Advertisement
PojokSeni.com - Sejauh melihat berbagai kesulitan yang menghajar semua lini gegara pandemi, nyatanya pekerja seni adalah yang paling sial. Apalagi, bila seni pertunjukan. Jangankan untuk mengumpulkan orang menyaksikan pertunjukan, sedangkan mengumpulkan anggota saja sudah sulit setengah mati.
Pandemi belum juga berakhir, aktivitas normal baru yang dianggap bisa menjadi solusi nyatanya membuat ledakan baru. Selama pandemi, semua lini ekonomi menjadi lesu, tapi bagi seniman bukan lagi lesu tapi nyaris mati.
Tapi, cobaan belum berhenti di situ. Para pegiat seni yang mungkin sejak awal tahun belum lagi menggelar kegiatan apapun sekarang mesti bersiap melawan ancaman terbaru. Yah, ancaman yang bernama resesi ekonomi.
Seperti disebutkan oleh Badan Pusat Statistik, ekonomi Indonesia mencapai minus 5,32% di kuartal II tahun 2020 ini. Kondisi terburuk adalah ketika tahun 1999 pasca krisis moneter yang membuat ekonomi Indonesia menjadi minus 6,13%. Bila 20 tahun lalu diakibatkan krisis moneter, maka kali ini disebabkan pandemi. Tapi, dampaknya sama, Indonesia akan terperosok ke resesi.
Sebelumnya, di kuartal IV tahun 2019, ekonomi Indonesia juga sudah minus walaupun cukup kecil yakni 1,74%. Namun, kondisi memburuk karena pandemi sehingga kuartal 1 tahun 2020 kondisi ekonomi kembali minus 2,41%. Maka dalam tiga kuartal terus menurun, ada kemungkinan besar Indonesia akan memasuki jurang resesi tersebut.
Ditambah sekitar Indonesia, satu per satu negara sudah terperosok ke jurang resesi. Singapura yang punya kekuatan ekonomi bahkan sudah terlebih dulu terperosok. Hongkong juga sudah, beberapa negara di Asean juga minus ekonominya. Bahkan uni eropa juga terperosok. Amerika Serikat, sang negara adidaya pun tergelincir dengan ekonomi minus di atas 30%. Indonesia diprediksi tinggal menunggu waktu.
Bagaimana dengan Seniman?
Dari analisa ekonomi di atas, kemungkinan yang terjadi adalah sangat kecil kemungkinan Indonesia bisa terhindar dari resesi. Penentuannya adalah dua bulan mendatang, meski persentase jatuh ke jurang resesi sudah sedemikian besar. Investasi minus, ekspor minus, konsumsi pemerintah minus, konsumsi lembaga non profit yang membina rumah tangga juga minus, impor pun minus. Dilengkapi dengan konsumsi masyarakat yang juga minus. Apa yang bisa menyelamatkan Indonesia dari resesi?
Sektor usaha yang masih bertumbuh adalah pertanian, kasa keuangan, real estate, kesehatan, infokom dan air. Tapi tetap dianggap tidak cukup untuk menghindarkan Indonesia dari resesi.
Dalam hal ini, seniman dipastikan menjadi golongan yang akan paling babak belur ketika resesi. Resesi datang semestinya bisa disingkapi dengan tabungan yang cukup. Sayangnya, seniman yang terpukul pandemi dan tak bisa menggelar satu pertunjukan pun akhirnya kemungkinan tak bisa mempersiapkan diri jelang resesi.
Apa yang akan terjadi? Bila ketika pandemi banyak seniman yang berbondong-bondong mengharapkan bantuan, apalagi ketika resesi?
Satu-satunya kabar baik yang mungkin bisa memberikan angin segar adalah di dunia ada beberapa negara yang mampu menghindar dari resesi. Di daftar teratas ada China, kemudian India, Mesir dan akhirnya ada nama Indonesia. Alasannya adalah, negara-negara tersebut bisa mengandalkan konsumsi dalam negeri untuk memacu pertumbuhan ekonomi negara.
Mudah-mudahan saja hal itu terjadi. Oleh karena itu, Indonesia itu mesti mempersiapkan dana yang bisa menjadi dana pinjaman bagi para seniman, sebagaimana ratusan triliun yang disiapkan untuk UMKM. Dengan demikian, pementasan mesti jalan lagi dengan modal yang bisa dipinjam dari dana tersebut, lalu ekosistem kesenian kembali berjalan sebagaimana sebelum pandemi menyerang.
Bila terlambat, maka bukan tidak mungkin seniman Indonesia yang dihajar resesi akan kembali menengadahkan tangannya ke atas, memohon bantuan. Sebagaimana ketika pandemi kemarin. Bila skenario seperti itu maka akhir ceritanya adalah negara diterpa resesi dan rakyatnya diterpa depresi.