Advertisement
Konstantin Stanislavsky |
Enam jenis aktor tersebut, antara lain:
1. Aktor "Pesona" dan "Rasa"
Aktor yang pertama adalah aktor yang memiliki pesona baik tubuh, wajah maupun tampilan fisik lainnya. Dengan meyakini bahwa ia memiliki pesona yang bisa dipertontonkan, maka aktor satu ini merasa bahwa penonton akan tertarik dengan pesona mereka.
Aktor jenis ini, menurut Konstantin Stanislavsky, akan mengandalkan kedalaman "rasa" dengan intensitas saraf yang dibesar-besarkan, kemudian dibumbui sifat asli aktor yang paling kuat.
Maka aktor-aktor semacam ini menjadi salah satu yang sering ditemui di budaya pop, mengandalkan pesona dan rasa untuk menjadi daya tarik utama.
2. Aktor Kodian
Aktor yang kedua, mereka punya tampilan diri sendiri yang orisinil lalu digunakannya untuk mementaskan apapun peran yang ia miliki. Ditambah dengan sedikit ragam akting lainnya yang mungkin klise, tapi ditampilkan dengan halus.
Aktor jenis ini muncul di atas panggung tanpa pernah menjelmakan tokoh lain. Ia merasa, tampilan dirinya yang orisinil lebih piawai dan tak perlu susah-susah diubah. Namun, dalam puluhan pementasan, akan hadir puluhan peran yang kodian, nyaris sama, dan begitu-begitu saja.
3. Aktor Palsu
Aktor satu ini mungkin kuat pada teknik keaktoran, tapi begitu terkesan klise. Tidak hanya itu, kadang-kadang aktor ini tidak berusaha untuk menciptakan seorang aktor baru, tapi menirukan aktor-aktor yang sudah ada. Apabila ia memainkan satu karakter tertentu, maka ia akan menirukan sebisa mungkin pemain sebelumnya yang memainkan karakter yang sama.
Memainkan satu tokoh, apalagi dari naskah yang terkenal dan telah ratusan kali dipentaskan, maka seperti sebuah "ritual" pengulangan tokoh yang sebelumnya. Ada semacam "blueprint" untuk karakter tertentu, sehingga alih-alih proses penciptaan, aktor-aktor ini memilih untuk menjadi duplikat aktor yang sebelumnya.
Aktor semacam ini bisa saja memainkan puluhan peran dalam satu tahun. Padahal, untuk satu peran, dibutuhkan pendalaman peran yang memakan waktu. Namun, karena ia hanya meniru, maka proses latihannya menjadi lebih cepat.
4. Aktor Over-acting dan Klise
Selanjutnya, ada aktor yang kebalikan dari aktor jenis pertama, yakni aktor yang tidak memiliki tampilan yang rupawan. Maka beberapa aktor akan menggunakan teknik yang terlatih agar mampu tetap memukau penontonnya dengan halus dan tinggi estetikanya.
Tapi sayangnya, tidak semua aktor ini mampu melakukan dan mempelajari teknik tersebut dengan tekun dan serius. Hasilnya, banyak aktor yang semacam ini menjadikan "kekurangannya" sebagai daya tarik utama. Hasilnya, mereka terjebak menjadi aktor yang over-acting, serta jebakan yang paling mengerikan dalam seni peran; klise!
5. Aktor dengan Pengamatan Tajam
Aktor jenis ini lebih detail, untuk setiap gerak, ujaran, tindak-tanduk dan psikologis dari perannya. Misalnya, bila ia mendapatkan peran tentara, maka ia akan secara detail dan terperinci membedakan apakah ia seorang infanteri, atau kavaleri. Apakah ia seorang perwira menengah, atau seorang perwira tinggi, atau prajurit. Maka, ia akan menampilkannya dengan detail dan rinci.
Aktor-aktor ini juga akan memberikan detail pada dialek, pelafalan, gerak-gerak kecil dan sebagainya, sesuai dengan peran yang ia dapatkan. Bagaimana cara bernafas atau cara batuk seorang bangsawan, tentunya berbeda dengan rakyat jelata. Bahkan, bangsawan yang berasal dari daerah kota, dengan bangsawan yang tinggal di desa pun dapat dengan tepat ditemukan perbedaannya.
Dengan detail begitu, menjadikan peran yang ditampilkannya nyaris sempurna. Aktor-aktor ini memiliki pengamatan yang tajam, dan rela menghabiskan waktu untuk observasi peran demi kesempurnaan artistiknya.
6. Aktor yang Tercerahkan
Ini adalah bentuk yang paripurna dari seorang aktor. Ia detail dan rinci, memiliki teknik yang mumpuni, melatih tubuh dan menambah pengetahuannya setiap waktu. Ia menghormati dan mencintai estetika seni peran.
Aktor yang tercerahkan adalah tujuan akhir dari kurikulum yang disusun Stanislavsky dalam tajuk "The System" itu. Misalnya untuk peran seorang bangsawan tadi, setelah tahu dengan detail bagaimana tampilan fisik, psikologis, gerak, ciri-ciri, karakter dan cara bicaranya, maka aktor ini akan melatih semua otot dan saraf tubuhnya, untuk menubuhkan karakter ini. Ia menghabiskan waktu setidaknya berbulan-bulan untuk menjadikan semua gerakan dan ciri dari karakter yang dibangunnya menjadi seperti kebiasaannya sendiri.
Tubuh dan ujarannya menjadikan setiap teks yang ada di naskah menjadi "berbunyi". Geraknya tidak terlihat mekanikal, karena telah menyatu dengan lapisan psikologinya, sehingga benar-benar terlihat alamiah. Oleh karena itu, aktor yang satu ini memiliki perhatian yang serius pada tubuh dan pengetahuan. Latihan olah tubuh, serta terus menambah pengalaman rasa dan pengetahuan menjadi makanannya sehari-hari. (ai/pojokseni.com)
Tulisan di atas bersumber dari buku "Membangun Tokoh" karya Konstantin Stanislavsky.
Tertarik memiliki buku ini, Anda bisa mendapatkannya di Bukalapak seharga Rp65.000 (harga promo)