Catatan Rudolf Puspa: Gerak Sunyi 48 Tahun Teater Keliling -->
close
Pojok Seni
13 February 2022, 2/13/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-02-13T01:00:00Z
OpiniUlasan

Catatan Rudolf Puspa: Gerak Sunyi 48 Tahun Teater Keliling

Advertisement
teater keliling





 

13 Februari 1974-2022.



Hari bersejarah bagi teater keliling adalah  tanggal 13 Pebruari yang diawali tahun 1974. Hari ini 13 Pebruari 2022 kembali merasakan suasana kegembiraan dalam sunyi memperingati umur 48 tahun. Covid 19 yang sudah beranak pinak hingga memasuki tahun ketiga telah memaksa kami tunduk mematuhi aturan hidup baru yang dikenal dengan sebutan prokes.  Goncangan kehidupan yang bukan hanya di Indonesia namun diseluruh dunia tanpa ada pengecualian dan masing2 negara bergerak berjuang mencari jalan keluar sendiri tanpa mampu menghitung kapan akan selesai. Dalam situasi seperti inilah teater keliling harus memperingati hari peringatan kelahiran melalui hati masing2 dimanapun berada.


Waktu yang cukup panjang bagi sebuah kelompok teater Indonesia yang bergerak di dua era yang berbeda yakni orde baru dan orde reformasi. Dalam catatan ini kedua nama orde ini hanya kami pakai sebagai catatan berjalannya waktu saja. Mungkin hanya kebetulan jika tercatat hingga hari ini telah berkarya selama 24 tahun di jaman orde baru dan 24 tahun di zaman reformasi. Jika melihat bedanya di zaman orba hanya kenal satu presiden dan di zaman reformasi ini telah 5 presiden. 


Selama 24 tahun pertama keliling yang masih terasa adalah ingatan betapa kehidupan seni pertunjukkan teater mengalami gradasi yang menurun. Jika awalnya mengalami jalan mendaki tahun 1974 dengan 34 kali pertunjukkan di 16 kota hingga puncaknya tahun 1976 dimana selama setahun 120 kali pertunjukkan di 44 kota maka tahun2 selanjutnya justru menurun 108 kali di 29 kota dan mulai tahun 1983  turun hingga rata2 50 kali pertunjukkan hingga tahun 1995. 


teater keliling

Memasuki tahun yang tensi politik semakin memanas terutama dengan mulainya gerakan2 mahasiswa menentang pemerintahan Suharto tentu tidak aneh jika kegiatan teater terkena imbasnya.  Hingga tahun 1999 pementasan setahun sekitar 10 kali di 5 kota saja. Baru tahun 2001 mulai ada nafas baru dalam situasi politik yang berbeda dan bisa menaikkan hingga rata2 15-20 kali pertahun dan 2005 menjadi 50 kali namun kota yang dikunjungi rata2 hanya 5-8 kota saja. Pementasan di Jakarta terasa lebih banyak terutama dengan terbukanya koridor memasukkan kegiatan teater ke sekolah smp dan sma yang lima tahun kemudian dengan adanya aturan baru sekolah bebas pembayaran sehingga sekolah tidak diperkenankan meminta uang ke murid. Akibatnya menjual tiket pertunjukkan menjadi sulit. 


Di era reformasi dimana koridor berkesenian dibuka lebar oleh presiden Habibi perjalanan teater keliling masih mengalami kesulitan klasik yakni untuk penjualan tiket, sponsor produksi hingga yang berbentuk kerjasama bagi hasil. Kesulitan menjadi lebih banyak lagi dengan terbentuknya system pemerintahan yang kita kenal otonomi daerah dalam arti daerah memiliki kekuasaan masing2 namun tetap bukan kekuasaan system federal. Diperlukan pendekatan yang berbeda di tiap daerah yang tidak semua pemimpin daerah punya pemahaman terhadap seni budaya. 

teater keliling


Gerak kebudayaan masih terlalu jauh dari pemahaman pemangku kebijakan dalam mengatur daerahnya. Tidak mengherankan karena ini merupakan akibat dari pemerintahan 32 tahun rezim sebelumnya yang hampir kurang memperhatikan kebudayaan. Pembangunan ekonomi menjadi pilihan utama yang sepertinya tidak ada habisnya. Baru terasa ada sedikit kebangkitan gerak kebudayaan sejak berhasilnya penetapan undang undang pemajuan kebudayaan tahun 2017. Tentu jalannya tidak akan semudah membalikkan tangan karena masih belum meratanya para pemangku tanggung jawab untuk melaksanakan undang undang tersebut. Walaupun kita wajib bergembira bahwa presiden telah mengucurkan dana abadi bagi kegiatan menggelorakan kebudayaan. 


