Advertisement
Belajar Menulis Puisi dengan Puisi, Ala Ahda Imran |
pojokseni.com - Ada yang menarik dari belajar menulis puisi ala Ahda Imran. Beliau, memberi pelajaran menulis puisi dengan puisi, seperti yang dibagikan oleh halaman Teroka Press beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, tentunya Anda mesti mengenal dulu siapa Ahda Imran. Ahda Imran dikenal sebagai penyair dan esais yang lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat pada tahun 1966 silam. Karir kepenyairannya dimulai di Cimahi, dan beberapa karyanya dimuat di media, serta masuk dalam berbagai antologi puisi.
Namun, hal yang paling berkesan dari karya seorang Ahda Imran (bagi Pojok Seni) adalah naskah monolognya, Inggit Ginarsih yang dipentaskan tahun 2013 dengan aktor Happy Salma dan sutradara Wawan Sofyan.
Kembali lagi ke pelajaran menulis puisi ala Ahda Imran. Berikut beberapa cara belajar menulis puisi dengan puisi ala Ahda Imran yang bisa Anda coba terapkan dalam tulisan Anda.
Pelajaran Pertama dalam Menulis Puisi
Yang kau perlukan adalah menyeru mahluk halus yang berdiam di balik kata-kata. Tapi kau hanya akan mendapati kata-kata jika ia tahu kau mencarinya.
Serulah dia tanpa ia mendengar suaramu.
Pelajaran Kedua dalam Menulis Puisi
Tulis puisi dan lupakan
serupa mendatangi dan meninggalkan
pada keduanya dunia tak tampak, kecuali
serupa kelok bayang separuh batang lidi
yang kau julurkan ke dalam perigi
Pelajaran Ketiga Menulis Puisi
Naik ke jenjang kata
yang tak berkejadian tak berkarena
Menggigil kakimu ke puncaknya
serupa Musa menuju Thursina
Pelajaran Keempat Menulis Puisi
Kata adalah tubuhKu
yang bukan seseorang
yang bukan bayang
Hilang dalam kata
temukan darahKu
Minumlah!
Nah, itu tadi pelajaran "bagaimana cara menulis puisi" ala Ahda Imran yang disampaikannya lewat puisi. Apa tafsiran Anda terhadap "pelajaran" kali ini? Yah, bisa jadi Anda akan menafsirkannya berbeda-beda, tapi seperti itulah bagaimana seorang Ahda Imran menuliskan puisi-puisinya.
Tentunya, masukan dair Ahda Imran lewat sajak-sajak di atas bisa Anda terapkan ketika Anda ingin menulis puisi, bukan?
Terpenting adalah banyak membaca, agar memiliki banyak diksi, perspektif, serta wawasan dalam mendefinisikan dunia dan diri Anda sendiri. Selamat menulis puisi?