Advertisement
pojokseni.com - Apa itu melodrama? Dalam pelajaran teater, bahkan sastra, melodrama sering disebutkan, namun masih belum terbayangkan bagaimana bentuk pementasan Melodrama.
Secara umum melodrama sering diartikan sebagai sebuah pertunjukan drama dengan karakter dan peristiwa yang "dilebih-lebihkan" untuk menghadirkan sensasi yang lebih. Seperti bila Anda pernah menangis histeris karena baju kesayangan Anda terkena cat, itu melodramatik. Meski demikian, berlebihan di sini ditujukan untuk menjadikan penonton lebih menikmati pertunjukan secara emosional, bukan hanya lucu atau guyonan.
Ciri khas lain dari pertunjukan melodrama ialah tidak ada karakterisasi yang kuat dari para pemerannya. Bisa dikatakan keaktoran yang kuat itu bukan ciri dari melodrama. Karena di melodrama, justru karakter digambarkan dengan karakter yang stereotip. Terutama, untuk peran "jahat" dan peran "baik". Seakan-akan peran "baik" itu teramat baik seperti malaikat, dan peran jahat tidak punya sisi baik sedikitpun, seperti setan.
Asal Kata Melodrama
Kata "melodrama" sudah digunakan sejak era lama. Melo dari bahasa Yunani berarti "lagu" yang dipadu dengan drama, menjadikan melodrama memiliki arti sebagai "teater musik". Tentunya, nama ini dipilih sebagai penamaan bentuk teater jenis ini di awal kemunculannya karena bentuknya memang memadukan antara pidato dan nyanyian di atas panggung. Namun, semakin ke era masa kini, melodrama tidak muncul lagi sebagai drama musikal, tapi ciri khas melodrama yakni dilebih-lebihkan tetap menjadi yang utama.
Melodrama menjadi salah satu pilihan yang paling disukai banyak penonton. Terkadang penonton tetap menyukai melodrama meski tidak realistis, tidak logis, bahkan sekaligus menggelikan untuk ditonton. Bisa dikatakan sinetron yang ada di televisi saat ini telah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai melodrama. Sebab, melodrama ini yang dianggap tontonan yang menghibur mayoritas penontonnya.
Itu kenapa untuk menyingkatnya, orang-orang akan berkata "drama melow" untuk menyebut melodrama. Seakan "melo" di sini bukan berarti melodi atau lagu, tapi berarti "mellow" (untuk menggantikan kata cengeng).
Contoh Melodrama
Salah satu contoh melodrama yang paling berpengaruh di dunia ialah Pygmalion karya Jean Jacques Rousseau. Drama ini mengisahkan tentang seorang pematung bernama Pygmalion yang jatuh cinta pada patung yang dibuatnya sendiri. Patung tersebut diberi nama Galatea. Kecintaan yang tulus membuat patung tersebut menjadi hidup.
Karya tersebut dipentaskan dengan memadukan musik, dan kata-kata puitis untuk menghidupkan atau memancing pengalaman emosional penonton. Drama ini di eranya, begitu menyentuh perasaan penonton. Sampai seorang pelukis kenamaan Prancis era itu, Jean Michel Moreau merancang sebuah lukisan untuk Rousseau yang diambil dari adegan di drama tersebut.
Selain itu, saat ini melodrama muncul sebagai serial televisi meski tidak menghadirkan lagi musik atau nyanyian sebagai pengganti dialog. Beberapa jenis drama lainnya juga tetap mempertahankan nyanyian, (bahkan tarian) untuk memperkuat drama, alur cerita yang "sensasional". Satu lagi, melodrama disebut banyak kritikus sebagai "jenis drama yang tak pernah gagal menghadirkan reaksi emosional yang kuat dari penontonnya".