Gerak sunyi teater keliling dimana tiada hari tanpa perjalanan keliling sering terasa ada yang kurang yakni “dentuman” yang mengangkasa lewat media cetak maupun layar kaca yang kebanyakan berpusat di Jakarta sementara koran, radio atau tv (jika ada) daerah tak terdengar hingga ke pusat ibukota NKRI. Oleh karenanya ketika tahun 1984 mendapat penghargaan lingkungan dari kementerian lingkungan hidup sangat terasa bahwa apa yang kami telah lakukan ada yang memperhatikan. Ada terbersit langkah di tiap pertunjukkan kami yang memang sangat memperhatikan tentang lingkungan hidup yang kami terjemahkan bahwa lingkungan bukan hanya hutan tapi juga manusia. Lebih membesar hati kami ketika penghargaan serupa diterima lagi pada tahun 1992. Disebutkan oleh team penilai bahwa teater keliling dengan caranya sendiri telah menyadarkan bagaimana hidup berwawasan  lingkungan.


Berbekal keyakinan yang didapat dari mas Arifin C Noer yang selalu mengatakan pada kami bahwa “kesunyian” adalah urusan masing2 maka melalui skripnya “Mega Mega” yang merupakan naskah pertama dan telah dipentaskan 167 kali hingga merasuk menjadi roh teater keliling. Banyak filosofi kehidupan yang bisa ditangkap dari kesunyian masing2 dan teater keliling mengambil satu dialog Retno salah satu peran yang mengatakan “segala bisa asal mau” menjadi energi positif dalam berkesenian. Energi inilah yang membuat kami mampu berjalan keliling tanpa merasa bahwa kesulitan yang dihadapi bukan sebuah penderitaan namun sebuah tantangan dimana disebaliknya terhampar kebahagiaan yang siap dinikmati. 


teater keliling


Selama 32 tahun Ir. Dery Syrna menjadi arsitek teater keliling telah mengabdikan dirinya bekerja untuk mewujutkan yang tidak ada menjadi ada ditengah kehidupan yang tidak menjanjikan kelimpahan materi atau finansiil. Ia hanya bisa mengatakan bahwa melalui keyakinannya pada doa tahajud tiap malam maka akan mendapat tuntunan harus kemana dan bagaimana. Sukar dijelaskan yang selanjutnya juga tidak ada celah untuk diperdebatkan.  Tentu gelar sarjana teknik arsiteknya juga mendukungnya dalam mendapatkan dana bagi menghidupi 10 anggota yang tinggal di sanggar yang sepenuhnya hidup bersama tanpa takut lapar dan haus.  Untuk pengabdiannya yang tak kenal kata menyerah bahkan harus mampu sebagai seorang ibu harus sering berpisah cukup lama dengan dua puteri kandung hingga keduanya masuk perguruan tinggi. 


Yang sulung kuliah hubungan internasional UNPAD dan Sesarina adiknya IKJ jurusan perfileman bidang kamera. Jika ditanya hanya kata “mujizat” untuk menjawab bagaimana urusan keluarga bisa berada dalam kecukupan. Air mata mengalir ketika menyaksikan wisuda putrinya dan terulang ketika menerima penghargaan MURI tahun 2010 dengan penilaian terbanyak melakukan pementasan yakni 1428 kali. Lebih banyak air mata mengucur ketika sudah mampu mengantar anggota ke bandara setempat untuk pulang karena cuti kuliah habis. Lalu menjemput pemain pengganti yang turun dari pesawat.


Dolfry yang mendampingi acara penerimaan MURI tumbuh kesadaran bahwa ada hal yang luar biasa yang dilakukan kedua orang tuanya selama puluhan tahun ini. Iapun mulai tertarik untuk masuk teater keliling lebih jauh hingga akhirnya terbit keinginan untuk berkiprah. Terjadilah regenerasi “dadakan” karena memang kami tak pernah berpikir apalagi menyiapkannya.  Barangkali melihat sejarah teater Indonesia yang mana jika pendiri dan pemimpin grup wafat maka grupnya juga menyertai. 


Maka dengan terjadinya regenerasi mendadak ini kamipun terkejut dan langsung iklas mendukung walau tetap turut memberikan jalan keluar menghadapi tantangan setiap dibutuhkan. Awal produksi pertama generasi kedua adalah skrip “Jas Merah” yang merupakan hasil gagasan Dolfry bersama Rudolf Puspa atas kesadaran bahwa bangsa ini rusak karena tidak kenal sejarahnya.  Dipentaskan 2012 di Gedung perfileman Usmar Ismail Jakarta. Maka mulailah teater keliling berusaha menggali sejarah bangsa dan menyampaikan ke publik melalui bahasa yang kena di hati kaum muda hingga generasi milenial. “Jas merah” pun dibawa pentas keliling yang memang marwah keliling masih tetap menjadi langkah yang diteruskan.


