Advertisement
Tawfiq el-Hakim |
PojokSeni.com - Mesir mengenal seorang sastrawan kenamaannya bernam Tawfiq el-Hakim. Sejumlah sumber menyebut ia lahir di tahun 1898, sedangkan sumber lainnya menyebut bahwa ia lahir di 1903. Namun, yang pastinya bahwa Tawfiq el-Hakim lahir di Alexandria.
Ayahnya seorang hakim yang terkenal dan tentunya kaya raya. Ibunya adalah anak seorang pensiunan perwira tinggi tentara Turki. Rasanya, masa kecil Tawfiq el-Hakim semestinya harus menyenangkan.
Sebelum mengenal 3 jenis teater ala Tawfiq el-Hakim, kita mencoba mengenali dulu tokoh absurdist asal negeri Firaun ini. Tawfiq el-Hakim diceritakan terus berpindah-pindah sekolah, karena ayahnya juga berpindah-pindah tugas. Meski demikian, ia akhirnya menetap di Kairo, ibukota Mesir sampai akhirnya meraih gelar Sarjana. Sarjana hukum.
Kemudian, Tawfiq el-Hakim berangkat ke Paris. Tujuannya adalah melanjutkan pendidikan di bidang hukum. Nyatanya, teater dan opera di Prancis lebih menarik minatnya. Ia berlatih teater di Paris, dan berniat untuk mengubah wajah teater Mesir.
Sebelum Tawfiq el-Hakim memulai gerakannya di dunia teater Mesir, sejumlah naskah-naskah serius (segi tekstual) sudah muncul di Mesir. Seperti cerita Cleopatra, Layla Majnun, Pangeran Andalusia, Ali Bey al-Kebir dan sebagainya. Namun komedi stanbul, tonil, melodrama, dan komedi lainnya masih begitu populer di Mesir saat itu. Tawfiq el-Hakim mencoba mengubah untuk mengembangkan kembali tradisi asli drama serius Mesir sepulang dari Paris.
Tiga Jenis Teater Ala Tawfiq el-Hakim
Teater Biografis
Tahun 1933, Tawfiq el-Hakim mementaskan (sekaligus menerbitkan) drama pertamanya yang berjudul Orang-Orang Gua (Al Kahf) yang berasal dari Al Quran. Itu menjadi salah satu peristiwa kesenian yang penting di Mesir, di mana ada sebuah pertunjukan drama serius di antara tradisi komedi dan melodrama yang populer. Hasilnya adalah, drama tersebut mendapatkan respon yang baik dari kritikus, namun kurang diapresiasi penonton.
Masa-masa ini atau tahapan ini, oleh Tawfiq el-Hakim disebutnya sebagai Teater Biografis. Saat ini teater menjadi media mengkritisi kehidupan sosial dengan berdasarkan cerita-cerita sejarah. Selain cerita Al Kahf, berbagai cerita lain hadir seperti Shahrazad (1934) yang merupakan narator kisah 1001 malam.
Teater Intelektual
Tahapan yang satu ini bermula ketika Tawfiq el-Hakim melihat bahwa pementasannya kurang mendapatkan apresiasi dari penonton. Hasilnya, di bidang produksi termasuk pemasukan teaternya menjadi cukup miris. Namun, Tawfiq el-Hakim menolak untuk mencoba mengikuti "selera pasar" dan tetap membuat drama yang sesuai dengan idealismenya.
Namun, drama-drama tersebut tidak dimainkan atau diperankan. Melainkan hanya ditulis dan diterbitkan dalam bentuk buku, lalu dijual. Tahapan inilah yang disebut Tawfiq el-Hakim sebagai teater intelektual.
Ia menolak karya-karya tersebut disebut drama, meski bentuknya naskah drama. Ia mencoba mengembangkan bahwa budaya membaca mesti lebih ditingkatkan ketimbang kerja. Hasilnya, sejumlah karya dengan berbagai sumber budaya, filsafat dan lain-lain bermunculan. Salah satu yang terkenal adalah Pygmalion di tahun 1942.
Saat itu, karya-karyanya lahir berbarengan dengan berbagai kejadian besar di dunia. Seperti Perang Dunia Ke-2 termasuk Revolusi Mesir (1952) yang memberi dampak besar pada karya-karyanya. Karyanya bertajuk Al Aydi Al Na'imah (Tangan Lembut, 1954) yang mengkritisi Revolusi 1952.
Teater Objektif
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa tahapan satu ini dimulai ketika Tawfiq el-Hakim mencoba untuk mulai mengubah masyarakat. Ia tak bisa berdiam diri dan hanya menerbitkan teks saja, tanpa memulai pertunjukan. Saat itulah, ia mencoba konsep yang berbeda. Mulai dari simbolisme, dan paduan antara realitas dan imajinasi menjadikan karyanya begitu unik. Lalu, kekuatan narasi, dialog serta setting menjadi kekuatan utama dari setiap karya Tawfiq el-Hakim.
Tahapan ini kerap disebut Teater Masyarakat, sebab Tawfiq el-Hakim mulai memberikan kontribusi untuk masyarakat Mesir. Ia mencoba mengungkapkan Mesir yang sebenar-benarnya di atas panggung. Hal itu akhirnya mengarahkan karya-karyanya mulai berhaluan absurd. Yah, ketika realitas yang sebenarnya diangkat ke atas panggung, maka yang terjadi adalah absurditas.
Selain karya teater, Tawfiq el-Hakim juga banyak menulis puisi, novel, artikel dan buku politik/intelektual. Ia bahkan menulis buku berjudul Tantangan Tahun 2000, di tahun 1980-an.
Tawfiq el-Hakim meninggal dunia di tanggal 26 Juli 1987 lalu. Namun karya-karyanya telah berhasil menjadi pelopor pembaharuan teater dan sastra di Mesir. Semua bermula dari kegagalan, lalu keberhasilan ia melawannya tanpa mengorbankan idealisme dan harga dirinya.