Advertisement
pojokseni.com - Siapa tidak tahu betapa sulitnya lagu-lagu dari band Dream Theater? Yah, khusus para drummer, pasti tahu juga ketukan mantan drummer Dream Theater, Mike Portnoy yang syncoop, cepat, berubah tempo melulu, namun dimainkan dengan atraktif. Maka tidak aneh kalau ribuan, atau mungkin jutaan drummer mencoba meningkatkan skill dirinya dengan memainkan lagu-lagu Dream Theater era Mike Portnoy.
Meski era Prof Mike Mangini, drummer baru Dream Theater, juga tetap bikin kening berkerut, namun para penggemar Dream Theater masih begitu terikat dengan gebukan khas Mike Portnoy yang ikonik itu. Salah satu dari beberapa lagu Dream Theater yang paling banyak di-cover drummer di dunia adalah Dance of Eternity dari album Breaking the Fourth Wall.
Video: Dance of Eternity oleh Dream Theater
Anda bisa mencari di Youtube dengan kata kunci "Cover drum Dance of Eternity" dan akan menemukan berpuluhribuan video. Seperti pepatah lampau, bahwa dunia tidak pernah mengingat rangking dua, tentunya menjadikan sebanyak apapun cover drum di YouTube, juga sekeren apapun mereka memainkan lagu itu, tetap saja yang diingat adalah sang drummer flamboyan Mike Portnoy. Bahkan, sekelas profesor seperti Mike Mangini pun mengakui bahwa ia tidak bisa menggantikan tempat Portnoy di Dream Theater di hati para penggemarnya.
Ketika seorang drummer Indonesia, dari Provinsi Bengkulu, bernama Deden Noy mencoba membuat video cover drum Dance of Eternity (dan beberapa lagu Dream Theater lainnya), sadar ataupun tidak, keputusannya untuk menggunakan drum kit berbahan kaleng cat, dan berbagai bahan bekas lainnya menjadikannya seseorang yang pertama melakukannya. Atau, kalaupun ada yang melakukannya sebelumnya, setidaknya Deden Noy adalah orang pertama yang menjadi viral.
Penyebab viralnya adalah lagu yang dimainkan Deden Noy dengan seperangkat drum buatannya sendiri itu merupakan lagu dengan kategori sulit. Tapi, ia bisa memainkannya seperti lagu aslinya. Yah, tidak ada ketukan yang terlewat, dan tidak ada pukulan yang salah. Begitu sempurna.
Maka wajar kalau Deden Noy menjadi viral, bahkan lewat warganet yang terus mengirimkan pesan ke pemilik lagu aslinya, permainan Deden Noy akhirnya dilihat oleh Mike Portnoy. Hasilnya, Deden Noy jadi tambah viral, tidak hanya di Indonesia, tapi di dunia. Perkaranya adalah, Mike Portnoy menghadiahkannya drum dengan spesifikasi terbaik.
Deden Noy, asal Manna Bengkulu Selatan itu tentunya bisa memainkan permainan yang lebih mengerikan dengan gear yang lebih sempurna. Bila dengan susunan kaleng cat saja ia bisa menampilkan permainan yang ciamik, apalagi dengan gear mahal, bukan?
Tapi, bukan di situ esensi seorang Deden Noy. Bukan di kemampuan ia bermain lagu yang super sulit itu. Esensi seorang Deden Noy sehingga dunia melihatnya adalah sebuah premis bahwa gear bukan faktor utama. Gadget atau gear hanyalah pendukung, dan yang utama adalah manusianya. Selama ini, fungsi manusia sudah mulai tergantikan dengan gadget dan gear, dan Deden Noy menghancurkan paradigma itu.
Deden Noy seakan berteriak lewat setiap pukulannya, bahwa dunia akan melihat skill dan kemampuan Anda, bukan peralatan apa yang Anda gunakan. Itu kuncinya, kenapa Deden Noy bisa sebegitu terkenal dan membuat drumer dunia sekelas Mike Portnoy pun bisa terperangah. Mungkin Mike berkata di dalam hati, seandainya saya yang memainkan drum kit-nya si Deden Noy, apakah bisa seperti itu juga?
Apabila seandainya drum tersebut datang ke rumahnya, tentunya Deden Noy bisa bermain drum sepuas hatinya. Tapi, untuk konten di YouTube-nya, sebaiknya tetap saja dengan drum kit buatannya sendiri. Kreativitas dan intuisi musikalnya untuk menciptakan susunan drum kit itu yang justru mencengangkan dunia. Sebaiknya, khusus untuk konten YouTube, mungkin Deden Noy akan lebih baik bila terus mengeksplorasi bebunyian dari bahan bekas seperti yang pertama ia lakukan.
Ia dan drum kitnya, seperti satu formasi tim sepakbola yang telah berhasil menjadi juara. Mengubah susunan tim, tentunya akan berdampak pada banyak hal, termasuk bisa jadi dunia tidak akan melihatnya lagi. Karena apa? Karena seorang drummer dengan drum kit yang mumpuni dan mahal harganya itu sudah bersliweran di YouTube.
Lihat saja hasil searching dengan kata kunci "drum cover Dance of Eternity" yang menampilkan jutaan video yang sama dengan rekaman audio dan visual yang jauh lebih profesional. Juga ada wanita dan anak-anak yang tentunya jadi memiliki daya tarik tersendiri. Drum kit para drummer tersebut juga sebegitu memukau. Nah, daya tarik Deden Noy yang menjadikan videonya berada di deretan teratas adalah karena ada "drum dari bahan bekas".
Deden Noy seakan memberi pesan bahwa untuk menjadi drummer tidak penting Anda punya uang membeli drum kit (yang paling murah dan jelek pun harganya Rp15 jutaan). Anda bisa membuat sendiri di rumah, menyusunnya dengan baik, dan menampilkan semua skill dan teknik yang Anda miliki. Itu esensi seorang Deden Noy yang menjadikan semesta ini meliriknya. Kaum proletar pasti mendukungnya, sebagai ikon perlawanan pada "para pemilik modal". Deden Noy mampu membuat pasarnya sendiri, tanpa bergantung pada pasar kapitalistik. Tanpa membeli apapun, ia bermain drum dengan skill tinggi di homemade drum kit miliknya.
Jadi, tetaplah eksplorasi musik dengan bahan bekas, Deden Noy. Justru, semakin lama nanti Deden Noy akan menjadikan rumahnya sebagai laboratorium, tempat di mana ia bereksperimen dan mulai menciptakan satu persatu alat-alat musik perkusi baru dari bahan bekas yang ia miliki.