Advertisement
Pertunjukan National Theatre di London, Inggris yang disiarkan secara daring beberapa waktu lalu |
pojokseni.com - Bagi seorang aktor teater, empat modal utama yakni tubuh, suara, rasa dan pikiran menjadi kunci permainan yang baik. Dimulai dengan mempelajari karakter yang akan dimainkan, lalu mulai menciptakan manusia baru di atas panggung.
Dengan penguasaan yang baik pada tubuh, suara, rasa dan pikirannya sendiri, maka seorang aktor mampu menciptakan karakter yang menarik. Setiap aktor, meski yang berbakat, atau juga yang rajin berlatih, tentunya memiliki sense berbeda yang akhirnya menciptakan karakter yang berbeda pula, meski berasal atau berawal dari teks yang sama.
Interpretasi seorang aktor terhadap suatu karakter berbasis pada given circumstance, kondisi sosiologis, fisiologis dan psikologis tokoh yang akan dimainkan. Meski demikian, sense tadi menjadikannya berbeda. Tapi jelas butuh kerja keras agar setiap karakter ciptaan Anda memiliki perbedaan. Pastinya memiliki perbedaan dengan diri Anda sendiri.
Seringkali, ada banyak aktor yang beruntung karena mendapatkan peran yang secara garis besar memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan fisiologis, psikologis dan juga sosiologis. Tapi, berapa persen kemungkinan itu terjadi?
Malahan yang sering terjadi adalah satu karakter dipaksakan oleh aktor menjadi dirinya. Jadi, bukan aktor yang membangun karakter, tapi tokoh itu yang justru membangun aktor. Bagaimana bisa seorang yang tinggal katakanlah di pedalaman Indonesia yang subur dan sejuk, memiliki kesamaan secara fisiologis, sosiologis dan psikologis dengan seorang tokoh yang lahir dan besar di tanah tandus penuh batu di Amerika?
Perlu diingat, capaian artistik yang sempurna dari seorang aktor adalah karakter yang detail. Dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Setiap manusia dilahirkan dengan kondisi yang berbeda. Bahkan dua beradik sekalipun memiliki banyak perbedaan, meski berasal dari kondisi sosiologis yang sama. Coba perhatikan benar-benar antara Anda dan adik atau kakak Anda. Apakah cara berjalan, cara bernafas, cara bicara, cara berpikir dan sebagainya memiliki kesamaan? Atau terlalu banyak memiliki perbedaan?
Seorang yang dilahirkan di keluarga kaya dan tidak relijius lalu menjadi seorang "anak nakal" apakah akan sama dengan anak nakal yang terlahir dari keluarga miskin dan relijius, misalnya?
Maka proses membangun karakter untuk pentas teater dimulai dari mencari detail-detail tokoh lalu mempelajarinya, dan melatihnya berulang-ulang. Katakanlah tubuh Anda adalah gelas dan jiwa Anda adalah air, maka kosongkan dulu gelas Anda lalu isi dengan air dari "jiwa si tokoh". Seperti itu bahasa ringkasnya.
Jadi bagaimana bagi pemula? Mencari naskah yang tidak terlalu banyak layer psikologisnya, serta karakter-karakter yang secara fisiologis berdekatan dengan diri Anda menjadi pilihan yang pas. Bisa dikatakan naskah tersebut bukan naskah yang "berat", namun bisa melatih kreativitas keaktoran Anda dengan baik.
Ditambah lagi, sedikit saran, aktor yang baik mesti memiliki sense yang baik. Jadinya, perbanyak teman Anda, perbanyak tempat nongkrong, tontonan, bacaan dan sebagainya yang bisa memperkaya pengalaman psikis Anda. Bila Anda terlalu sering nongkrong di cafe mahal, cobalah sesekali nongkrong di warung makan pinggir jalan, atau sesekali berbelanja di pasar tradisional. Begitu juga sebaliknya.
Karena dengan demikian, Anda bisa mempelajari banyak manusia dari lapisan sosial yang berbeda. Tujuannya, Anda tidak "miskin" pengalaman artistik untuk proses penciptaan karakter yang baik.