Advertisement
pojokseni.com - Saat mengatakan sesuatu, maka tubuh akan memberikan respon terhadap apa yang dikatakan tersebut. Bahkan, sekalipun itu dikatakan di dalam hati.
Itulah kenapa, ada seni berbicara. Bahkan, orang yang berbohong juga akan terlihat jelas cirinya secara fisik. Hal itu dikarenakan respon tubuh terhadap apa yang Anda katakan.
Salah satu responnya adalah getaran yang kemudian disebut sebagai resonansi. Berbeda dengan respon lainnya yang bersifat psikis, resonansi adalah respon tubuh karena hal yang lebih fisikal. Yakni ketika udara keluar bersamaan dengan kata yang diucapkan.
Pertanyaannya, di mana terasa getaran tersebut paling dominan di tubuh Anda. Berarti bagian tubuh itu yang paling kuat bersinggungan dengan udara (nafas) yang keluar dari tubuh ketika mengucapkan satu kata atau lebih.
Beberapa orang mendapatkan getaran yang lebih banyak di rongga mulutnya menjadikan suaranya lebih "melengking". Sedangkan beberapa yang lain justru di leher menjadikan suaranya lebih terkesan memiliki derau tertentu. Ada juga yang getarannya terasa lebih kuat di dada, menjadikan suaranya lebih rendah atau "nge-bass". Dan masih banyak titik getar dominan lainnya yang menjadikan suara setiap orang memiliki ciri khasnya sendiri.
Dalam latihan vokal, termasuk di teater, aktor mesti mengetahui di mana titik dominan tersebut. Titik dominan itu menghasilkan getaran yang menjadikan suara memiliki warna tertentu. Dan apabila terjadi sedikit gangguan, misalnya panas dalam, maka titik dominan tersebut akan berpindah ke leher. Hal itu menjadikan suara seseorang menjadi lebih serak dan memiliki semacam derau atau noise.
Karena itu, selain melatih suara vokal mencapai titik paling tinggi, sekaligus paling keras, aktor juga mesti mengenali titik resonansi suaranya. Karena hal itu akan mempengaruhi warna suara. Bila titik dominan tersebut berada di rongga mulut, namun karakter yang ingin diciptakan berusia lebih tua maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah (dalam istilah kami) memindahkan titik resonansi dominan.
Anda bisa menjadi lebih dewasa (dalam segi suara) dengan memindahkan titik resonansi tersebut ke dada. Atau, bisa menciptakan suara yang lebih serak dengan memindahkannya ke leher.
Tapi proses pemindahan ini memerlukan latihan yang rutin dan berkelanjutan. Bila perlu, Anda mesti melakukannya secara meditatif dan konsentrasi tinggi. Cari teknik Anda sendiri untuk belajar atau mencoba titik resonansi suara yang berbeda untuk menciptakan warna suara yang berbeda pula.
Kemudian, ketika di atas panggung, teknik tersebut sudah harus melebur dalam diri. Dengan kata lain, Anda harus sudah sering mengulanginya sebanyak yang Anda bisa dan mencoba mengaplikasikannya dalam berbicara juga dalam waktu yang tidak sedikit.
Nah, tentunya proses tersebut tidak akan berhasil secara sempurna bila tidak ditunjang dengan kemampuan nafas yang baik. Itu kenapa latihan nafas bagi seorang aktor adalah hal yang wajib dilakukan.
Saat pandemi seperti saat ini, ketika kita diwajibkan berada di rumah saja, maka proses latihan dasar seperti ini bisa dilakukan dengan baik. Selama proses dramatic reading misalnya, Anda bisa mencoba warna suara yang tepat dengan keinginan naskah demi menciptakan karakter yang paling tepat.
Ingat, suara adalah hal yang paling pertama terlihat (terdengar) secara langsung ketika Anda berada di atas panggung. Karena itu, suara juga merupakan aspek keaktoran yang penting untuk dilatih secara terus menerus.