Advertisement
Pojokseni.com - Pada permulaan abad ke-20, khususnya semenjak tahun 1950 an suatu gerakan avant garde yang bersifat universal muncul semangat dan aktifitas humanistik, suatu kemajuan di bidang kehidupan mental manusia. Suatu gaya baru yang memiliki karakteristik penyatuan berbagai perbedaan (synthese des diversites). Hal ini berpengaruh pada bentuk arsitektur, puisi, matematika, musik. Avant garde ini tidak menyentuh bidang teater karena adanya perang, revolusi, nazisime dan lain-lain bentuk tirani, dogma-dogma yang menghalangi perkembangan teater.
Bagi Eugēne Ionēsco, hal ini tidak mempengaruhi aktivitas kreatifnya, karena baginya teater bukanlah berasal dari kehidupan kita tetapi ia mengungkapkan bentuk psikologi “seolah-olah”. Suatu konstruksi yang tak berbentuk kenyataan konvensional, tetapi ada dan yang diikuti oleh para seniman. Ia tidak mengikuti apa yang ingin dikatakan oleh umum, seniman harus melawan publik dengan menciptakan kebebasan dalam berkarya sehingga karya-karya seni avant garde merupakan ungkapan pemikiran kita dan kreativitas seni. Jean Genet, Beckett, Vauthier, Pichette merupakan seniman yang dinamis dan merdeka. Avant garde adalah kemerdekaan:
1. Avant garde adalah gejala artistik dan pendahulu kebudayaan, salah satu kaya pra-style, pemahaman dan petunjuk ke arah perubahan. Seandainya paham ini sudah berhasil membentuk suatu aliran yang dominan dan kemudian pada perjalanan waktu aliran ini menjadi arriere garde. Orang akan segera melupakannya. Oleh sebab itu Ionēsco mengatakan avant garde sebagai opposition (pertentangan) dan rupture (perusakan) Pengarang avant garde bagaikan musuh dalam selimut bahkan dalam masyarakat dimana ia dengan gigih menghancurkan suatu bentuk ekspresi yang sudah mapan yang juga dalam bentuk penindasan. Pengarang avant garde adalah pengkritik apa yang sudah berjalan saat ini.
2. Ciri-ciri avant garde adalah pertentangan/konflik; pembaharuan; oposisi. Ciri-ciri ini merupakan protes realisme, protes terhadap simbol pelecehan, kesewenang-wenangan dan bertentangan dengan kenyataan.Teater avant garde atau teater baru merupakan teater yang hadir berkat penemuan-penemuan baru, kesulitan-kesulitan, serta kepatuhan padakuasa. Oleh sebab itu teater baru disebut juga teater minoritas dan cenderung tidak populer.
3. Realisme dan naturalisme ingin membeberkan kenyataan yang ada bahkan kenyataan yang belum dikenal. Simbolisme yang perkembangannya menjadi surealisme juga ingin menemukan dan membeberkan kenyataan yang tersembunyi. Kesulitan bagi pengarang adalah cara pengungkapannya. Pengarang baru memiliki gagasan membuat prtunjukan teater yang berbeda. Caranya adalah kembali kepada sumber teater, kembali pada kedalaman teater di mana ditemukan bentuk-bentuk tetap yang murni dalam ungkapan teatrikal.
4. Pengarang avant garde yang kemudian disebut sebagai pengarang baru berusaha dengan cara yang bertentangan menyatukan sesuatu yang sudah lampau dengan sesuatu yang baru: gabungan ciri murni dan baru:
- mencipta bahasa dengan tema baru dalam suatu komposisi dramatik yang terbuka, yang lebih murni, dan lebih asli teateral.
- menolak pencarian tradisi yang berasal dari tradisionalisme.
- gabungan antara pengetahuan dan penemuan, antara kenyataan dan khayalan, perpaduan antara sesuatu yang khusus dengan yang umum disepakati, perpaduan antara individu dan kolektif.
- mengungkapkan perasaan yang melampaui batasan difinisi yang diikuti golongan masyarakat tertentu..
5. Avant garde adalah teater yang mempersiapkan lahirnya teater baru. misalnya teater abad 17 adalah teater avant garde untuk teater romantik abad 18.Sehingga terdapat anggapan bahwa pada kenyataannya tak ada atau lebih tepatnya avant garde adalah sesuatu yang lain dari apa yang dipikirkan oleh manusia tentangnya.
Gerakan avant garde ini benar-benar memiliki kualitas modern, seperti tahun 1920an dengan kegairahan teknologi futurisme ’aeroplane sonata oleh George Antheil, ‘poesie elettriche’ oleh Corrado Govoni atau ‘theatre of mechanics’ oleh Enrico Prampolini. Teater baru memiliki dua sisi wajah, yaitu satu sisi merupakan eksplorasi suasana mimpi atau instink, bawah sadar dari psikis, dan sisi lain quasi relijius yang memusatkan diri pada mitos dan magik. Di dalam pertunjukan teater, keduanya mengarah pada eksperimen ritual dan pola ritualistik pertunjukan.
