Beberapa Hal Tentang K-Pop dan Kenapa Musik Indonesia Tidak Bisa Seperti K-Pop -->
close
Pojok Seni
30 May 2020, 5/30/2020 03:31:00 PM WIB
Terbaru 2020-05-30T08:31:32Z
ArtikelMusik

Beberapa Hal Tentang K-Pop dan Kenapa Musik Indonesia Tidak Bisa Seperti K-Pop

Advertisement


PojokSeni.com - Lirik ditulis dalam bahasa Korea, penyanyi juga berwajah Korea, namun faktanya pengaruh Korean Pop (K-Pop) telah berhasil menyebar ke seluruh dunia. Dari tempat teramai kota metropolitan hingga ke pedesaan terpencil sekalipun, K-Pop telah berhasil merenggut hati para penggemarnya.

Ada banyak yang berkata, bukankah penyanyi di Indonesia juga banyak yang memiliki talenta seperti itu? Kenapa K-Pop bisa mendunia, sedangkan Indonesia tidak? Berikut beberapa faktor dan fakta tentang K-Pop yang menjadikan K-Pop begitu mendunia.

Visual



K-Pop itu bicara tentang visual, musik bahkan nomor dua setelah visual. Itulah kenapa, Anda akan kesulitan menari seorang penyanyi K-Pop yang tidak cantik atau tidak tampan.

Kalaupun ada yang jelek, maka permak muka dan salon dengan biaya setinggi langit akan menyelesaikan masalah itu. Lihat juga bagaimana dekorasi panggung ketika mereka pentas, sebegitu mewahnya bukan? Begitu juga video clip-nya. Semuanya indah secara visual.


Untuk keindahan visual itu, ada banyak yang harus dikorbankan. Seseorang yang memiliki talenta namun keterbatasan dalam hal "visual" akan mengikuti diet ketat, operasi wajah sampai permak diri di salon. Jadi, bila Anda memiliki talenta namun wajah yang pas-pasan, asalkan talenta Anda mumpuni datanglah ke Korea. Anda akan berubah menjadi princess dan prince.

Ilusi Karakter Ideal



Semua personel dari boyband atau girlband K-Pop memiliki karakter yang sempurna. Bila laki-laki akan sangat ganteng, bila perempuan akan sangat cantik, tapi mereka sopan dan humble. Media juga akan menyiratkan mereka sebagai seorang pekerja keras, sangat sayang dan dekat dengan fans juga sangat akrab dengan sesama anggota.

Lebih dari itu, mereka juga orang yang berbakti pada orang tua, hormat pada yang lebih tua, dan rata-rata single karena karir. Mereka juga dikesankan seorang polos, lucu, humoris dan terpenting mereka tajir dan hidup dalam kemewahan.

Apakah ada orang sesempurna itu di dunia nyata? Faktanya bahkan para idol asal Korea itupun mengakui bahwa mereka juga sebenarnya tidak seperti itu di dunia nyata.

Dengan karakter yang begitu ideal meski hanya ilusi, mereka sukses dicintai banyak orang di dunia. Bagaimana bila mereka ternyat tertangkap basah di club, atau mungkin melakukan hubungan seksual bebas, atau lebih para malah menggunakan narkotika? Yah, karir mereka akan segera terjun bebas dan hancur berantakan.

Keterikatan dengan Fans dan Rekonstruksi Budaya



Fans K-Pop meski berada di ujung dunia yang sangat jauh dari Korea, tapi mereka jelas memiliki kesamaan. Mulai dari memiliki nama "fandom" lengkap dengan logo dan warna, serta lightstick yang biasa digunakan ketika nonton konser idola mereka. Lengkap lagi dengan kartu anggota tertentu.

Semua atribut "fandom" tersebut seakan-akan bisa dipamerkan oleh seorang fans, karena ekslusivitas tersebut merupakan sebuah budaya baru yang direkonstruksi oleh K-Pop. Daya tarik dari fandom tersebut juga mampu menarik banyak fans fanatik baru yang mengakibatkan gelombang "hallyu wave" semakin besar dan berulang-ulang.

Jangan ragukan fanatisme para fans ini. Anda bisa dihujat beramai-ramai bila melecehkan K-Pop apalagi terkhusus idola mereka. Para penggemar setia ini menghabiskan puluhan juta rupiah untuk bertemu dengan idolanya.

Jangankan dengan "non-fans-kpop", sedangkan dengan sesama "fandom" saja mereka bisa perang urat saraf. Yah, kebanggaan atas ekslusivitas diri, serta kebanggaan terhadap idola mereka membuat perang antar fandom kerap terjadi.

Berapa biaya yang dihabiskan agensi untuk mengorbitkan satu grup baru di Korea? Jawabannya adalah belasan sampai puluhan miliar rupiah. Tentunya, mereka ingin modal tersebut kembali. Jadi, bila ada anggota yang ternyata mengonsumsi narkotika, clubbing, pacaran dan sebagainya, bisa jadi langsung didepak dari agensi.

Kenapa Indonesia Tidak Bisa Seperti K-Pop


Kita justru beruntung bahwa Indonesia tidak seperti K-Pop, di mana setiap artis akan menjadi produk yang dibentuk dan dijual sesuai keinginan agensi. Juga di Indonesia, musik menjadi sesuatu yang diandalkan.

Sedangkan industri K-Pop, musik hanya sebagian kecil saja, bukan hal yang diandalkan untuk popularitas dan keberhasilan mereka. Kesuksesan mereka seperti yang dijabarkan di atas, justru bukan berasal dari musik.


Sumber:
- Quora
- Kapanlagi
- Wartakota
- Republika Online

Ads