Pemuda, Potensi, & Tantangannya -->
close
Pojok Seni
04 December 2021, 12/04/2021 07:00:00 AM WIB
Terbaru 2021-12-04T00:00:00Z
ArtikelOpini

Pemuda, Potensi, & Tantangannya

Advertisement

Oleh: Ambrosius Loho, M. Fil. 


Saya memberi judul refleksi ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa setiap orang memiliki potensi, dan tidak tertutup kemungkinan potensi itu juga ada pada seorang sosok pemuda. Tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa pemuda tentu memiliki potensi yang mumpuni, kendati ada juga orang-orang yang masuk dalam kelompok ini, barangkali tidak memilikinya. 


Pemuda adalah individu atau bilang saja ‘aset yang potensial’ bagi pembangunan bangsa. Karena potensialnya kelompok individu ini, maka tentu mereka harus mengisi hidupnya dengan kebutuhan terutama dalam hal pendidikan, pengetahuan tentang berbagai dan segala sesuatu. Dalam berbagai literatur yang menelaah tentang pemuda, kita bisa melihat bahwa pendidikan bagi pemuda tentu akan melahirkan berbagai pengetahuan dan pengalaman bagi mereka, dan karena itu juga, mereka sering dijadikan garda terdepan dalam berbagai hal, dengan konsep memberikan kesempatan kepada pemuda sebagai generasi penerus bangsa. 


Sebagaimana kita ketahui dan tanpa memutlakkan hal ini, penulis cukup yakin untuk mengatakan bahwa pemuda memiliki kelebihan dalam hal semangat untuk bergerak dan berubah, hingga memberi dampak bagi integritas diri sang pemuda itu, kendati terdapat pemuda yang memiliki idealisme tertentu. Kita juga mengetahui bahwa kelompok ini sering dijadikan ‘sasaran utama’ untuk diberikan pengetahuan, demikain juga mereka sering ‘disasar’ sebagai kelompok yang paling mumpuni untuk bisa bergerak dan menggerakkan membawa sebuah perubahan dalam kelompok atau komunitas tertentu. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang lumrah, karena pemuda sering dianggap mampu.


Kendati demikian, di era sekarang, telah tampak sebuah perbedaan dalam hal penampilan pemuda, dibandingkan dengan di jaman dahulu, kurun 1980-an. Pemuda saat ini, tentu telah memiliki banyak kesempatan untuk menikmati kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, serta sungguh-sungguh merasakan betapa mudahnya menikmati kehidupan, misalnya kemudahan informasi melalui smartphone, dll. Hal ini tentu menjadi hal yang tampak jelas berbeda dengan era sebelumnya. Tetapi hal itu tidak bisa kita jadikan ukuran untuk membanding-bandingkan secara mutlak, karena setiap masa atau jaman memiliki kekhasannya tersendiri.  


Namun demikian, penulis ingin fokus pada sosok pemuda jaman now, karena tak bisa dipungkiri, segala kemudahan sebagaimana telah dikatakan di atas, merupakan sesuatu yang tidak bisa dielakkan, ada dalam arus peradaban, tinggal bagaimana manusia, dalam hal ini pemuda yang bersangkutan, menyikapinya. Sejalan dengan itu, dapatlah dikatakan bahwa pemuda ‘jaman now’ telah terbuka pada segala kemungkinan untuk ekspresi diri, eksplorasi pengetahuan serta mewujudnyatakan berbagai hal yang menjadi keinginannya, juga karena telah terbuka segala kemungkinan untuk melakukannya, serta berbagai fasilitas telah tersedia di hadapannya.

 

Pendek kata, ditengah kemudahan-kemudahaan itu, diperkaya dengan potensi yang ada dalam diri setiap pemuda, mereka harus mampu membawa dampak bagi realitas. Demikian juga, potensi-potensi yang ada pada mereka, harus diwujudkan agar bisa membawa transformasi bagi dirinya sendiri, serentak membawa manfaat, dampak serta pengaruh bagi banyak orang. 