Keduanya merupakan variasi yang memiliki kesamaan tujuan, yaitu kembali pada ‘akar’ manusia, apakah itu dalam psikis manusia atau sebelum sejarah hadirnya manusia di bumi. Dalam istilah teater, hal ini terefleksikan oleh pengacuan pada bentuk-bentuk ‘original’: ritual Dionysian dari Yunani kuno, pementasan shamanisme, drama tari Bali., dan proses trans inisiasi Bersamaan dengan anti materialisme dan politik revolusioner, gambaran drama avant garde merupakan aspirasi bagi transendensi, bagi spiritual dengan arti yang terluas. Pernyataan sepihak Antonin Artaud tentang ‘Holy Theatre’–diambil oleh beberapa artis avant garde, terutama oleh Murray Shafer– telah terungkap.
Bahkan bagi antropolog dan etnograf, primitivisme hampir selalu dilihat melalui kaca mata barat, sedangkan seniman kreatif secara bebas menerjemahkan kembali model-model primitif yang bertujuan untuk dikaitkan dengan budaya asli. Namun demikian, hal ini jauh dari upacara yang eksotik dan barbar.
Drama Avant Garde, sebagai penggunaan yang meluas dari istilah seperti ‘theatre laboratory’ di tahun 1960-an dan 1970-an, menunjukkan bentuk dan gagasan primitivisme yang berjalan berdampingan dengan eksperimentasi estetika untuk mengembangkan teknis pemanggungan teater. Maka muncullah pertanyaan mendasar, seperti Apakah yang dimaksud dengan teater” naskah drama, aktor, penonton; adakah hubungan di antara mereka?, ; adakah peralatan yang terbaik untuk melacaknya?
Pada tahapan ini, perkembangan sains dan teknologi di abad modern bertepatan dengan keinginan untuk kembali pada bentuk ‘primal’. Penandaan yang sama dengan adanya keinginan mengganti dominasi gaya drama—berbasis pada persoalan masyarakat yang menjadi ungkapannya—, dengan membangun kembali prinsip-prinsip kekunoaan.
Idealisasi primitif dan elemental dalam pertunjukan teater, bersama dengan penemuan kembali dan adaptasi dengan model kedalaman atau arkhaic, dapat dipandang sebagai kepanjangan dari abad tengah dan orientalisme romantik abad sembilan belas.
Sama halnya dengan pinjaman dari patung Afrika atau peninggalan Indian pra Columbia dalam seni visual dari Post-Impresionisme, dan dapat ditemukan dalam berbagai aspek budaya modern. Terdengar dalam terapi ‘primal’ Freud dan keinginannya dalam Totem and Taboo untuk mengeksploitasi pandangan analisa yang baru bagi suatu penyelidikan tentang keaslian agama dan moralitas, atau dalam nilai antropologis yang ditempatkan pada situasi primitif oleh Levi-Strauss.5 Hal ini diungkapkan dalam kegairahan Conrad dengan ‘the heart of darkness’...
Tentu saja aspek primitif–tersusun dari teknik ritual, atau meminjam dari tradisi arkhaic dan oriental, pada presentasi situasi mimpi dan imaji surealistik, atau suatu keinginan untuk memacu bawah sadar penonton–telah begitu menyebar pada teater di abad dua puluh yang batasan tentang avant garde tak berbentuk. Sebagian gerakannya sangat sulit untuk dibedakan karena pengaruhnya begitu tajam. Hal ini dapat dilacak dalam institusi resmi seperti Theatre National Populaire milik Vilar yang juga mencari ‘subyek ceremonial’ untuk membangun pertemuan antara aktor dan spektator dibandingkan dengan antusiasme massa yang dibangkitkan dengan misteri abad tengah.
Elemen avant garde juga muncul dalam bentuk lain dari teater eksperimen... Dan pinjamannya dari teater Jepang Nõh atau penggunaannya terhadap mantera dan gerakan ritual adalah tipikal... Sama halnya dengan karya Samuel Beckett yang dihubungkan dengan simbolisme dan psikodrama, sebagai penghilangan idiom teatrikal untuk menciptakan imaji minimalis–tetapi disamping minat awal pada surealisme, keberadaan visinya agak berbeda dengan titik tekan avant garde pada pembebasan sisi primitif dari psikis.
Mainstream of avant garde tidak mudah didefinisikan oleh pembagian kualitas stilistik, meskipun hal ini menjadi yang paling jelas. Tetapi avant garde pada dasarnya adalah pengelompokan filosofis. Anggotanya dihubungkan oleh kebiasaan khusus pada masyarakat barat, pendekatan estetika tertentu, dan keinginan untuk merubah bentuk alamiah pementasan teatrikal: semua yang ditambahkan pada ideologi yang berbeda.
Meskipun terdapat persamaan stilistik dalam karya seorang simbolis seperti Yeats atau seorang eksistensialis seperti Beckett–seperti yang terjadi pada Cocteau dan Breton, absurdist seperti Adamov, atau dramawan relijius seperti T.S.Eliot–esensi dasar seni mereka adalah antitetikal pada primitif anarkis dan politik radikal dari avant garde.
Tulisan ini disarikan dari tulisan berjudul sama yang ditulis oleh Prof Hj Dr Yudi Aryani, MA (Guru besar Teater ISI Yogyakarta)