Advertisement
pojokseni.com - Ketika menjalankan tugas sebagai pemain di atas panggung, aktor musti menguasai berbagai teknik pemeranan. Semua peralatan tubuhnya juga harus difungsikan dengan baik untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil yang optimal adalah ketika watak yang diciptakan dan ditampilkan bisa diterima, dipercaya, dan dimengerti oleh penontonnya. Latihan musti dilakukan serutin mungkin agar teknik tadi melebur dalam tubuh aktor. Ketika teknik tersebut melebur, maka teknik itu sendiri akan menjadi spontanitas alias otomatis hadir lewat sikap di atas panggung, namun tetap terukur dan terencana dengan baik.
Sutradara juga mesti jeli menerapkan teknik yang akan digunakan oleh setiap aktornya ketika berada di atas panggung. Ada beberapa teknik dasar pemeranan yang mesti dikuasai oleh aktor. Salah satunya adalah teknik muncul yang akan dibicarakan dalam artikel ini.
Sekilas tentang Teknik Muncul
Seribu langkah akan bermula dari satu langkah yang menjanjikan. Tanpa satu langkah pertama yang menjanjikan, maka tidak akan pernah ada seribu langkah. Maksudnya adalah, apapun yang akan dilakukan oleh aktor di atas panggung, semuanya akan bermula dari langkah pertamanya masuk ke area permainan.
Teknik muncul berarti teknik penggambaran karakter dan watak peran ketika pemunculannya di atas panggung. Bukan berarti aktor akan menampilkan semuanya sekaligus, namun usaha untuk mengesankan pemirsanya akan bermula dari titik tersebut.
Aktor yang tidak menguasai teknik muncul akan hadir tanpa kesan apa-apa. Apalagi, bila aktor tersebut masuk ketika cerita sudah berjalan dan diikuti oleh penontonnya.
Apa saja hal yang mesti diperkuat untuk teknik muncul?
- Perwatakan yang mapan
- Penunjukan watak dan kondisi emosional
- Menghubungkan karakter dengan jalan cerita
- Memberikan cerminan hubungan masa lalu dengan pemain lainnya
- Membawa suasana berbeda sesuai wataknya
Berikut penjelasan terkait kelima hal yang mesti diperkuat untuk teknik muncul tersebut.
Perwatakan yang mapan
Apapun watak, sifat, karakter, dan pembawaan si peran sudah harus melebur dalam tubuh aktor secara paripurna. Ketika muncul di atas panggung, maka aktor sudah hadir dalam "bentuk" yang direncanakan itu.
Misalnya, aktor memerankan seorang yang sakit asma menahun. Maka, ketika muncul di pertama kali, ia sudah kelihatan sebagai pasien sakit asma menahun. Ia tidak muncul sebagai seorang yang sehat, lalu tiba-tiba sakit. Itulah yang dimaksud dengan "mapan". Bila aktor adalah seorang yang licik, maka ketika masuk pertama kali, meski belum berbicara apapun, mata dan gelagatnya sudah menunjukkan kelicikannya. Misalnya di drama Anak yang Dikuburkan karya Sam Sephard, si bapak sejak awal masuk sudah menampilkan dirinya sebagai seorang yang pesimis, depresi, serta menderita berbagai penyakit di tubuhnya. Semua ditampilkannya sejak awal ia nampak di area permainan.
Penunjukan watak dan kondisi emosional
Hal terpenting ketika aktor muncul di atas panggung di langkah pertamanya adalah penunjukan watak dan kondisi emosionalnya. Hal itu berarti Anda sudah mencoba menampilkan si aktor dalam kondisi emisionalnya tepat di langkah pertama memasuki panggung. Perwatakan yang mapan seperti yang diulas dalam poin sebelumnya, juga berarti konsistensi. Konsistensi itu yang dijaga sejak langkah pertama, hingga langkah terakhir keluar panggung.
Bila peran sedang kecewa, maka kekecewaan itu harus tampak dalam porsi yang tepat (tidak dilebihkan juga tidak dikurangi) tepat di langkah pertama. Begitu pula kondisi emosional lainnya. Misalnya di drama Ayahku Pulang karya Usmar Ismail, ketika ayahnya datang kembali ke rumah, ia menampilkan bagaimana ia begitu tertekan akan penyesalan, juga keinginannya meski tak begitu ditampakkan, bahwa ia ingin kembali ke keluarganya.
Menghubungkan karakter dengan jalan cerita
Bila diibaratkan sepakbola, maka sebuah pertandingan sepakbola sudah direncanakan oleh pelatih dengan formasi tertentu. Maka, ketika ada pemain yang baru masuk, ia langsung menyesuaikan gaya bermainnya dengan formasi yang sudah ditetapkan pelatih sebelumnya. Boleh saja Anda (dalam rangka mengenali situasi) menambah gerakan tertentu, seperti tiba-tiba memegang kursi, atau merapikan meja, asalkan semuanya memang sudah direncanakan dan tidak "mengacaukan" jalan cerita. Misalnya dalam drama Pelayan karya Jean Geneth, ketika Nyonya masuk dan tidak tahu apa-apa tentang yang terjadi di rumahnya, alias permainan sandiwara para pelayannya. Meski ia tidak tahu, namun segala kejanggalan yang tiba-tiba ada di rumahnya mesti menarik perhatiannya. Seperti misalnya gagang telepon yang lupa diletakkan di posisi awal misalnya.
Memberikan cerminan hubungan masa lalu dengan pemain lainnya
Ketika masuk, maka karakter tertentu akan membawa misi yang terkait dengan isi cerita, tujuan cerita, juga mendukung pemain lainnya. Besar kemungkinan, ia saling mengenal dengan tokoh lainnya, juga punya keterkaitan di masa lalu. Masa lalu yang dimaksud di sini adalah masa sebelum permainan dipertunjukkan. Bila Anda masuk sebagai seorang tukang pos, maka ada hal berbeda yang ditampakkan dengan karakter yang masuk sebagai mantan istri misalnya. Sebab hubungan seseorang dengan tukang pos adalah hubungan formal yang meski saling mengenal, tapi tidak seintim dengan mantan istri. Contohnya, misalnya di drama Orang Asing karya Rupert Brook, ada seorang pemuda yang masuk untuk membawakan kentang/ubi goreng pada tokoh Sina. Ia masuk dan memberikan kesan bahwa ia sudah lama berteman dengan Sina, dan kangen karena seharian tidak bertemu.
Membawa suasana berbeda sesuai wataknya
Ketika aktor masuk ke area permainan, maka ia akan melebur dengan permainan. Meski demikian, ia tetap menghadirkan sesuatu yang berbeda dengan kehadirannya. Hal ini bisa berarti personal misalnya Anda masuk sendiri sebagai karakter tertentu, juga bisa berarti kolektif seperti misalnya Anda masuk beramai-ramai sebagai satu kumpulan tertentu. Kehadiran Anda semestinya memberikan suasana yang berbeda, lantaran ada watak yang berbeda masuk ke dalam area. Dalam dialog antara raja dan anak-anaknya serta rekan-rekan raja dari kerajaan lain di drama Raja Lear karya William Shakespeare misalnya, berlangsung sangat formal dan kaku. Namun, ketika sang badut (atau joker/pelawak) masuk ke ruangan karena dipanggil oleh pangeran, maka suasana akan sangat berbeda. Lantaran watak si badut berbeda jauh dengan watak para pemain yang sebelumnya sudah ada di ruangan.
Itu tadi sekilas penjelasan tentang teknik muncul dalam teater. Simak beberapa artikel terkait teater lainnya di tautan ini: Materi Teater.