Advertisement
PojokSeni.com - Salah satu hal yang paling sering dilakukan oleh aktor khususnya pemula ialah membentuk kulit luar. Hal ini sebenarnya sangat penting, karena mau tidak mau, bagian luar inilah yang paling pertama dilihat oleh penonton.
Namun sayangnya, hal ini membuat aktor pemula akan lebih mengutamakan kulit luar ketimbang "dalam". Apa yang akan terjadi?
Sebenarnya, hal tersebut sudah dikatakan sendiri oleh Konstantin Stanislavsky dalam bukunya Persiapan Seorang Aktor. Dalam satu ilustrasi, salah seorang murid Torstov berkata bahwa ia telah melakukan hal yang terbaik untuk mendalami seni peran. Namun, hal yang terjadi adalah, aktor pemula tersebut kerap melakukan reproduksi saja. Ia hanya mengulangi peran-peran yang sudah pernah ia mainkan, bahkan lebih buruknya, ia justru meniru peran-peran yang sudah dibawakan orang lain.
Maka, proses kerja keaktoran yang seharusnya penciptaan, menjadi tereduksi menjadi penyajian saja. Semacam penyanyi yang mengcover lagu milik penyanyi lain tanpa menawarkan hal yang baru.
Lahiriah dan Batiniah Mesti Seimbang
Karena kecenderungan untuk membentuk kulit luar, seorang aktor akan jauh lebih sering melihat dirinya di cermin, ketimbang merasakan apa yang (seharusnya) dirasakan oleh karakter yang ia mainkan. Untuk perasaan tertentu, terkadang seorang aktor memilih untuk melihat bagaimana tampilan ekspresinya, ketimbang apa yang menyebabkan ekspresi tersebut.
Fokus pada tampilan luar (lahiriah) tersebut nyatanya ckup berbahaya bagi aktor. Membawa peran tanpa "nyawa" dan hanya fokus pada tampilannya saja, akan membuat aktor tersebut seperti robot. Geraknya mekanik dan akan sangat terlihat seperti hapalan.
Yah, tubuh tanpa nyawa itu adalah hantu. Dan tentu saja, penonton tidak ingin menyaksikan hantu-hantu di atas panggung, bukan? Apalagi, bila aktor tersebut sudah melibatkan "selera" dalam proses pembentukan karakternya. Ia akan menghindari hal-hal yang tidak ia sukai, seperti tampil jelek, tampak bodoh, dan sebagainya. Padahal, itu yang justru diinginkan oleh naskah.
Ketimbang melihat seperti apa ekspresi yang ditampilkan, aktor lebih disarankan untuk mengetahui kenapa ekspresi tersebut yang ditampilkan. Biarkan saja sutradara yang melihat kecocokan peran yang dibawakan aktor, agar lebih objektif.