Advertisement
Defactum, band grunge asal Sumedang |
pojokseni.com - Tahun 1990-an adalah tahun kemarahan. Ada banyak hal yang membuat dekade itu menjadi tahun kemarahan yang meledak-ledak, salah satunya perang dingin antara Amerika dengan Uni Soviet yang tak kunjung padam. Anggaran negara dihabiskan untuk memperkuat angkatan perang, serta berkali-kali menerbangkan pesawat ke luar angkasa untuk menyombongkan diri.
Kemarahan masyarakat yang jatuh miskin dialihkan lewat suara, lewat musik. Musik Rock, Metal, Funk sampai hip-hop hadir untuk menyuarakan kemarahan. Sampai lahirnya aliran Grunge yang "kumuh", "kotor" dan "urakan" menjadi simbol perlawanan atas cengkraman kapitalisme, sekaligus sosialisme Rusia. Aliran ini dipopulerkan oleh Nirvana, Pearl Jam dan beberapa band kenamaan dunia era itu.
Satu yang berkesan tentunya album Nevermind-nya Nirvana dengan sampul album yang ikonik dan pastinya Smell Like Teen Spirit-nya yang abadi. Maka Grunge yang "berantakan" tadi menjadi simbol kebisingan anak muda, simbol perlawanan juga simbol kemarahan.
Maka ketika band Defectum yang akan merilis single kedua bertajuk Manic Pixie Dream Girl, Grunge yang identik dengan Nirvana tersebut langsung muncul di kepala.
Sekilas Tentang Defectum dan Single Keduanya
Dari informasi yang diterima PojokSeni, Defectum adalah band asal Jatinangor, Sumedang. Grup ini beranggotakan Robi Trianda (Vokal, Gitar) dan Muhammad Gemilang (Bass) dan mengusung aliran "seattle sound" ala Nirvana tersebut.
Manic Pixie Dream Girl merupakan single kedua setelah single I Know What You Did last Night yang dirilis tahun 2020 silam. Single Manic Pixie Dream Girl berdurasi 2 menitan dengan sound yang lebih post-grunge namun tetap mengimajikan kemarahan yang meluap-luap.
Defectum mungkin menjadikan album Nevermind sebagai acuan versi grunge mereka. Apalagi, pilihan nama band mereka "defectum" yang secara harfiah merupakan sinonim dari "grunge", yah defectum berarti terbuang, gagal dan sampah tentunya juga berarti "grunge".
Bagi banyak orang, grunge bukanlah "sekedar" aliran, tapi lebih ke ideologi. Itulah kenapa, meski ada banyak lagu yang "bernafas" grunge, namun tidak serta-merta dimasukkan dalam kategori grunge. Grunge berarti perlawanan terhadap arus utama, terhadap aturan-aturan yang mengekang serta kemapanan. Maka grunge di era terdahulu berisi sekelompok orang yang berbuat semaunya, tidur di taman kota, berpakaian bekas dan menolak brand mahal serta menentang kapitalisme. Akar ideologi mereka kebanyakan bukan berasal dari filsuf dengan isme-isme tertentu, tapi justru dari musisi lain yang lebih senior. Salah satunya, ideologi perlawanan yang ditanam Pink Floyd dalam "Another Brick in the Wall".
Maka pilihan Defectum yang jatuh pada grunge bisa jadi berdasar pada pandangan atau respon mereka terhadap lingkungan sosialnya, atau pemikirannya sendiri. Namun, baik dari single pertama maupun single kedua, Defectum masih mencoba hal yang lebih ringan dan langsung menyasar kaum milenial, alih-alih perlawanan atau meluapkan tekanan.
Tentu ada alasan sendiri Defectum memilih hal tersebut. Sebagai band indie yang mengusung gabungan punk-alternatif dengan sound "kotor", menghadirkan "keliaran" dan suara teknik vokal "nyaris" mirip dengan almarhum Cobain tentunya bisa menghadirkan dua kemungkinan; orang-orang akan mengingat Nirvana, atau orang-orang yang menyukai Nirvana akan menyukai mereka.
Manic Pixie Dream Girl: Karakter Impian
Ketika menyebut Manic Pixie Dream Girl, tentunya mengarahkan ke peran atau karakter wanita feminin namun eksentrik serta menjadi idaman para lelaki. Sejumlah pengulas film menyebut peran ini sebagai "peran stereotip" yang kerap dimainkan aktor wanita.
