikel ini: Dua Jenis Pembacaan Karya Seni: Heuristik dan Retroaktif