Advertisement
Solilog berarti bicara sendiri. Maka ada banyak yang
sulit membedakan antara monolog
dengan solilog. Apa perbedaan antara monolog
dengan solilog? Berikut cerita perjalanan dari sosilog menjadi monolog.
Solilog atau Soliloquy adalah bentuk seni dramatik
yang dikenal sejak era Yunani klasik dan mencapai puncak kepopulerannya di
periode Renaissance atau di era Elizabethan. Secara etimologis, solilog berasal
dari bahasa Yunani, yaitu solus yang
memiliki arti sendiri dan loqui yang
memiliki arti berbicara. Solilog hadir dalam drama-drama Yunani klasik
bertujuan untuk mengungkapkan secara gamblang apa yang dirasakan dan dipikirkan
oleh para tokoh. Tujuan dari solilog adalah menciptakan ironi untuk mendukung
terciptanya tragedi yang dramatis. Atau dapat dikatakan bahwa solilog mendukung
drama tragedi Yunani untuk menciptakan katarsis (penyucian jiwa).
Di era Elizabethan, William Shakespeare (1564-1616)
menjadikan solilog sebagai salah satu unsur pembentukan setiap dramanya.
Bahkan, “percakapan seorang diri” telah menjadi salah satu ciri khas dari
naskah-naskah Shakespeare. Solilog khas Shakespeare tergambar pada penggalan
dialog Markus Brutus di dalam naskah Julius Caesar (1950-an): “Brutus: Caesar,
beristirahatlah dengan tenang. Sesungguhnya aku tak pernah tega untuk
membunuhmu”. Dalam penggalan dialog tersebut, tokoh Brutus berbicara pada
dirinya sendiri dengan tujuan untuk mengungkapkan isi hatinya kepada penonton.
Masa kejayaan solilog berakhir pada era realisme
tepatnya pada tahun 1898. Gerakan yang dipelopori oleh Andre Breton dan
Constantin Stanislavsky mencoba menyusun bentuk teater yang menolak gaya dari
teater klasik termasuk konsep solilog. Meskipun tidak eksis lagi di atas panggung,
konsep solilog tetap dimanfaatkan sebagai teknik pelatihan akting. Teks-teks
drama Yunani digunakan sebagai media untuk aktor melatih kemampuan berperannya
dalam berlatih seorang diri.
Monolog
Teknik pelatihan akting inilah yang kemudian
berkembang menjadi bentuk seni dramatik baru yang dikenal dengan nama monolog.
Secara etimologis, monolog berasal dari bahasa Yunani, yaitu monos yang berarti tunggal dan legein yang berarti berbicara. Berbeda
dengan solilog yang hanya bertujuan untuk menyampaikan isi hati dari tokoh.
Monolog memiliki cakupan yang lebih luas lagi, tidak hanya berbicara dengan
diri sendiri, tetapi juga berpidato di hadapan aktor lainnya. Selain itu, aktor
monolog juga dituntut untuk memainkan banyak peran dengan berbagai karakter.
Monolog sudah dijelaskan secara detail sebelumnya dalam artikel ini: Apa itu Monolog?
Sebagai seni dramatik, monolog diperkenalkan secara luas pada tahun 1964 di Hollywood.
Kemudian mulai menyebar dan berkembang ke seluruh dunia. Alterman dalam bukunya
yang berjudul Creating
Your Own Monologue
(2005), mengatakan bahwa monolog memiliki berbagai nama lain, seperti monodrama
dan one person play. Bentuk dari
monolog lebih fleksibel dari pada solilog. Jika satu tokoh sedang bersolilog
dan tokoh lainnya mendengarnya, maka rusaklah konsep dari solilog sebagai
pengejawantahan isi hati tokoh. Karena konsep dari solilog adalah tidak
dibenarkan adanya interupsi. Sedangkan monolog,
semua kemungkinan bisa terjadi bahkan aktor monolog juga sering melakukan interupsi pada peristiwa yang
dibangunnya sendiri dengan cara berkomunikasi dengan penonton.