Tips Menulis Dialog yang Membangkitkan Imajinasi dan Suasana -->
close
Pojok Seni
18 March 2022, 3/18/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-03-18T01:00:00Z
ArtikelUlasan

Tips Menulis Dialog yang Membangkitkan Imajinasi dan Suasana

Advertisement
tips menulis dialog di novel


PojokSeni - Di salah satu media sosial, ada pertanyaan yang cukup menarik. Yakni, bagaimana cara menulis dialog (novel dan cerpen) agar lebih terasa nyata, sehingga mampu membangkitkan imajinasi pembaca tentang interaksi dan suasana tokoh saat berdialog.


Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita mulai dari bagaimana cara membangun suasana? Kalimat tentunya terdiri dari banyak bagian yang memiliki fungsi tersendiri. Dan bagian-bagian, unsur tersebut yang akan mendukung makna/pesan yang akan diungkapkan penulis.


Untuk menyampaikan gagasan secara utuh lewat kalimat membutuhkan perhitungan yang tepat. Perhitungan yang dimaksud ialah kata apa yang digunakan dalam kalimat, bentuk kalimatnya pasif atau aktif, serta pilihan diksi. 


Ada banyak yang berkata bahwa menulis kalimat tersebut membutuhkan "rasa". Bisa jadi iya, namun pengetahuan terkait bahasa lebih dominan untuk mengungkapkan makna lewat kalimat.


Untuk contoh, lihat contoh kalimat berikut ini:


Beberapa orang yang datang kemarin ketika jenazah Pak Amir belum dimakamkan terlihat begitu mencurigakan.


Kalimat itu ditujukan agar pembaca ikut mencurigai orang-orang yang datang. Maka tujuan kalimat itu bukan sekedar menggambarkan kecurigaan penulis, tapi ingin memberi kadar seberapa curiga penulis/tokoh dalam tulisan tersebut.


Sekarang, kita memerlukan kalimat lain untuk menjelaskan lebih detail. Apa saja yang perlu dijelaskan?


  • Kenapa mencurigakan?
  • Apa saja gerak-gerik yang mencurigakan?
  • Siapa yang paling mencurigakan?
  • Dan seterusnya.


Saat ini, mungkin beberapa penulis akan menyertakan dialog. Dialog tersebut akan lebih hidup bila dituliskan dalam kalimat langsung, alias menggunakan tanda kutip.


Misalnya, bila Anda menggunakan kalimat berikut:


"Apa yang telah kau lakukan malam kemarin, tepat di saat pak Suroso meninggal?" Tanyaku pada Jhoni.


Kalimat tersebut akan lebih hidup dan menyampaikan makna ketimbang ditulis dengan kalimat tidak langsung. Seperti ini:


Aku bertanya pada Jhoni, apa yang telah dilakukan pada malam kematian Pak Suroso.


Agar suasana lebih terasa nyata, maka Anda bisa saja menggambarkan detail ekspresi dan apa yang dirasakan/dilakukan oleh para tokoh. Hal itu kita sebut saja sebagai "given circumstance" alias suasana terberi (meminjam istilah Konstantin Stanislavsky).


Berikut contoh kalimat yang bisa digunakan untuk melanjutkan kalimat di atas:


"Apa yang telah kau lakukan malam kemarin, tepatnya ketika malam kematian pak Suroso," aku bertanya tiba-tiba pada Jhoni.


Ia tampak kaget, nyaris tak mampu menguasai dirinya. Bahkan, ia sempat tergagap di awal sebelum mampu menjawab dengan perlahan. "A-aku, eh, aku, iya seingatku, aku menonton televisi di rumah, sendirian."


"Apa yang kau tonton?" Tidak kubiarkan dia mendapatkan kesempatan untuk berpikir menyiapkan jawaban bohong.


"Ah, iya, berita selebritis. Suaminya Fulanah meninggal tiba-tiba, iya, itu ada di infotainmen, aku menonton itu," ia tampak gagap. Bahkan, tangannya yang memegang erat ponsel itu tampak bergetar.


"Haha, terima kasih jawabanmu. Kau tahu, tidak ada berita selebriti yang disiarkan pukul delapan malam," sambil kuberikan sedikit senyum simpul. "Kau telah berbohong!"


"Ah, iya, ah aku tertidur rasanya pukul delapan. Iya, aku tertidur sendirian."


Nah, itu tadi tips untuk membuat dan membangun dialog yang terasa lebih hidup di dalam tulisan. Mudah-mudahan tips tersebut membantu.


Tulisan ini berasal dari jawaban Adhyra Irianto untuk pertanyaan "Bagaimana Cara Menulis Dialog Novel agar Terasa Nyata?". Baca jawaban tersebut di link ini >> Jawaban Adhyra Pratama Irianto untuk pertanyaan Bagaimana Cara Menulis Dialog Novel agar Terasa Nyata.

Ads