Kendati sedemikian terbuka segala hal itu, penulis justru melihat bahwa yang penting dari seorang sosok pemuda yang merupakan generasi penerus bangsa, yakni kesadaran akan diri dan potensinya, yang dibarengi dengan kuatnya karakter pemuda yang tidak bergerak berdasarkan ego dan demi kepentingan diri sendiri. 


Di sisi lain, dan melampaui itu, penulis justru melihat sisi tertentu yang sangat vital dan penting, dari peran pemuda yang penuh potensi, ditambah lagi sebuah kenyataan saat ini bahwa dunia sangat terbuka sehingga segala hal bisa kita peroleh dengan mudah, terdapat sebuah kemendasakan yang perlu untuk diupayakan agar pemuda semakin mampu mewujud dalam dunia yang katakanlah semakin hari semakin kompleks ini. 


Pemuda yang memiliki banyak potensi, atas cara tertentu, harus memahami bahwa individunya perlu memiliki atensi (parhatian) dalam setiap upaya untuk merealisasikan dirinya. Atensi atau perhatian ini mutlak dibutuhkan seorang individu (pemuda) karena hal itu adalah bagian hakiki dari setiap manusia. Maka karena itu, seorang pemuda harus memiliki kesadaran akan dirinya, serta kesadaran akan kebebasannya, agar semua hal yang dilakukannya, menjadi sesuatu yang positif dan bernilai positif bagi banyak orang. 


Sejalan dengan itu, Tjaya dalam Artikel berjudul: “Intensionalitas dan Atensi dalam Dunia Digital” (2018), menyatakan bahwa saat ini kita mengalami sebuah masa krisis yang secara fundamental menyangkut atensi atau perhatian. Hal ini dimaksudkan Tjaya sebagai sebuah fakta bahwa kita tidak lagi memiliki atensi atau perhatian karena tidak menyadari bahwa manusia itu adalah individu yang bebas. Tjaya mencontohkan ketika kita mengakses laman tertentu, sebelum kita masuk ke laman utama tertentu yang kita tuju, kita disuguhkan oleh iklan, yang sering tidak bisa tidak, harus kita tonton dulu, sebelum ke tujuan utama kita. Dalam kondisi tersebut, kita tidak bisa menolak iklan itu, kecuali melihat dan menyimaknya, kendati iklan itu tidak merupakan tujuan utama kita. Maka atas dasar ini, atensi yang kita arahkan pada berita atau tujuan utama digunakan atau diambil alih untuk kepentingan sponsor laman tersebut (Tjaya dalam Setiadi 2018: 224). 


Dari fakta tersebut, kita kemudian perlu berefleksi bahwa ketika potensi seorang pemuda sangat banyak, pemuda harus tetap memiliki atensi/perhatian (memiliki atensi) pada sesuatu yang utama. Pengembangan diri tentu penting, tapi pengembangan diri tanpa atensi pada sebuah tujuan utama, tentu tidaklah elok pula. Maka dari itu, relasi dan pengaruh timbal balik antara manusia dan dunia memang tidak dapat dihindari, karena manusia berada dan hidup dalam dunia, dengan berbagai struktur yang sudah ada. 


Maka, dasar itu perlulah seorang pemuda bertanya, sejauh mana kita ingin dibentuk oleh dunia yang kita hidupi? Sejauh mana atensi atau perhatian kita terfokus pada tujuan utama yang dituju?  Apapun jawabannya, manusia (pemuda) harus berakar pada diri, dan berakar pada ‘bumi’ yang dipijak, sambil tetap meyakini bahwa potensi-potensi diri pemuda, serta kemudahan-kemudahan dalam hal pemerolehen (penggunaan) ilmu pengetahuan dan teknologi kini, harus diperkuat dengan atensi dan atau perhatian pada tujuan utama. 


(Penulis adalah Koordinator Divisi Kebudayaan Komkep Keuskupan Manado, Dosen Universitas Katolik De La Salle Manado, Pegiat Budaya)

Ads