Catatan Pamonaspati 2021: Isoman (sendiri?) oleh Komunitas Teater Palangkaraya, Kalimantan Tengah -->
close
Pojok Seni
04 November 2021, 11/04/2021 04:00:00 PM WIB
Terbaru 2021-11-04T09:00:00Z
Resensiteater

Catatan Pamonaspati 2021: Isoman (sendiri?) oleh Komunitas Teater Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Advertisement

Oleh: Rudolf Puspa, Teater Keliling


Monolog dengan judul “Isoman (sendiri?)” karya M.Alimulhuda yang dimainkan dirinya sendiri serta sutradara oleh Abdul Khafizd telah berlangsung namun aku baru ada waktu menonton pagi hari berikutnya.


Megah Ayu Cahayati dari Surabaya, pembawa acara pamonaspati 2021 di hari ketujuh dengan gaya tutur serta totalitas expresinya lewat bahasa wajah dan tubuh telah membuat aku mengikuti sejak awal juga di penutup acara. Redaksi yang pastinya telah diberikan panitia dia garap dengan bagus sehingga menjadi miliknya. Ia bicara dan bukan sekedar mengucapkan hafalan yang diselingi nyontek di kertas yang dipegang. Tak ada kata  misalnya “luar biasa” dengan tekanan kata keras namun kosong karena sekedar merasa harus diucapkan sesuai pesanan. Pembawa acara menjadi satu kesatuan sebuah pertunjukkan. Profisiat Mega, engkau professional. 


Jarang penulis naskah sekaligus aktor yang disutradarai orang lain. Bila terjadi sang penulis banyak ikut campur dalam penyutradaraan maka bisa dipahami. Bila benar2 bisa berlaku sebagai aktor yang mendengar sutradara menanggapi naskah itu sudah semestinya dan wajar. Karena aku tidak melihat prosesnya maka tak bisa aku menebak yang mana yang terjadi pada produksi komunitas teater Palangkaraya ini. Namun aku menghormati kedua sikap tersebut karena bagiku yang penting hasilnya.


Bravo bung Abdul Khafizd dalam menggarap monolog karya aktor anda yang tetap mempertahankan bentuk panggung yang direkam. Memang ada beberapa kali medium atau closeup dan tak mengganggu pentas panggungmu.Sebuah pilihan yang layak dihormati sementara banyak teman lain mencoba menggabungkan teater dan film. Warna putih yang dominan telah memberikan aksentuasi tentang sendiri dalam tanda tanya. Pergulatan batin seorang pengusaha yang karena takutnya pada wabah covid yang sedang melanda dunia menjadi motif utama dari cerita “Isoman (sendiri?)”. Minuman air putih dan susu serta gelas dan teko yang juga serba putih menambah dukungan pada dominannya nuansa putih. Hanya warna anggur dan apel yang jika dicarikan buah yang warna putih tentu akan menjadi lebih lengkap. Namun bisa juga secercah merah tersebut memiliki konotasi bahwa hidup tidak selamanya satu warna. Barangkali merah masih ada dan merupakan harapan kekuatan diantara kungkungan si putih. Nasib sang pengusaha ketika dibawa ke rumah sakit atas permintaannya sendiri sang penulis tidak memberi jawaban. Namun bagiku ini merupakan ungkapan optimis bahwa kematian bukan yang harus selalu ditakuti. 


Kekuatan monolog tentu terpulang pada sang aktor yang memainkannya.  Apalagi sang aktor adalah penulis cerita maka akan semakin tertolong untuk menangkap apa yang menjadi pesan dari naskah. Perkara sesuai atau tidak dengan apa yang ada di benak sutradara itu soal lain. Dengan meggenggam motif atau misi atau pesan yang lengkap tentulah akan tercipta sebuah pergumulan batin yang tertata mengenai tekanan kata, tempo, timing, irama yang membentuk acting yang menggetarkan hati penikmat. Kenapa harapan seperti ini diajukan karena penulis yang merangkap pemain tentu akan menggambarkan lewat kata dan kalimat tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan bahkan akan lebih kuat jika dialaminya sendiri. Apalagi jika memiliki sebanyak mungkin hasil observasi dari penderita covid baik yang muda hingga tua yang isoman ataupun yang dirumah sakit. Dengan demikian akan menjadi bahan banding yang akhirnya menemukan kesimpulan yang kuat mengenai keadaan yang sedang melanda dunia ini. Sebagai penulis tentu akan menganalisa hingga kemudian memberikan penilaian atau tanggapan serta jika mungkin menitipkan solusi. Perkara solusi diterima atau tidak itu soal lain lagi.


