Advertisement
pojokseni.com - Huruf Rejang, yang sering disebut huruf Rikung juga disebut (secara lokal) sebagai surat Ulu menjadi sebuah huruf yang tua, bahkan disebut-sebut sebagai yang tertua di Sumatera.
Berikut fakta tentang huruf Rejang ini.
1. Tidak Diketahui Kapan Pertama Digunakan
Begitu tuanya, sampai tidak ada yang berani memastikan kapan aksara ini pertama kali digunakan. Salah satu dokumen resmi yang tertua ditemukan berasal dari abad ke-18, namun itu tidak membuktikan bahwa aksara tersebut pertama kali digunakan di abad tersebut.
Nyaris sama dengan aksara yang digunakan di Jawa, Thailand, Filipina, India dan sebagainya, aksara ini juga (berdasarkan sistem induk bahasa) berasal dari aksara Pallawa.
2. Keluarga Besar Alfabet Brahmic
Karena berasal dari Pallawa, maka Huruf Rejang berasal dari keluarga alfabet Brahmic yang berkembang di daerah yang erat dengan budaya India Raya (Hindu-Buddha).
Dengan demikian, melihat dari "keluarga besarnya" huruf Rejang berkerabat dengan huruf Bali, Batak, Jawa, Sunda Tua, Rencong (Aceh) juga bersaudara dengan huruf Baybayin, Buhid, Hanuno'o, Tagbanwa dan Kulitan yang kesemuanya huruf atau alfabet asal Filipina.
3. Istilah "KaGaNga" disebut oleh Antropolog Inggris
Rakyat Rejang pertama kali menyebut aksara ini sebagai Surat Ulu (Naskah Ulu). Seorang antropolog asal Inggris kelahiran tahun 1926, Mervyn Jaspan yang menyebut aksara ini dengan tiga huruf pertamanya, menjadi aksara Ka-Ga-Nga. Penyebutan Mervyn A JAspan itulah yang digunakan hingga saat ini.
4. Jarang Dipakai Sejak Dijajah Belanda
Ketika Belanda masuk ke Tanah Rejang, maka sejak saat itu literasi Rejang menurun, mulai abad ke-17. Sejak saat itu, penulisan di Rejang, bahkan untuk Bahasa Rejang, menggunakan huruf latin. Itu terjadi, hingga hari ini, maka semakin sedikit (bahkan orang Rejang tulen sekalipun) yang mampu menulis dengan aksara ini.
5. Wajib Digunakan Untuk Teks "Ritual"
Meski penulisan dengan huruf Rejang mulai berkurang di abad ke-17, namun huruf Rejang masih digunakan untuk penulisan yang bersifat ritual. Misalnya untuk mantra, atau sastra.
Fakta Tentang Bahasa Rejang
Selain fakta menarik tentang huruf Rejang, tentu akan kurang lengkap bila tidak dilengkapi dengan fakta tentang Bahasa Rejang.
1. Bahasa Rejang Tak Terkait dengan Bahasa Apapun di Sumatera
Meski ditemukan ada kata-kata yang mirip dengan Bahasa Melayu, ternyata kata tersebut "diserap" oleh Bahasa Rejang. Dan itu tidak membuktikan bahwa Bahasa Rejang memiliki keterkaitan "erat" dengan bahasa Melayu. Karena tidak hanya Melayu, Bahasa Rejang juga menyerap kata-kata dari bahasa Arab, Sansakerta, bahkan Bahasa Inggris dan Belanda.
Namun, sebenarnya Bahasa Rejang termasuk dalam keluarga besar bahasa Melayu - Polinesia, yang tentunya berkerabat dengan Bahasa Melayu dan bahasa lain di Sumatera. Tapi, "hubungan kekerabatannya" sangat tidak erat. Karena Bahasa Rejang justru lebih dekat kekerabatannya dengan bahasa Tanah Dayak, Bahasa Bidayuh dan paling dekat dengan bahasa Bukar Sadong yang juga berasal dari Tanah Kalimantan.
2. Terdiri Dari 5 Dialek Utama
Bahasa Rejang terdiri dari 5 dialek utama, yakni dialek Lebong, Musi, Kebanagung, Pesisir dan Rawas. Meski terdapat perbedaan, bahkan perbedaan yang mencolok untuk beberapa kata, namun sebagian besar penutur Bahasa Rejang dapat saling mengerti antar dialek tersebut.
Berikut Contoh Bahasa Rejang beserta teks huruf Rejang.
Kutê tun laher mêrdeka, tmuan hok-hok dê srai. Kutê nagiak-ba akêa peker ngen atêi, kêrno o kêlok-nê bêkuat-ba do ngen luyên lêm asai sêpasuak.
Translasi
Semua manusia dilahirkan merdeka dan setara dalam martabat dan hak. Mereka diberkahi dengan akal dan hati nurani dan harus bertindak terhadap satu sama lain dalam semangat persaudaraan. (ai/pojokseni.com)