Advertisement
Eksperimen Lucifer Effect |
Jadi, dimulai dengan mengumpulkan beberapa orang yang kemudian diberi peran sebagai tahanan, dan penjaga alias sipir. Sebelum mengikuti eksperimen ini, semua peserta sudah melalui cek kesehatan mental, dan mesti bersih dari catatan kriminal sekecil apapun. Maka terkumpul sejumlah orang yang menjadi partisipan, mereka sudah melalui tes tersebut. Para partisipan sudah dipastikan tidak memiliki gangguan kesehatan mental, juga tidak pernah melakukan atau terlibat dalam kriminal apapun itu.
Eksperimen dimulai, semua partisipan ditempatkan di sebuah ruangan yang mirip seperti penjara. Semuanya sudah diatur, sehingga persis menjadi penjara sungguhan.
Partisipan yang mendapatkan peran menjadi sipir, diberi kebebasan untuk melakukan apa saja pada para partisipan yang mendapatkan peran sebagai tahanan. Hanya ada dua hukuman yang tidak diperbolehkan, yakni hukuman fisik seperti memukul atau melecut dan sebagainya. Serta hukuman berbentuk pengurangan makanan. Hukuman selain itu, diperbolehkan.
Itulah kenapa partisipan yang menjadi sipir justru membentak, melakukan tindakan kekerasan verbal, meminta para tahanan melakukan hukuman seperti push up dan hukuman lainnya, melakukan physical abuse dan lain sebagainya.
Karena tindakan para sipir sudah kelewatan batas, eksperimen yang tadinya akan dilakukan selama 2 minggu, justru hanya dilakukan selama 6 hari. Selama 6 hari tersebut, apa yang bisa disimpulkan?
Eksperimen Lucifer Effect |
Pemberian peran pada seseorang, nyatanya mampu mengubah sikapnya. Apalagi, bila seseorang tersebut mendapatkan peran yang "mewajibkan" ia menjadi seorang yang mesti melakukan tindakan yang tidak manusiawi. Maka, proses "internalisasi" peran tersebut menjadikan ia berubah menjadi keji sebenarnya.
Meski eksperimen tersebut memberikan kontribusi bagi pengetahuan khususnya di bidang psikologi, namun banyak sekali partisipan yang menjadi trauma, dan berubah sifatnya pasca mengikuti eksperimen tersebut. Oleh karena itu, penelitian yang serupa tidak pernah lagi bisa dilakukan.
Selanjutnya, efek yang memengaruhi sikap seseorang menjadi keji, dan sebagainya tersebut disebut sebagai "efek lucifer".
Ada seseorang yang sebenarnya baik hati, tapi pernah merasakan kerugian karena kemalingan. Lalu, pada suatu waktu, ada seorang maling yang ditangkap basah oleh warga sekitar, sehingga seseorang yang sebenarnya baik tadi ikut menghajar maling tersebut sampai babak belur. Bahkan, dalam beberapa kasus, ada maling yang tewas di tangan massa.
Eksperimen Lucifer Effect |
Lalu, bagaimana dengan plonco atau Ospek?
Peran di Ospek/MOS mirip dengan eksperimen Lucifer Effect |
Jurniornya, mau tidak mau juga mendapatkan peran yang sama dengan para tahanan di eksperimen tersebut. Mereka mesti tunduk, patuh dan bila hal tersebut tidak terjadi, maka mereka bisa mendapatkan hukuman tertentu dari "otoritas".
Itulah kenapa, para senior di perploncoan atau Ospek tersebut kerap berubah menjadi orang yang keji, tidak manusiawi, dan sebagainya. Meski di hari-hari sebelumnya, mereka adalah orang yang ramah dan baik hati. Hal itu terjadi karena Lucifer Effect yang mengubah mereka, meski tidak dalam waktu yang lama.