Advertisement
Tale Tale: Body as Living Archive, sebuah pertunjukan tari kontemporer karya Sherli Novalinda |
Oleh: Roza Muliati*
Tubuh adalah arsip hidup yang
merekam setiap peristiwa yang
dialami dan menyimpannya menjadi cerita,
memori, dan kenangan. Tale Tale menghadirkan perjumpaan dua tubuh dengan tale,
sastra lisan Kerinci berupa cerita yang dinyanyikan. Tale kemudian beralih
wahana ke dalam tubuh-tubuh penari. Tubuh pun bercerita dan menebar daya magis,
membuka satu per satu kisah melalui proses ulang alik antara masa lalu dan hari
ini.
Sinopsis
di atas menjadi pengantar pertunjukan tari Tale Tale. Tale Tale dibuka dengan
nyanyian tale, tradisi lisan suku Kerinci yang terdengar mistis,
diikuti dengan cuplikan beberapa foto lawas yang memperlihatkan wajah-wajah
leluhur orang Kerinci dengan pakaian adatnya yang membawa ingatan kembali ke
masa lalu. Aksara asli suku Kerinci yang bernama aksara incung juga diproyeksikan ke dinding melalui proyektor hingga menghadirkan latar pertunjukan yang tidak biasa.
Sementara itu, sepasang penari menghadirkan kisah tubuh yang ulang-alik antara
tubuh masa lalu (Kerinci) dan tubuh hari
ini.
Tale Tale: Body as
Living Archive, adalah sebuah pertunjukan tari kontemporer
karya koreografer Sherli Novalinda. Karya yang dipertunjukan pada Jumat (6/11/2020)
di Black Box Prodi TV & Film Institut Seni Indonesia Padang Panjang. Karya ini dipertunjukkan secara terbatas dengan
menerapkan protocol Covid-19 dan tidak
terbuka untuk umum. Tale Tale sebetulnya belum dipertunjukan tetapi hanya
ditampilkan terbatas untuk kebutuhan rekaman dan penilaian oleh reviewer sebagai bagian dari kegiatan penelitian yang
didanai dengan dana DIPA ISI Padangpanjang.
Tale Tale
Tale
merupakan tradisi lisan Kerinci yang dilagukan dengan syair dan nada yang khas.
Ayuthia Mayang Sari (2019) dalam tulisannya “Tradisi Tale Dalam Masyarakat Kerinci” menjelaskan bahwa tale adalah sebuah
nyanyian rakyat Kerinci yang berbentuk pantun, yaitu puisi lama bangsa Melayu
yang memiliki sampiran dan isi. Secara terminologi, istilah tale dalam bahasa
Kerinci berasal dari kata talai yang
berarti tali, pertalian, atau menggambarkan sesuatu yang tidak terputus. Makna
tersebut dapat dijumpai pada ungkapan sehari-hari masyarakat Kerinci seperti,
“lamak niang makan iko. Batalai be jeak tadoh”, yang menggambarkan seseorang
yang menikmati kelezatan makanannya hingga tidak putus-putus memakannya. Tale pada awalnya merupakan ungkapan
personal yang digunakan untuk menghibur diri seperti menidurkan anak atau
mengungkapkan kesedihan. Dalam perkembangannya, tale kemudian berkembang
sebagai ekspresi kelompok yang muncul di pelbagai ritual dan kesenian rakyat
Kerinci. Saat ini, tale dapat dijumpai di pelbagai kesenian tradisional Kerinci dengan
bentuknya yang juga beraneka ragam seperti tale
joi, tale nuei padi, tale iyo-iyo, dan tale
rangguk.
Secara
terminologi, Tale Tale terdiri dari dua kata yang sama namun merupakan dua
istilah yang memiliki makna yang berbeda. Kata tale pertama dibaca tail, berasal dari kata tale dalam bahasa Inggris yang berarti cerita atau dongeng. Sementara
itu, kata tale kedua mengacu kepada
pengertian tale dalam tradisi lisan
Kerinci. Tale Tale dapat diartikan sebagai cerita atau dongeng yang disampaikan
lewat tale. Tale dalam hal ini dialih
wahana ke dalam tubuh-tubuh penari hingga tubuh kemudian menyampaikan cerita
dari pertemuannya dengan tradisi tale seperti
diungkapkan di dalam sinopsis karya.
TALE tale: Body as
Living Archive” merupakan karya ketiga dari
projek trilogy karya Sherli Novalinda. Dua karya terdahulu adalah Meniti Jejak Tubuh (2016) dan Memoirs (2017). Ketiga karya tersebut merupakan riset Sherli terhadap perjalanan
tubuhnya sendiri atau dikenal sebagai autoethnography
research, sebagai seorang perantau yang mengunjungi kembali sejarah
tubuhnya sebagai orang Kerinci. Kali ini idiom tradisi yang diangkat adalah tale. Sherli mengaku tale telah menjadi bagian dari sejarah
tubuhnya. Pada masa kecilnya di Sungai Penuh Kerinci, ia pernah menari secara
bersama-sama diiringi nyanyian tale
di pelataran halaman umoh panjang
atau rumah panjang yang merupakan rumah adat Kerinci. Pengalaman tersebut
begitu membekas dan mengantarnya kembali untuk menjemput ulang memori tubuhnya
pada masa lalu.
Dalam
Tale Tale, Sherli bekerjasama dengan
Roza Muliati sebagai dramaturg tari, Indra Arifin sebagai komposer,
serta Lovia Triyuliani Ikhlas dan Yogi Afria sebagai penari. Mereka berproses
secara intens selama kurang lebih 3 bulan. Dalam praktik penciptaan karya,
Sherli kemudian meminjam metode alih wahana untuk memindahkan tale sebagai tradisi lisan menjadi tale sebagai tubuh yang berkisah mengenai
sejarah tubuhnya. Melalui dua penari yang berbakat Lovia dan Yogi, kisah tubuh
tersebut menjadi berlapis dan tidak lagi linear, tetapi ulang alik antara tubuh
masa lalu dan hari ini. Tubuh-tubuh yang menceritakan pelbagai kenangan dan
memori yang semula tersimpan rapi dalam bentuk arsip tubuh.
Karya-karya
Sherli Novalinda sendiri telah dipentaskan di pelbagai festival seni dalam dan
luar negri, seperti Meniti Jejak Tubuh dalam Kaba Festival (2017) di Padang dan Europalia Art FestivaL (2017) di
Belgia bersama para maestro tari Indonesia seperti Sardono W. Kusumo, Eko
Supriyanto, Ery Mefry dll; “While in RD,” International Colaboration di Dancing In Place Malaysia 2019, dan yang
terbaru sebagai koreografer Opera Batak,
Sisingamangaraja yang ditampilkan di Asia Pasific Bond of Theatre School di
Vietnam 2019. Dalam penggarapan karya, Sherli banyak belajar dari sejumlah
maestro tari dunia, diantaranya Lin Hwai Min (Taiwan), Arco Renz (Belgia),
Isabelle Schad (Jerman), Sardono W. Kusumo (Indonesia), dan Sal Murgiyanto
(Indonesia).
Tale
Tale akan ditayangkan melalui platform
daring pada Desember nanti, bekerjasama dengan komunitas Ruang Tumbuh
Padangpanjang.
* Roza Muliati adalah dramaturg Tale Tale dan Direktur Komunitas Ruang Tumbuh Padangpanjang