Perbedaan mendasar antara Teater Epik Brecht dengan Realisme Psikogis Stanislavsky -->
close
Pojok Seni
25 June 2021, 6/25/2021 07:00:00 AM WIB
Terbaru 2021-06-25T00:00:00Z
BeritaMateri Teater

Perbedaan mendasar antara Teater Epik Brecht dengan Realisme Psikogis Stanislavsky

Advertisement


PojokSeni.com - Konstantin Stanislavsky dan Bertolt Brecht memulai dari jalan yang sama. Mereka berdua sama-sama membenci tontonan yang dangkal, lucu-lucuan, plot manipulatif, hingga emosi yang melodrama. Dengan "kebencian" yang sama, Stanislavsky dan Brecht menyusun bentuk teater mereka sendiri.


Stanislavsky menyusun realisme psikologis yang menjadi pendekatan naturalistik awal. Teknik yang kemudian disebut "the method", atau "the system" ini berusaha untuk melahirkan perilaku manusia yang wajar, natural, dan nyata dalam seni peran. Tujuannya adalah mampu menyerap penonton sepenuhnya ke dalam "dunia" yang ada di panggung.


Namun Brecht memandang bahwa hal yang dilakukan Stanislavsky adalah sebuah pelarian. Apalagi, Brecht punya fokus yang berbeda. Brecht lebih banyak bicara sosial dan politik, menjadikan banyak hal yang memengaruhi bentuk teater yang disusunnya. Teater Epik Brecht sangat berbeda dengan teater kejam yang ditulis dramaturginya oleh Antonin Artaud.  Meski visinya sering disebut sama, yah sama-sama mencoba menghasilkan "kejutan" pada penontonnya untuk memengaruhi penonton lebih mendalam.


Pada praktiknya, teater epik mencakup momen pemahaman, dan "efek keterasingan" menjadi salah satu karakteristik dari teater yang disusunnya. Meski demikian, istilah "efek keterasingan" atau "alienasi" sebenarnya bukan ditemukan oleh Brecht, tapi oleh teoritikus selanjutnya yang mencoba mengkaji teater epik Brecht. Tapi, harus diakui bahwa Brecht yang mempopulerkan verfemdumseffekt atau alienasi tersebut.


Alienasi dalam teater Epik

Pertentangan Brecht dengan Stanislavsky sebelumnya diulas dalam artikel Realisme, Batasan Post Realisme dan Teater Epik ala Brecth.


Berikut cuplikan tulisan yang sudah dimuat sebelumnya: 


"Dalam pementasan epik, dijauhkanlah lakon tersebut dari masyarakat, sehingga penonton tetaplah duduk sebagai penonton, bukan dipaksa terenyuh dengan jalan cerita tokoh tokohnya. Dalam bukunya Shomit Mitter Brecht mengungkapkan pertentangannya terhadap teater Stanilavsky, Brecht menjelaskan bahwa paksaan empati harus dihentikan karena kritiknya, bagaimana penonton disarankan untuk menguasainya. Bagi Brecht, realitas sosial tidak ditentukan dan tidak juga selalu dapat dipertahankan, maka ketika Stanilavsky menghasilkan kepatuhan, Brecht akan mencari bagaimana menciptakan ketidakpatuhan.


Ketika menempatkan kembali keseimbangan pada penekanan bahwa teater yang lebih berbicara adalah teater yang mampu mempertahankan equal, Brecht mengarah lebih tajam pada Stanilavsky: kontradiksi tersebut dialektis. Sebagai penulis saya membutuhkan seorang aktor yang empati, utuh dan secara absolut melakukan transformasi dirinya kedalam karakter.


Tentu saja, hal ini merupakan tujuan yang ingin diraih Stanilavsky dalam sistemnya. Namun secara bersama dan sebelum semuanya terjadi, saya menginginkan seorang aktor yang mampu berjarak dengan dirinya dan mengkritiknya sebagai cermin masyarakat." 


Dalam teater epik, aktor sering kali memainkan banyak karakter, kemudian set juga diatur ulang, berikutnya dinding ke empat yang mutlak ada dalam teater realisme Stanislavsky, justru dengan sengaja dihancurkan oleh Brecht. Teater sering kali disirami lampu yang terang, bahkan hingga ke tempat penonton. 


Brecht mengatakan, penonton harus sadar bahwa apa yang ada di panggung hanyalah pertunjukan. Sedangkan Stanislavksy menekankan bahwa penonton harus ikut merasakan apa yang dirasakan karakter di atas panggung sebagaimana kenyataan.


Hal-hal yang dilakukan Brecht di atas ditujukan untuk mencapai alienasi. Tentang teknik teater epik Brecht, efek alienasi, dan sebagainya terkait teater Epik ditulis Pojok Seni dalam artikel ini: 


Sekilas Tentang Teknik di Teater Epik Bertolt Brecht

Ads