Advertisement
Marco De Marinis |
PojokSeni.com - Pertunjukan teater menawarkan berbagai tanda atau simbol. Semiotika adalah salah satu disiplin ilmu yang dapat digunakan sebagai pisau bedah untuk membaca setiap tanda yang hadir di atas panggung teater. Sebagaimana yang dikatakan oleh Lotman (dalam Marinis, 1993: 01) bahwa pertunjukan teater menawarkan serangkaian elemen yang beragam dan kompleks.
Sehingga teater dapat didefinisikan tanpa perbedaan sebagai ensiklopedia semiotika. Pembacaan tanda dalam pertunjukan teater menggunakan teori Semiotika digagas oleh Marco De Marinis. Marinis adalah adalah professor di Institut Komunikasi dan Teater di Universitas Bologna.
Melalui bukunya yang berjudul The Semiotics of Performance (1993), Marinis menawarkan salah satu metode penelusuran tanda dalam pertunjukan teater menggunakan teori semiotika. Teori dari Marinis adalah pembacaan semiotika secara tekstual dan kontekstual.
Semiotika tekstual adalah penelusuran definisi tanda dari bahasa teater. Teks adalah landasan pertunjukan teater sebagai objek material dalam paradigma semiotika teks. Analisis tekstual mencoba membaca elemen tekstual dari pertunjukan teater. Tujuannya adalah untuk menganalisis mekanisme tekstual yang menjadi pemimpin dalam proses produksi tanda.
Analisis tekstual berkaitan dengan keteraturan internal teks, dengan sifat material dan formalnya serta tingkat stukturnya (Marinis, 1993: 2-3).
Semiotika kontekstual berkaitan dengan berbagai tanda dalam aspek-aspek eksternal dari teks teater. Penelusuran kontekstual menjangkau hingga hubungan teks dengan konteks budaya serta hubungan teks dengan teks lainnya. Semiotika konteks adalah produksi tanda yang diproduksi di luar teks.
Konteks teater mencakup semua peristiwa dan kegiatan yang membuat teks tercipta (Marinis, 1993: 3). Penggunaan pengetahuan dan informasi kontekstual selalu diperlukan agar teks pertunjukan diakui sebagai teater, sejauh dapat menjadi tugas di kelas pertunjukan teater.
Pada kenyataannya, konvensi umum teater tidak hanya berlaku mungkin untuk semua acara teater. Tetapi bahkan tidak spesifik "tingkat terbesar", dalam artian bahwa teater tidak hanya untuk teater, tetapi untuk praktik yang lebih luas. Oleh karena itu, kompetensi reseptif harus melibatkan aturan yang memungkinkan penonton teater untuk mencapai tahap evaluasi diri.
Tanda tekstual dan kontekstual menjadi modal untuk pengartikulasian tanda dan menjadi stimulan produksi komunikasi dalam teater. Inilah yang menjadi pembeda antara teater dan acara televisi (Marinis, 1993: 176).
Komponen tekstual dan kontekstual berguna untuk merangsang penonton teater untuk membaca tanda dan mengevalusi data yang disediakan oleh teks dan konteks. Teks dan konteks dapat mengaktifkan pengetahuan kompetensi umum dan khusus yang relevan agar penonton dapat memahami pertunjukan teater.
Sebagai produk dari komponen tekstual dan komponen kontekstual, pertunjukan teater harusnya menjadi sebuah kompetensi yang komunikatif (Marinis, 1993: 176-177).
Sumber: Marinis, Marco De, The Semiotic of Performance, United States of America: Indiana University Press, 1993.