Advertisement
PojokSeni - Berdasarkan Method of Physical Action (Stanislavski) ada 4 langkah kerja aktor agar mampu menubuhkan teks dengan baik. Empat step tersebut mesti dilakukan runut dan detail agar aktor mampu menjelmakan karakter yang diminta teks (naskah/skenario).
Step Pertama
Pertama, analisis teks. Sayangnya, menurut Stanislavsky, bagian inilah yang sering dilupakan bahkan dilewatkan saja oleh aktor. Dari analisis teks, didapatkan banyak data atau disebut sebagai situasi terberi (given circumstances) yang sangat penting untuk membangun karakter yang diinginkan teks.
Setelah menganalisis teks masing-masing aktor mencoba menggali data yang dibutuhkan untuk membangun karakter baik secara fisiologis, psikologis maupun sosiologis. Tentunya, karakter tersebut tidak bisa dibangun dengan cara berkhayal atau berimajinasi saja. Padanan dari karakter tersebut mesti ada di kehidupan real (dunia nyata). Aktor bisa menggabungkan lebih dari satu karakter di dunia nyata untuk membentuk karakter yang diinginkannya.
Misalnya, karakter yang diinginkan adalah seorang lelaki berusia 40-an tahun, tegas, berwibawa, namun pembohong. Aktor bisa saja mengumpulkan empat orang yang ia ketahui gerak-gerik, perilaku dan sifatnya. Sebagai contoh, keempat orang tersebut adalah si A yang kebetulan bapak berusia 40 tahun, si B yang kebetulan seorang yang tegas, si C yang dikenal sebagai seorang yang berwibawa dan si D yang merupakan seorang pembohong atau penipu ulung.
Tujuan dari mengambil "data" atau "contoh" dari dunia nyata tadi adalah membentuk garis logika agar tokoh yang ditubuhkan benar-benar logis dan mampu secara langsung atau tidak langsung menyentuh ingatan penonton.
Masih dalam proses analisis teks, sangat dianjurkan melakukan diskusi kecil. Stanislavsky menyebutnya sebagai around of table yang berisi kegiatan diskusi antar aktor, sutradara dan kru lainnya untuk menemukan detail kecil lainnya (bit) di dalam adegan. Setelah bit tersebut ditemukan, maka mesti ditemukan motivasi dari setiap bit tersebut. Ingat, motivasi dari setiap detail terkecil akan mendukung sebuah tampilan yang lebih besar.
Step Kedua
Selanjutnya, masuk ke fase improvisasi. Improvisasi baru akan dilakukan apabila data yang dibutuhkan sudah benar-benar siap. Aktor juga mesti melakukan perekaman dengan pikirannya untuk mengingat setiap detail yang didapatkan di fase pertama.
Tapi, improvisasi yang dimaksudkan dalam step kedua ini ditujukan untuk menguji apa-apa yang sudah dikumpulkan dengan tubuhnya. Bila sebelumnya adalah fase analisis, maka fase kedua disebut oleh Stanislavsky sebagai "active analysis".
Sangat mungkin seorang aktor akan "bolak-balik" di fase pertama dan kedua untuk mendapatkan kesempurnaan estetik. Dari step kedua ini, semua data yang didapatkan mesti ditubuhkan. Semuanya tidak boleh klise dan artifisial, harus tampak natural seperti kehidupan sehari-hari. Meski "diindah-indahkan" untuk lebih menarik, tapi geraknya tidak boleh terkesan "mekanik" (yang terlepas dari 'makna')
Hal ini akan dilakukan berulang-ulang oleh aktor agar benar-benar nyata. Stanislavky menyebutkan bahwa akting mesti "dipercaya" dan "dipahami", mesti keduanya. Tidak bisa hanya sekedar dipahami tapi tidak dipercaya, begitu juga sebaliknya. Selain itu, berulang-ulang tersebut menjadikan setiap kemunculan, gerak dan detail lainnya harus punya motivasi yang jelas.
Step Tiga
PojokSeni menyebutnya sebagai fase pengecekan atau "pemeriksaan". Sutradara, atau dramaturg, atau pengarah adegan dan sebagainya akan memberi masukan pada aktor di step kedua. Apabila masih ada hal yang dirasa kurang menarik untuk melengkapi karakter tertentu, maka akan dihilangkan. Begitu juga bila masih ada hal yang dianggap terlalu berlebihan maka akan dikurangi.
Sedangkan bila ada yang kurang akan ditambah dan seterusnya. Saat itu juga biasanya penata busana dan penata rias akan mencoba menawarkan desain karakter yang dibutuhkan untuk mendukung setiap gerak-gerik aktor tadi.
Maka di step ketiga ini aktor akan "dilengkapi" dan "disempurnakan". Bisa jadi penata busana yang sudah mendesain pakaian sebelum aktor masuk ke step kedua, akan berubah pikiran setelah melihat karakter yang sudah dibangun oleh aktor tersebut. Begitu pula penata rias yang mungkin akan terpikir bentuk baru setelah melihat karakter yang sudah paten dibentuk oleh aktor.
Lewat step ketiga ini, apa saja yang perlu dan tidak perlu masuk ke dalam ruang aktor akan diseleksi. Sementara itu, aktor akan tetap secara perlahan-lahan melatih karakter tersebut menubuh dan memiliki motif yang jelas.
Step Empat
Ini adalah fase paling awal sebelum rehearsal. Ini di saat aktor sudah tidak berimprovisasi lagi tapi sudah mencoba dialog-dialog di dalam teks dengan karakter yang sudah terbangun. Aktor telah mencoba menyesuaikan "atmosfer" sesuai keinginan naskah. Misalnya ada aktor lain yang memerankan ibunya, maka si "anak" akan melatih tubuhnya untuk merespon pemeran ibu selayaknya ibu kandungnya sendiri.
Akan sangat baik bila berlatih di atas panggung yang akan digunakan saat pentas. Maka akting dari dalam akan terbangun dengan baik. Di mana aktor akan menumbuhkan perasaan berada di atas panggung sebagai berada di "rumahnya" atau di mana saja sesuai teks.
Setelah semuanya telah menubuh dengan baik, maka bukan berarti kerja aktor selesai. Hanya saja setelah masuk step ke empat ini, berarti sudah waktunya sutradara mengambil alih dan memulai latihan pentas.