Wabah covid yang sedang pesta pora di negeri kepulauan Indonesia tanpa mengenal jender, pangkat, jabatan, kekayaan, umur ini telah diketahui bersama seperti umumnya wabah yang telah ada puluhan tahun belum diketemukan obatnya. Semua masih baru mencoba dan yang utama adalah membuat vaksinnya. Bagaimana hasil suntikan vaksin itupun butuh lima tahun lebih baru diketahui secara pasti. Sementara varian2 baru dengan cepat muncul lagi menambah pusing ahli2 virus. Adalah wajar jika banyak orang hanya bisa marah2, benci dan jika memiliki jiwa relegius maka menengadah meminta keselamatan dari sang Pencipta manusia.  Karena wabah ini mengancam mendatangkan kematian tentu ketakutan semakin kuat sehingga mulai timbul kesadaran pada perbuatan2 buruk sehingga muncul pengakuan dosa walau terselip keinginan untuk mengikuti harapan Chairil Anwar untuk hidup seribu tahun lagi yang tidak kesampean. Cerita yang bias aini akan menjadi tidak biasa ketika bisa menemukan hal2 yang terjadi pada keadaan hidup akibat covid ini yang tidak dilihat dan sudah menjadi pembicaraan umum. Kejelian melihat adalah salah satu kehebatan penulis naskah yang akan menggugah kejelian aktor memainkannya.


Yang membuat seni memiliki daya sentuh pada hati penontonnya adalah adanya keunikan. Mungkin unik penulisan adegannya, unik daya acting aktornya, unik penggarapan sutradaranya. Unik adalah sesuatu yang tidak terduga muncul, sesuatu yang tidak ada di pertunjukkan lain, sesuatu yang menggedor-mencubit-menyakiti-menggelitik-menghibur-menggelorakan secara tepat dan terukur hingga terus terbawa pulang penontonnya. Unik kadang seperti aneh tapi tetap bisa ditemukan kewajarannya. Seperti tidak mungkin ada namun juga mungkin ada. Itulah salah satu daya yang perlu dimiliki aktor ketika memainkan peran. Aktor perlu mencari yang “tidak biasa” agar setiap muncul terhindar dari acting yang begitu begitu saja kata orang yang istilah usangnya “manarism”. Misalnya ketakutan mati seorang pengusaha dengan seorang sopir angkot atau perawat atau pelajar sma atau guru atau militer tentu berbeda2 baik ujut maupun batinnya. Oleh karenanya pendalaman peran menjadi sangat penting bagi aktor sehingga terjawab pertanyaan misalnya pengusaha apa sih kok sampai takut mati? Lalu kekuatan apa sampai berani meminta kepada Tuhan agar jangan mati dulu dengan segala macam janji2? Perubahan2 yang cepat suasana batin sang peran dari awal cerita hingga klimaks perlu ditata sehingga terasa emosi sakit, sedih, marah, tertawa yang mungkin hanya muncul sangat cepat masing2nya.  Semua ini akan bisa tercipta dengan banyak melatih daya “improvisasi” . Improvisasi apa saja seperti gerak, bicara, menari, menyanyi dan banyak lagi yang dilakukan dengan berganti2 yang makin lama makin cepat pergantiannya. Seperti simbol teater yakni topeng sedih dan gembira maka aktor kekuatannya adalah memanage sedih gembira tiap saat yang ditemui dalam hidup sehari2 untuk menjadi modal bagi pemeranan.


Mari belajar tidak menikmati ucapan2 yang sepertinya sudah menjadi latah seperti “sukses”, “mantap” dan banyak lagi yang sering kita dengar atau baca lewat media sosial atau wag. Teman yang baik adalah yang mau menunjukkan blind spot yang sedikit banyak ada dalam diri kita ketika sedang berlakon. Mereka itulah dewa penolong aktor untuk membantu aktor mampu melihat kekurangan dan selanjutnya hadir dengan ke”uni”kan baru. Aku sebut dewa karena masih amat jarang menjadi manusia yang tidak biasa. Salam hormat dan jabat kreatif kepada teman2 komunitas teater Palangkaraya Kalimantan tengah. Kurindu berjumpa kalian dan berkarya di Palangkaraya.


Disetiap catatan yang aku tulis tak henti2nya aku ingatkan bahwa aktor harus selalu memulai mempelajari peran dengan menjawab pertanyaan “apa,siapa,mengapa,kapan,dimana dan bagaimana”. Dengan demikian kita bisa melihat dan merasakan secara utuh pemain dipanggung ini siapa sedang berada di mana dan kapan lalu apa sih yang sedang terjadi pada dirinya kemudian bagaimana menyampaikan dan jika bisa juga menjawabnya. Mungkin di naskah tak ditulis umur berapa, tempat tinggal di mana, masih punya orang tua atau tidak, adik kakak atau masih bujangan, masih sekolah atau sudah kerja dan kerja apa, profesinya apa dan seterusnya seperti umumnya tiap kita punya catatan biografi. Jika di naskah tak ada maka aktor wajib mencari tau dan menetapkan sendiri. Akan sangat berguna bagi menunjukkan karakter sang peran.


Parade monolog merupakan pestanya para seniman teater di Indonesia untuk berkiprah dan menjadikan pijakan kuat untuk tinggal landas menuju teater Indonesia seutuhnya bukan hanya bagi sesama seniman namun bagi seluruh bangsa Indonesia. Syukurlah bila berhasil merangkul yang tadinya tidak tau teater jadi kenal dan merasa membutuhkannya.


Selamat bekarya habis2an. 


Jakarta 24 Agustus 2021.

Ads