Generasi kedua teater keliling terus melangkah melaju hingga menemukan bentuk garapan yang baru yakni teater musikal. Gerak baru ini diawali dengan pentas karya Wardiman Djojonegoro yakni “Takdir Cinta Pangeran Diponegoro” yang digubah menjadi skrip musikal. Pertunjukkan yang bisa dikatakan semi kolosal melibatkan 200 pemain dan crew dipentaskan 4 kali di GKJ tahun 2016 yang penontonnya full house dan sebagian besar kaum muda. Sebuah langkah baru yang sudah seharusnya bagi seniman memang perlu keberanian untuk selalu hadir dalam warna baru. Sesuai dengan kehidupan dunia yang sejak awal diciptakan hingga kini selalu terjadi perubahan bahkan terasa semakin cepat apalagi ditunjang tehnologi digital yang sungguh penuh kejutan2 baru. 


Kesenianpun tidak mungkin menutup mata dengan gerak kebudayaan baru yang terus bermunculan. Dari pengalaman menggarap teater musikal Diponegoro menyadarkan bahwa teater tradisional kita bisa disandingkan karena memiliki dasar penggarapan yang unsurnya mirip yakni dialog, nyanyi, tari.  Jika istilah sandiwara jadi teater sehingga seolah olah telah menjadi modern maka wayang, ludruk, makyong, lenong dan seterusnya bisa disebut teater musikal sehingga seolah olah menjadi modern.  Namun apapun istilahnya bagi kami justru semakin memiliki rasa bangga bahwa kita memiliki kearifan lokal dalam bentuk2 sajian seni pertunjukkan.


Jika di hari berbahagia ini masih dirundung kekuatan pandemi yang masih sukar diramalkan kapan bisa hidup berdamai maka kamipun bersyukur masih mampu melahirkan beberapa karya dalam dua tahun terakhir ini secara virtual. Ikut menjadi pembicara dalam diskusi2 teater secara virtual dan juga nmengajar ekskul teater juga secara virtual. Melalui catatan ini kami merasa bersyukur bisa menjalani dua era kepemimpinan bangsa yang sangat berbeda jalan raya, jalan tembus yang tersedia sehingga menjadikan teater keliling terus berlatih menyiapkan jurus2 baru agar tidak keseleo dijalanan yang semakin licin, lebar dan menjadikan teknologi dan ekonomi melaju makin cepat. 


Kami semakin menyadari bahwa gelora kebudayaan melalui bidang kesenian khususnya teater perlu perbaikan bahkan mengganti dengan peralatan2 baru yang semakin canggih sehingga gelora berkesenian semakin cepat tempo permainannya sementara daya rasa butuh penyiapan yang belum ketemu ilmunya agar seimbang dengan semakin cepatnya perputaran gerak perubahan. Tugas seniman lah untuk terus menggali hingga ketemu lorongnya sehingga teater Indonesia tidak harus penuh rengekan, kekecewaan, berpikir negatif yang semuanya jelas tidak produktif.


Catatan wartawan Kompas Sides Sudiarto (alm) tahun 1975 yang mengatakan bahwa teater keliling adalah teater pengabdian telah dijawab oleh Federasi Teater Indonesia; Radar Panca Dahana (alm) yang memberikan penghargaan kepada kami sebagai “abdi abadi” pada 26 Desember 2016. Sebuah penghargaan yang sangat berarti bagi kami yang menerima dan terasa sebagai anugerah sekaligus beban yang tidak ringan bagi masa kekinian dan kedepannya. Terlebih bagi teater keliling generasi kedua dibawah pimpinan Dolfry Inda Suri yang lebih mengenal gerak kehidupan anak muda, generasi milenial hingga Z yang akan terus lahir dengan warna yang selalu mengejutkan.


Salam jabat terima kasih kami kepada seluruh teman yang telah dan sedang terlibat dalam gerak nyata teater keliling dari 1974 hingga 2022. 


Penghargaan iklas kami sampaikan kepada para pejabat negara dari lingkungan kebudayaan maupun pemerintahan daerah diseluruh Indonesia dan mancanegara yang telah memberi dukungan sehingga produksi teater keliling berjalan sebagaimana mestinya. 

Terima kasih dan penghargaan iklas kepada seluruh teman seniman dari seluruh Indonesia dan mancanegara yang selalu membantu pertunjukkan keliling kami selama 48 tahun ini.


Salam hormat kepada para sponsor di daerah2 dan pusat yang selalu turut serta menyelesaikan kebutuhan produksi pentas keliling.


Kepada seluruh penonton teater keliling dimanapun berada, kami angkat topi atas apresiasi yang telah dan terus diberikan.


Salam jabat merdeka berkarya.


Jakarta 13 Pebruari 2022.



Teater Keliling

Ads