Advertisement
Pementasan monolog Perempuan di Titik Nol |
Pojokseni.com - Sebentar lagi adalah peringatan Hari Teater Sedunia (Hatedu) tepatnya pada tanggal 27 Maret mendatang. Tentunya, akan sangat pas untuk mementaskan pertunjukan teater, termasuk monolog.
Monolog adalah pertunjukan teater seorang diri, di mana ia yang menjadi pencerita, sekaligus menjadi penderita. Ia menguasai panggung seorang diri, dan berusaha semaksimal mungkin agar seluruh mata penonton tertuju padanya selama jalannya pertunjukan tersebut.
Salah satu cara untuk mementaskan monolog dengan baik adalah dengan memilih naskah yang baik pula. Tentunya, naskah yang baik juga harus dipadukan dengan penyutradaraan yang baik, dramaturgi yang baik, teknik keaktoran yang mumpuni. Meski demikian, pemilihan naskah merupakan langkah pertama yang diambil sebelum menyiapkan pertunjukan. Salah pilih naskah bisa berakibat fatal pada pertunjukan Anda nantinya.
Bila Anda banyak menemukan naskah monolog (Anda juga bisa download naskah monolog di Pojokseni), maka naskah monolog bisa dikatakan berimbang baik untuk lelaki maupun untuk perempuan. Naskah yang untuk lelaki, memang sebaiknya dimainkan oleh lelaki, karena hal itu akan berkaitan dengan psikis peran, fisiologis, dan sebagainya.
Berikut ini, PojokSeni akan memberikan rekomendasi naskah monolog perempuan terbaik yang sering dipentaskan di Indonesia. Tentunya, bisa menjadi pilihan yang tepat untuk Anda.
Rekomendasi Naskah Monolog Perempuan Terbaik untuk Pementasan
Monolog: Perempuan di Titik Nol (Adaptasi dari novel karya Nawal el-Saadawi)
Cerita tentang Firdaus, seorang perempuan yang sejak kecil melihat ibunya kerap dipukuli ayahnya. Kemudian, ketika ia menikah oleh seorang bangsawan yang kaya raya, ia mendapatkan nasib serupa. Ia kerap dipukuli, tak pernah dapat makanan yang cukup, dan berbagai penyiksaan lainnya.
Lain waktu, ia mencoba kabur namun malah dimanfaatkan oleh seorang lelaki yang menjadikannya pelacur. Setiap Firdaus bertemu lelaki, maka ia selalu mendapatkan kesengsaraan.
Monolog: Balada Sumirah (Karya Tentrem Lestari)
Kisah yang diangkat adalah tentang Sumirah yang kerja serabutan, bahkan kerja kasar, mulai dari kuli sampai membajak sawah. Sumirah adalah seorang ibu dari dua orang anak yang masih amat kecil, dan ditinggal mati suaminya.
Namun penderitaan tak menjadikan ia menyerah. Sampai akhirnya, ada seorang (yang dipanggil Pak Haji) mempersuntingnya. Namun pernikahan tak berbuah manis bagi Sumirah. Ia yang dibawa ke kota justru menjadi umpan kemarahan suaminya saban hari, termasuk dua anaknya. Pernah sesekali ia menyerah namun tak tahu ingin kabur ke mana. Ia terus bertekad menjadikan kedua anaknya bisa hidup layak dan terus sekolah.
Monolog: Wanci (karya Imas Sobariah)
Mengisahkan seorang wanita yang bernama Icih, dan selama ini bekerja sebagai pelacur. Ia dulunya dinikahi oleh seorang pria yang ternyata adalah mucikari. Hasilnya, ia dan dua orang anaknya justru dijerumuskan oleh suaminya ke dunia malam.
Nasibnya terlalu malang, bahkan tragis, sudah jatuh tertimpa tangga. Ia yang kemudian tetap bertahun-tahun menjalani hidupnya sebagai pelacur, merasa terbuang dan termarjinalkan di dunia yang tidak adil ini. Tidak ada yang mencoba menyelamatkannya, tapi justru merendahkan dan menghinakannya.
Monolog: Marsinah Menggugat (karya Ratna Sarumpaet)
Marsinah adalah seorang mantan buruh di pabrik jam tangan, Jawa Timur yang meninggal karena mencoba menentang ketidakadilan. Ia meninggal secara tragis, disiksa dan diperkosa, hingga mayatnya ditemukan tahun 1993.
Lalu, Marsinah bangkit dari kuburnya dan mencoba menggugat ketidakadilan yang menimpanya. Ia menjabarkan dengan rinci apa saja yang dideritanya, serta awal mula kejadian yang merenggut nyawanya itu.
Monolog: Tolong ... (karya N Riantiarno)
Naskah ini menceritakan tentang kisah tragis seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia. TKW tersebut bernama Marni.
Ia terus berteriak minta tolong sejak awal, karena ia dijerumuskan ke penjara. Ia dituduh mencuri uang majikannya. Padahal, yang terjadi adalah ia sejak awal sudah tidak diperlakukan secara manusiawi.
Ia terus menjadi korban kekerasan, baik verbal, fisik, hingga seksual. Ia ingin mengabarkan pada suaminya yang tinggal di Indonesia, tepatnya di Gowa, Sulawesi Selatan untuk mendengar dan menolongnya. Ia hampir saja bunuh diri, karena akan diperkosa oleh majikannya. Beruntung ia berhasil melawan, karena bila majikannya berani menyentuhnya, ia berjanji akan membunuh majikannya.
Namun sayangnya, suaranya tak didengar oleh suaminya. Meski demikian, Marni yang kehilangan harapan dan tidak mendapatkan kesempatan untuk membela diri di pengadilan akhirnya menerima dengan pahit segala kepedihannya.
Demikian tadi, lima naskah monolog untuk perempuan yang direkomendasikan Pojokseni.com. Anda bisa mengunduh naskah monolog tersebut di pranala ini: Download Naskah Monolog.