Advertisement
pojokseni.com - Jagad sastra Indonesia "kembali" dikejutkan dengan kejadian yang memalukan (sekaligus memilukan). Perkaranya dimulai dari sebuah puisi yang diklaim karya salah satu penyair terbesar Indonesia, Chairil Anwar berjudul "Cinta dan Benci". Lalu berlanjut menjadi sebuah penipuan berjamaah, bahkan mungkin salah satu yang paling memalukan (sekaligus memilukan) dalam sejarah sastra Indonesia.
Puisi tersebut jelas bukan karya Chairil Anwar. Tidak perlu harus berlama-lama menganalisa, karena dalam sekali baca, sudah bisa dipastikan bahwa karya tersebut bukan karya Chairil Anwar. Karena, selain stilistika yang jauh berbeda, kualitas puisi tersebut cukup jauh di bawah puisi Chairil Anwar.
Puisi "palsu" Chairil Anwar tersebut dipublikasikan di sebuah blog bernama Puisicinta-permaisuri.blogspot.com. Dari titimangsa blog tersebut, diketahui bahwa puisi tersebut dipublikasikan pada tanggal 11 Juli 2014 oleh narablog bernama Ali Ridho.
Masalah pertama ditemukan, karena Ali Ridho membuat judul yang clickbait, yakni "Kumpulan Puisi Cinta Karya Chairil Anwar". Meski di-postingan tersebut, Ali Ridho menuliskan bahwa puisi tersebut bukanlah karya Chairil Anwar, melainkan puisi yang "karya saya yang terinspirasi dari karya-karya Chairil Anwar".
Dimuat di Web Lain
Hingga puisi palsu tersebut diunggah di tahun 2014, masih belum begitu muncul masalah besar. Penyebabnya, karena blog milik Ali Ridho termasuk blog yang masih minim pengunjung (berdasarkan rangking Alexa berada di angka 4 jutaan). Jadinya, kesalahan yang dibuatnya tidak begitu diketahui khalayak pecinta sastra di Indonesia.
Namun masalah datang ketika ada web lain yang memuat puisi palsu Chairil Anwar tersebut. Web yang dimaksud adalah Gasbanter.com yang memuat artikel dengan judul "27 Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Menginspirasi".
Puisi palsu berjudul "Cinta dan Benci" tersebut diletakkan di urutan ke-12 sebagai "puisi Chairil Anwar yang paling menginspirasi"!
Gasbanter Jurnal (nama web tersebut) bila dilihat dari rangking Alexa terlihat jauh lebih populer ketimbang blog Ali Ridho. Gasbanter Jurnal memiliki rangking 346 ribu dunia dan 4.686 Indonesia. Angka tersebut menunjukkan bahwa web ini memiliki cukup banyak pengunjung harian, cukup menguasai kata kunci di mesin pencarian dan mungkin di atas angka dua ribuan pengunjung atau tayangan halaman per hari.
Hal itu yang memungkinkan masalah lain yang lebih besar bisa terjadi. Karena dari ribuan pengunjungnya tersebut, sangat besar kemungkinan ada beberapa orang yang "tertipu mentah-mentah".
Artikel yang memuat 27 puisi Chairil Anwar dari data yang didapatkan Pojokseni, dipublikasikan pada tanggal 6 Januari 2021, pada pukul 07.35 WIB. Metode yang digunakan untuk mengambil waktu publikasi artikel tersebut ialah dengan "view page source" lalu ketika masuk ke halaman HTML, dicari kapan tanggal publikasi artikel tersebut. Maka ketemu tanggal yang dituliskan di atas. Hal ini dilakukan karena artikel tersebut tidak menuliskan waktu publikasi artikel.
Itu berarti, sudah berkelang 7 tahun sejak publikasi pertama di blog milik Ali Ridho. Sebagai tambahan, website Gasbanter tadi juga baru mulai mengudara tahun 2019 lalu, sedangkan blog milik Ali Ridho justru mulai tidak produktif di tahun yang dimaksud.
Seorang Magister Sastra Tertipu
Kemudian, benar saja bahwa pada akhirnya ada salah satu dari ribuan pengunjung per hari ke situs tersebut tertipu mentah-mentah. Seperti yang ditulis oleh seorang sastrawan dan kritikus sastra, Sunlie Thomas Alexander di laman Facebook-nya tertanggal 30 Januari 2021, bahwa ada seorang magister sastra yang tertipu.
Masih mengutip tulisan dari Sunlie Thomas Alexander, bahwa magister sastra dari salah satu universitas di Sumatera Barat dengan mudahnya tertipu. Lebih hebatnya lagi, magister sastra ini (yang notabene sudah belajar sastra sejak S1) seharusnya bisa dengan mudah membedakan mana puisi Chairil Anwar yang ditulisnya dalam rentang tahun 1942 - 1949 dengan puisi yang dibuat seorang narablog yang cari sensasi di tahun 2014!
Bahkan, si penulis bernama Ali Ridho itu juga mengakui bahwa puisi tersebut justru terinspirasi dari lirik band Geisha, alih-alih Chairil Anwar.
Belum cukup sampai di situ, magister sastra tersebut justru menganalisis puisi Cinta dan Benci yang jelas-jelas tidak ada dalam kumpulan karya Chairil Anwar, mulai dari Deru Campur Debu, Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus, Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45, Surat-surat 1943-1983, Tiga Menguak Takdir, hingga Aku Ini Binatang Jalang yang diterbitkan Gramedia hingga cetakan ke-16!
Ini justru bentuk "pelecehan" terhadap sastra, di mana sebuah tulisan akademik berupa analisis puisi justru tidak bersumber dari sebuah buku, malah dari sumber rujukan internet yang diambil sembarangan.
Puisi Palsu Nyaris Difilmkan!
Ternyata masalah belum selesai sampai di situ. Seorang sutradara film bernama Exan Zen memfilmkan puisi-puisi Chairil Anwar dalam tajuk "Binatang Jalang". Salah satu puisi yang termaktub dalam film ini justru puisi palsu yang dianggap puisi Chairil Anwar; Cinta dan Benci.
Beruntung beberapa sastrawan sudah terlebih dulu memberikan kritik perkara dimuatnya puisi tersebut. Alhasil, Exan Zen (setidaknya) mengetahui kesalahannya dan memotong bagian yang memuat puisi "palsu" Chairil Anwar tersebut dari filmnya.
Meski demikian, sebagian besar sastrawan dan pecinta sastra di Indonesia masih menyayangkan kejadian tersebut bisa terjadi. Puisi yang "diklaim" milik Chairil Anwar (meski jelas memiliki gaya bahasa ala milenial) karya Ali Ridho bertajuk "Cinta dan Benci" itu bisa masuk ke ranah akademik, bahkan proses kerja kesenian yang serius seperti pembuatan "film puisi".
Apalagi, film puisi tersebut rencananya akan diikutkan dalam festival internasional. Bukankah itu akan mencoreng nama sang pelopor angkatan 45 dengan puisi alay di kancah internasional?