Karakter ini cenderung statis, dan tidak ada perubahan watak sepanjang alur cerita. Kesimpulannya, peri manik impian yang berkilauan ini adalah impian para wanita, yang tentunya diawali dari ide Disney menghadirkan peri-peri, princess dan pejuang perempuan dalam film-filmnya.
Tentunya, Defectum mengarahkan para wanita yang pernah menyakitinya tersebut sebagai peri impian ini, lewat musiknya. Sebenarnya, Manic Pixie Dream Girl memang datang sebagai sesuatu yang semu, seperti hubungan antar manusia di era teknologi ini. Manic Pixie Dream Girl hadir sebagai "sesuatu" yang mampu memenuhi impian seorang lelaki tentang perempuan sempurna, yang mungkin tidak akan ditemukan di dunia nyata. Ketika dia hadir di dunia nyata, maka yang hadir sebenarnya hanyalah persepsi yang didasari "hasrat" (Bedakan antara hasrat dengan perasaan", lebih lengkapnya di artikel ini: Apakah Perasaan Juga Sebentuk Pengetahuan? ).
Maka ketika si gadis impian ini akhirnya "hilang" alias kembali terlihat seperti perempuan pada umumnya; yang ingin dimanja mungkin, atau posesif mungkin, atau lebih mudah silau dengan harta mungkin, sebenarnya justru sebuah berkah. Karena si pria justru telah kembali dari alam imajinya, alias telah menyadari eksistensi dari si perempuan sebenar-benarnya.
Manic Pixie Dream Girl; Representasi Hubungan Asmara yang Gagal
Kedua personel Defectum sama-sama pernah mengalami hubungan asmara yang gagal. Hal itu mengakibatkan tekanan dan dampak yang buruk bagi fisik maupun mental. Namun, Manic Pixie Dream Girl bukan menceritakan depresi itu, tapi menertawakan betapa lucunya kisah itu di masa lalu.
"Kesalahan itu adalah hal yang wajar dalam kehidupan. Akan lebih menyenangkan bila kita menjadikannya lelucon untuk tertawa bersama," begitu yang dikatakan Robi Trianda, gitaris dan vokalis Defectum pada Pojokseni.
Maka pandangan Defectum justru mengajak agar lebih mampu melewati setiap tekanan, trauma percintaan dan depresi (akibat hubungan asmara) dengan tertawa. Meski bukan solusi utama, karena lebih berupa "post-traumatic" ketimbang "sedang trauma". Karena kebanyakan orang akan terjatuh dan gagal ketika "sedang" dan melupakan setelah itu berlalu.
Defectum mencoba hal yang lain, menertawakan masa lalu yang traumatic. Ada harapan di sana, juga ada semacam kontemplasi terhadap masa lalu yang salah jalan. Dalam ranah relijius, orang-orang menangisi masa lalu yang penuh dengan kesalahan. Namun konsepnya sama, tetap ada kontemplasi juga ada harapan agar ke depannya lebih baik. Hanya respon fisikalnya saja yang berbeda, respon psikisnya sama.
Namun karya musik tentunya mencoba mengartikulasikan semua respon tersebut lewat notasi, nada, tempo, beat, dan semacamnya. Intinya, pengejawantahan ide dalam bentuk musikalitas. Maka dalam hal ini, lirik lagu bisa kita kesampingkan, termasuk video clip yang tujuannya memang "memperkaya" satu karya musikal, namun bukan intinya. Intinya berada di musiknya, iya bunyi atau suaranya.
Meski demikian, harus diakui bahwa "tertawaan" yang diungkapkan Defectum tidak cukup kentara dihadirkan lewat musiknya yang cenderung gelap khas "kemarahan" grunge tersebut. Malahan, lebih terdengar sebagai depresi post-traumatic yang berbalut kemarahan atas masa lalu.
Kesimpulan
Harus diakui bahwa Manic Pixie Dream Girl memang hadir sebagai pembasuh rindu terhadap musik khas Nirvana (khususnya di album Nevermind) dengan perpindahan chord yang cepat, bass line yang asyik dan ketukan cepat dibumbui dengan distorsi "kotor" yang unik. Benar-benar khas grunge (bila acuan grunge adalah Nirvana), dan asyik didengarkan.
Bila Anda juga penggemar Nirvana, dan ingin mendengar musik grunge dari band Indonesia, tentunya Anda bisa menunggu video klipnya rilis di akun Youtube Defectum pada tanggal 12 Februari 2021 mendatang.