Apa Saja Tanggung Jawab Teknis dan Proses Kerja Sutradara Teater? -->
close
Pojok Seni
14 February 2021, 2/14/2021 12:30:00 AM WIB
Terbaru 2021-02-13T17:30:48Z
BeritaMateri Teater

Apa Saja Tanggung Jawab Teknis dan Proses Kerja Sutradara Teater?

Advertisement

Pojokseni.com - Sutradara adalah pemimpin yang menunjuk dirinya sendiri. Tidak seperti raja yang dilahirkan, juga tidak seperti presiden yang dipilih secara demokratis. Maka sutradara memilih untuk bertanggung jawab penuh pada pementasannya.


Sutradara sebagaimana perwira yang menjanjikan kemenangan bagi para prajuritnya sebelum berperang. Maka kemenangan itu adalah tanggungjawabnya. Kali ini, artikel ini akan mengulas tentang apa saja tanggung jawab teknis seorang sutradara pertunjukan teater.


Berikut ini PojokSeni akan mengulas apa saja tanggung jawab teknis seorang sutradara dalam bentuk proses kerja sutradara dalam beberapa fase.


Fase Satu: Memilih Naskah/Lakon


Ini adalah yang pertama, karena kesalahan memilih naskah akan berdampak buruk pada pertunjukan. Pemilihan naskah biasanya akan dilandasi oleh empat segi, antara lain;


  1. Segi falsafi
  2. Segi artistik
  3. Segi etis
  4. Segi komersial


Keempat segi tersebut harus dipenuhi naskah yang dipilih sutradara. Naskah tersebut mesti memberikan suatu perenungan pikiran, kontemplatif dan hal-hal yang akan dibawa pulang oleh penontonnya. Itu yang disebut segi falsafi dari naskah.


Ditambah lagi, naskah tersebut juga memiliki nilai seni yang luhur. Hal itu yang disebut dengan segi artistik naskah. Sedangkan segi etis berarti naskah itu tidak hanya sekedar membawa nama besar pengarangnya mungkin, atau keterkenalan naskah itu. Tapi, mesti bermanfaat bagi masyarakat dan sosial. 


Berikutnya, naskah itu juga layak dan mampu "dijual" kepada penonton. Jadinya, bisa menghasilkan keuntungan bagi grup teater.


Fase Dua: Menentukan Pokok Penafsiran


Jauh sebelum memulai casting (pemilihan pemain), juga menunjuk staf di bidang produksi dan sebagainya, sutradara terlebih dulu mengajak rekan-rekan di grupnya untuk duduk bersama lalu berdiskusi. Tentunya, hal yang menjadi bahan diskusi adalah naskah yang akan dibawakan. Dari hasil diskusi tersebut, akan ditemukan pokok-pokok penafsiran naskah.


Biasanya, dimulai dari analisis setiap tokoh-tokohnya. Baik dari segi fisiologis, psikologis, sosiologis dan historisnya. Begitu juga watak masing-masing peran, dan karakternya. Setelah itu, dibantu oleh rekan-rekannya untuk menentukan apakah naskah tersebut sudah cukup layak untuk dipentaskan oleh grupnya atau tidak. Apakah sejalan dengan visi misi grup atau tidak. Dari diskusi inilah akhirnya diputuskan naskah tersebut akan dipentaskan atau justru diganti.


Apabila hasil diskusi dengan rekan-rekan kerjanya menunjukkan naskah tersebut tidak cukup layak dipentaskan dari salah satu segi (misalnya segi falsafi) atau dari tim produksi berpendapat bahwa naskah itu tidak menjual (segi komersial) maka sutradara akan kembali ke fase pertama.


Fase Tiga: Casting


Setelah naskah sudah ditentukan, maka sutradara akan mulai memilih para pemain, termasuk pendukung pentas. Pemilihan pemain didasari oleh kemampuan aktor, fisik (disesuaikan dengan kebutuhan naskah, bisa gendut atau kurus dan sebagainya), dan satu hal yang biasa menjadi bahan pertimbangan seorang sutradara adalah kepopuleran aktor tersebut. Aktor yang punya nama dan kredibilitas tentunya bisa membantu menunjang dari segi penjualan tiket.


Sutradara juga mulai mencari tim yang ia butuhkan seperti dramaturg, pemusik, penata artistik, penata busana, penata cahaya hingga asisten sutradara. Maka sutradara dan tim mulai merancang apa saja yang diperlukan untuk pementasan tersebut, seperti berapa lampu, berapa level atau trap, mungkin untuk keperluan efek tertentu dan sebagainya.


Fase Empat: Berdiskusi dengan Staff Produksi


Di fase ini, sutradara sudah memiliki gambaran apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang perlu ditambah. Di saat itu juga sutradara sudah menyebutkan kebutuhan pentas, gedung, dan sebagainya. Maka hal itu akan segera didiskusikan dengan tim yang mengurusi pendanaan, publikasi, promosi, dokumentasi, perlengkapan dan sebagainya. 


Tentunya, staff produksi ini yang kemudian bekerja di bawah komando pimpinan produksi, akan bekerja dengan sebaik mungkin serta mencoba berbagai cara kreatif untuk memenuhi kebutuhan pentas yang diinginkan sutradara.


Fase Lima: Proses Latihan


Maka setelah semua siap, sutradara akan kembali mengumpulkan pemain yang sudah diseleksi, lalu berdiskusi lagi tentang peran masing-masing, watak dan perubahan watak, alur serta pesan yang akan disampaikan lewat naskah. Diskusi berikutnya berlanjut ke kapan waktu latihan dalam satu minggu, apakah tiga atau empat kali dan kapan waktu pementasan akan digelar, misalnya empat bulan dari rapat tersebut.


Sutradara juga sudah mencatat fasilitas apa yang dibutuhkan selama latihan dan mempersiapkannya bersama tim yang mengurusi hal tersebut. Latihan juga berlanjut dengan membaca naskah drama (dramatic reading) hingga mulai menentukan bloking dengan dibantu oleh anggota lain yang ada di tim. Dramaturg akan mendesain agar idenya mampu berjalan dengan baik di setiap spektakelnya, pencatat adegan juga akan mencatat setiap perjalanan adegan agar tidak terus berubah setiap latihan, asisten sutradara membantu mengarahkan gerak-gerik yang lebih detail, serta ada tim di artistik, cahaya, kostum dan sebagainya yang akan membantu sutradara untuk mendapatkan capaian artistik yang diinginkan.


Tentunya, hal yang ada di atas "hanyalah" tanggung jawab teknis seorang sutradara. Selain itu, sutradara juga memiliki tanggung jawab yang lain, yakni tanggung jawab moral yang berkaitan dengan kekaryaan. Penjelasan tentang tanggung jawab moral sutradara teater akan dibahas lebih detail dalam artikel lainnya.

Ads