Pengalaman Estetis: Kesenangan Menyaksikan Objek Keindahan Menurut Hutcheson -->
close
Pojok Seni
29 March 2022, 3/29/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-03-29T01:00:00Z
ArtikelEstetika

Pengalaman Estetis: Kesenangan Menyaksikan Objek Keindahan Menurut Hutcheson

Advertisement
Pengalaman estetis


PojokSeni.com - Ada sebuah teori yang bisa digunakan untuk evaluasi objektif terhadap seni, bernama "indra dalam" atau inner sense. Teori ini dipaparkan oleh Francis Hutcheson, seorang filsuf yang memberikan banyak sumbangan pada perkembangan filsafat seni dan estetika.


Sebelumnya, teori yang serupa juga dipaparkan oleh Earl of Shaftesbury, seorang bangsawan dan ilmuwan asal Inggris yang menulis pemaparannya tentang estetika dalam buku berjudul The Moralist: A Philosopical Rhapsody. Namun, Hutcheson memberikan sebuah penawaran yang baru. Ia memaparkan bahwa indra dalam ditujukan untuk mempersepsi keindahan dan kebaikan dari sebuah karya seni. 


Namun, tidak seperti Shaftesbury yang cukup menekankan "indra seni" khususnya panca indra dan rasio, Hutcheson justru memberi ruang yang lebih besar pada persepsi estetis. (Baca penjelasan tentang apa itu persepsi estetis di artikel bertema Persepsi Estetis")


Pemaparan Hutcheson dimulai dari pertanyaan tentang "apa proses yang mengiringi persepsi estetis pada objek yang indah?" Maka, pertanyaan berikutnya adalah, apakah sumber (baik subjektif maupun objektif) dalam perasaan tersebut? Bermula dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, Hutcheson mulai menganalisa dan membedah perasaan (persepsi estetis) yang didapat seseorang ketika memandang (atau menonton) sebuah objek estetis.


Hasilnya adalah, ada dua jenis perasaan "senang" yang dimiliki manusia. Pertama, disebut oleh Hutcheson sebagai kesenangan indrawi. Kedua, disebut sebagai kesenangan rasional. Apa perbedaan keduanya? 


Kesenangan Indrawi, Kesenangan Rasional, dan Persepsi Estetis


Kesenangan indrawi adalah kesenangan yang didapat dari panca indra. Baik melihat, mendengar, merasakan (dengan kulit atau lidah), mencium, dan sebagainya. Hal inilah yang disebut Hutcheson sebagai kesenangan "indra luar".


Kesenangan rasional adalah kesenangan yang didapatkan lewat proses perenungan intelektual (kontemplasi), atau proses pengejaran kepentingan diri.


Namun ternyata kedua jenis kesenangan tersebut menurut Hutcheson berbeda dengan kesenangan yang didapatkan ketika melihat karya seni atau objek keindahan. Itulah yang disebut "persepsi estetis". Sebelumnya, dalam artikel berjudul "Apakah Perasaan juga Sebentuk Pengetahuan", sudah dijelaskan pendapat Dufrene tentang "perasaan a priori" atau pra pengalaman.


Persepsi estetis inilah yang menurut Hutcheson "kesenangan" yang berbeda dengan kesenangan indrawi dan kesenangan rasional. Ia adalah jenis "kesenangan" yang berdiri sendiri, bukan karena sekedar tangkapan indrawi, juga bukan hanya tangkapan rasio. Karena itu, Hutcheson mempostulasi ada sejenis "inner sense" alias indra dalam yang digunakan untuk mengapresiasi karya seni.


Sebab, menurut Hutcheson, seseorang yang indra luarnya (panca indra) berfungsi dengan sempurna, belum tentu bisa menangkap atau mendapatkan kesenangan ketika berhadapan dengan objek estetis. Kemudian, ada juga jenis keindahan yang butuh perenungan, tapi tetap melibatkan indra. 


Kesenangan yang dimaksud ini muncul sendiri dari dalam tubuh manusia secara alamiah. Sesuai dengan pengalaman, dan pengetahuannya. (Baca artikel kaitan antara Rasa dan Rasio


Tidak hanya itu, kesenangan jenis ini juga bisa membuat seseorang yang sebelumnya berbahagia, bisa tiba-tiba menitikkan airmata. Begitu juga seseorang yang bahagia, tiba-tiba bisa tertawa bahagia setelah berhadapan atau menyaksikan sebuah objek keindahan. Kesenangan tersebut juga bersifat "langsung" meski mungkin berlawanan dengan rasio atau logikanya. Juga ada kesenangan yang didapatkan tanpa harus melibatkan pengetahuan, seperti mendengarkan musik membuat seseorang lebih bersemangat, dan seterusnya.


Maka, kesenangan yang satu ini disebut sebagai pengalaman estetis. Sebuah jenis kesenangan yang berbeda dengan kesenangan rasional, dan kesenangan indrawi. Pemikiran Hutcheson ini juga memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam perkembangan filsafat estetika.

Ads