Advertisement
PojokSeni.com - Kata "sandiwara" dan "drama" terlalu sering digunakan dalam konotasi negatif akhir-akhir ini.
Keduanya bahkan memiliki arti "berpura-pura", "palsu", hingga "menipu".
Apakah benar drama dan sandiwara memang berarti itu?
Selain itu, pertanyaan selanjutnya yang sering diajukan adalah, samakah drama dengan sandiwara?
Sebelum membahas jawabannya, sekilas perlu diketahui bahwa drama adalah bentuk pengejawantahan sebuah teks (naskah drama) ke atas panggung.
Maka tugas seorang aktor adalah menjadikan teksnya menjadi hidup, seperti dikatakan Stanislavsky.
Untuk menghidupkan sebuah teks, diperlukan gerak, dialog, ekspresi dan sebagainya.
Persamaan Drama dan Sandiwara
Bila melihat ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kedua hal ini memiliki arti yang sama.
Drama diartikan sebagai "komposisi syair/prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan".
Selain itu, drama juga memiliki arti cerita dan kisah (yang melibatkan konflik dan emosi) yang disusun khusus untuk pertunjukan teater.
Sedangkan sandiwara diartikan pula oleh KBBI sebagai drama, pertunjukan lakon atau cerita.
Sandiwara juga diartikan sebagai tindakan mengelabui mata dan palsu.
Dari pengertian inilah penyebab kata "sandiwara" lebih digunakan untuk konotasi negatif seperti yang sudah diungkapkan di atas.
Ditambah lagi, kata "drama" meski sebelumnya tidak memiliki arti yang negatif akhirnya menjadi cenderung berkonotasi negatif ketika digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Perbedaan Drama dengan Sandiwara
Drama modern memiliki 4 syarat utama, yakni naskah (teks), aktor, penonton dan sutradara. Sedangkan drama tradisional, biasanya justru tidak memiliki teks, bahkan ada juga yang tidak memiliki sutradara.
Permainannya berbentuk improvisasi, jadi sutradara hanya memberikan jalan cerita dan aktornya akan memikirkan sendiri dialog yang akan digunakan.
Dari sini, drama modern dan tradisional menjadi memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Selanjutnya, kata "drama" ditujukan untuk drama modern dengan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan kata "sandiwara" akhirnya merujuk pada teater tradisional.
Di Indonesia, beberapa contoh teater tradisional sudah dipaparkan secara detail oleh PojokSeni di artikel dengan tema Teater Tradisional Indonesia.
Jadi, kesimpulannya drama dan sandiwara berdasarkan leksikal memiliki arti dan definisi yang berbeda.
Contoh Drama dan Sandiwara
Bila drama mengacu pada drama modern, maka contoh pertunjukan drama adalah pertunjukan yang menggunakan teks, memiliki sutradara, aktor dan dipertontonkan.
Beberapa grup teater modern di Indonesia kerap mementaskan drama ini.
Sedangkan untuk sandiwara, sejumlah pertunjukan teater tradisional rakyat masih cukup berkembang di Indonesia, meski beberapa telah tersentuh dengan modernisasi.
Pertunjukan lenong di Jakarta, ketoprak di Jawa Tengah dan Yogyakarta, ludruk di Jawa Timur, randai di Sumatera Barat, dul muluk di beberapa tempat di Sumatera menjadi contoh sandiwara yang masih bisa ditemukan di Indonesia.