Advertisement
pojokseni.com - Sebelumnya, silahkan baca terlebih dulu catatan Rudolf Puspa terkait latihan dan teknik dasar teater dalam artikel berikut ini.
- Catatan Rudolf Puspa: Sebagai Aktor dan Sutradara Pemula (bagian 1)
- Catatan Rudolf Puspa: Latihan Aktor Pemula (BAGIAN KEDUA)
- Catatan Rudolf Puspa; Teknik Dasar Latihan Teater, Olah Vokal (bagian 3)
- Catatan Rudolf Puspa: Latihan Dasar Olah Bentuk, Gerak, Bunyi dan Komposisi (Bagian Keempat)
Berikut pembahasan Rudolf Puspa (sutradara Teater Keliling Jakarta) terkait teknik dasar teater, antara lain teknik muncul, gerakan, tempo, proyeksi dan klimaks.
TEHNIK MUNCUL DAN KELUAR.
Ketika pertunjukkan teater dimulai dan pemain belum berada di panggung, maka perlu memiliki tehnik muncul yang prima. Pada saat muncul maka secara cepat hanya dalam hitungan 3 ketukan maka pemain harus mampu memberikan kesan apa, siapa peran yang dimainkan.
Pemunculan juga tidak merusak situasi yang sedang berlangsung. Harus punya misi meneruskan atau merubah situasi. Untuk itu pemain wajib memperhatikan adegan yang sedang berlangsung sebelum masuk ke panggung.
Cara paling elementer tehnik muncul adalah : Ketika masuk panggung langsung berhenti sejenak (statis dalam 3 hitungan), lalu ada gerakan misalnya melihat sepatu sendiri, atau menengok atas atau berbuat sesuatu yang menarik perhatian tapi sesuai dengan perannya.
Jika menjadi pemain yang muncul pertama kali, maka harus mampu memberi warna suasana permulaan pertunjukkan.
Begitu juga teknik keluar meninggalkan panggung juga perlu memiliki gerak atau movement yang unik dan bila perlu mengejutkan penonton.
B. GERAKAN
Teorinya mengatakan bahwa apapun yang dilakukan di panggung harus ada alasannya. Alasan dari sebuah gerakan bisa alasan yang wajar (misal gelisah dengan meremas remas tangan), atau alasan kejiwaan (misal dahi dikerutkan karena rasa takut). Oleh karenanya jika tidak menemukan alasan sering pemain dianjurkan diam saja, namun tetap ada perhatian kepada lawan main, situasi serta suasana kejadian yang sedang berlangsung.
Gerakan alat-alat tubuh dinamakan gesture. Gerakan paling sulit bagi pemain adalah mata dan tangan. Padahal gerakan tangan dan mata adalah alat paling ampuh untuk menguasai bentuk dan ruang. Dengan tangan mengepal maka akan merupakan simbol dari suasana batin yang tegang misalnya. Maka seluruh ruang akan menjadi tegang. Pandangan mata yang jelas akan membawa penonton mengikuti imajinasi pemain. Gerakan berpaling, menengadah, membungkuk, menunjuk pasti ada alasannya.
Demikian pula bloking dimana memerlukan gerakan (move), selalu juga harus memiliki alasan.
C. PROYEKSI
Alat proyeksi pemain drama adalah suara, badan dan anggota badannya. Suara dari mula sudah kita sadari adalah senjata yang sulit dikuasai, namun sekali mampu menguasai maka suara akan menjadi alat proyeksi paling sakti. Penonton paling depan tidak sakit telinga walau dengar suara keras, namun paling belakang juga bisa dengar enak. Walau full back tetap saja terdengar jelas.Mata dan tangan memiliki daya sugesti akan ruang. Tangan menunjuk keatas maka ruang diatas akan muncul di panggung sesuai dengan apa yang diucapkan pemain. Masih banyak lagi contoh contoh seperti ini untuk membuktikan betapa hebatnya daya sugesti tangan dan mata.
Apabila kekuatan suara, mata dan tangan dapat dikuasai lalu digunakan secara harmonis maka daya proyeksinya akan luar biasa dan itulah salah satu rahasia kekuatan seni acting atau seni pemeranan.
D. TEMPO
Permainan tempo diperlukan untuk lebih memberikan kejelasan permainan dan jalannya cerita. Tempo permainan yang menarik adalah yang mengandung keragaman tempo yakni cepat, lambat,hening. Pemain harus mampu mengatur keragaman tempo agar sesuai dan tepat sesuai kebutuhan permainan drama secara keseluruhan. Kadang kalimat kurang penting diucapkan dengan tempo cepat dan yang penting lebih lambat. Antara kalimat yang perlu perenungan diperlukan tempo hening agar penonton ikut merasuk. Dalam hal ini kemampuan sutradara sangat dibutuhkan untuk mengaransemennya.
Maka pemain wajib tidak hanya memikirkan perannya sendiri, tapi juga peran-peran yang ada di dalam naskah. Korelasinya dengan peran lain, mempelajari juga dialog peran lain; terutama lawan dialognya. Baru akan terdengar para pemain berbicara dan bukan menghafal saja. Hanya dengan cara seperti inilah akan terbangun permainan tempo, ritme, irama pertunjukkan drama yang memikat, memukau dan menjerat penonton hingga pertunjukkan usai.
E. KLIMAKS
Klimaks adalah puncak cerita. Klimaks bisa di permulaan, ditengah atau di akhir cerita. Jadi pemain harus bisa menemukan dimana klimaks cerita. Selanjutnya akan menentukan bersama sutradara. Seluruh pemain akan membina perkembangan menuju klimaks. Tanpa mengenal klimaks maka permainan akan datar
Jakarta 18 Maret 2020
Rudolf Puspa
(bersambung)