Berbagai Cara Grup Teater Bertahan Hidup di Era Normal Baru -->
close
Pojok Seni
07 June 2021, 6/07/2021 07:00:00 AM WIB
Terbaru 2021-06-07T00:00:00Z
Beritateater

Berbagai Cara Grup Teater Bertahan Hidup di Era Normal Baru

Advertisement
Markas grup teater The Watermill (Kincir Air) asal Inggris

Pojokseni.com - Pandemi tak juga kunjung usai, dan izin pertunjukan tak juga sempat keluar. Panggung yang sebenarnya tak juga dibuka tirainya. Memasuki era "normal baru" (new normal) beberapa grup teater tentunya memiliki jalan sendiri-sendiri untuk bertahan hidup.


Jalan yang paling banyak diambil adalah "pindah ke daring" alias pertunjukan langsung daring. Sayangnya, tidak semua grup bisa melakukan itu, dan biayanya juga lebih membengkak dengan pemasukan yang tidak lebih besar. Ditambah lagi, beberapa grup lainnya lebih dekat ke garapan "film" ketimbang "teater" yang mungkin tak sesuai dengan idealismenya.


Beberapa grup lainnya memilih cara yang berbeda. Ada yang tetap pentas dengan penonton yang dibatasi. Biasanya, hanya tinggal sepertiga penonton yang masuk ke dalam gedung. Bila kapasitas gedung 300 orang maksimal, maka pentas mereka hanya menyisahkan 100 orang penonton saja.


Penghasilan menjadi 1/3 lebih kecil namun itu berarti pengeluaran juga dipangkas hingga jauh lebih kecil. Bahkan, pentas minimalis dengan biaya murah tetap memanfaatkan banyak hal seperti lampu, musik, desain panggung, dekorasi, dan sebagainya. Rata-rata tidak dibuat baru, melainkan menggunakan pakaian (kostum), atau bekas-bekas dekorasi panggung yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Hal itu ditujukan untuk menghemat dana seminimalis mungkin.


Ada lagi grup teater di salah satu tempat di Eropa, bernama The Watermill Theater (Teater Kincir Air) dari West Berkshire, Inggris, yang memiliki gedung sendiri dengan kapasitas 200 kursi. Meski panggung tersebut kecil, namun pertunjukan yang luar biasa terus diberikan oleh grup ini pada para penontonnya. Hanya saja, selama pandemi, mereka tidak bisa membiarkan sebuah pertunjukan dengan penonton hanya 50-60 orang, alias 1/3 dari jumlah kursi. Karena, mereka bisa merugi dan bisa membuat grup teaternya gulung tikar.

Pentas outdoor Teater Watermill di era New Normal

Alhasil, satu yang dilakukan adalah mereka menggelar pentas di luar ruangan. Hal itu ditujukan untuk menampung lebih banyak penonton dalam tempat yang lebih besar. Jadinya, berbagai aturan atau protokol kesehatan tetap bisa digunakan seperti menjaga jarak misalnya.


Grup ini menggelar pertunjukan di pekarangan gedung teater mereka dan menggelar pertunjukan yang diadaptasi dari novel Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle berjudul The Hound of Baskervilles. Pertunjukan tersebut benar-benar digelar di luar ruangan, dengan pencahayaan dari matahari, alias pencahayaan alami.


Risiko hujan diakali dengan tenda, atap, dan sebagainya. Jumlah penonton mencapai jumlah yang penonton mereka di masa sebelum pandemi. Hal itu membuat Teater Kincir Air inimampu menjaga penonton, idealisme, sekaligus menjaga grup teaternya tidak bangkrut.


Beberapa grup lain, seperti yang dilakukan oleh teater kecil dari kota-kota kecil di Eropa dan Amerika. Mereka menggelar "intimed perform" yang memang hanya ditonton oleh kurang dari 100 penonton dan sangat tertutup. Harga tiket memang sedikit lebih naik, bahkan dalam beberapa kasus harga tiket biasanya seharga dengan tiket VIP lainnya.


Dengan demikian, pertunjukan langsung tetap bisa dinikmati dengan sejumlah protokol kesehatan ketat. Tidak hanya itu, tantangan lainnya juga siap menerpa grup teater yang belum bisa pulih sebenar-benarnya.


Hal tersebut tentunya tidak berlaku pada grup teater "negeri" yang pentas dengan suntikan dana dari daerah, atau negara. Grup teater "pelat merah" ini tentunya bisa tetap menggelar pementasan dan dialihkan ke daring, bahkan tanpa tiket sekalipun. Tentunya, grup teater satu ini berbeda dengan grup teater "swasta" yang diulas PojokSeni di atas.

Ads