Advertisement
pojokseni.com - Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) dengan para seniman dijadwalkan akan menggelar pementasan bertajuk "Syair Kera" di halaman Kantor Gubernur Riau, Rabu (29/1/2020). Pentas ini diadaptasi dari 137 syair berjudul Syair Kera karya Tenas Effendy.
Mendiang Tenas Effendy adalah seorang tokoh asal tanah Melayu yang telah menerima Bintang Kehormatan Mahaputra Naraya atas karya-karyanya. Syair Kera adalah salah satu mahakaryanya yang sebelumnya juga pernah dipentaskan dalam bentuk pertunjukan teaterikal di Bandar Seni raja Ali Haji pada penutupan hari Pohon Internasional bulan Desember 2019, serta dipentaskan lagi dalam workshop teater di Gedung Aisyah Sulaiman Tanjung Pinang di bulan yang sama.
Awalnya, pentas ini melibatkan belasan mahasiswa Universitas Islam Riau yang berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa University of Malaya. Namun, untuk pentas kali ini menjadi pentas kolosal yang melibatkan hingga 100 orang, antara lain mahasiwa Universitas Riau (Unri), Universitas Muhammadiyah Riau, UIN Susqa, SMK Pertanian Pekanbaru dan sebagainya.
Pentas ini, diungkapkan oleh sutradara Willy FWI, menyoroti isu lingkungan yang terjadi di Riau. Mulai dari musibah kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun di Riau, dampak negatifnya pada masyakarat, termasuk pula dugaan tindak korupsi anggaran penanganan kebakaran hutan tersebut.
Dugaan korupsi pada bencana tersebut menjadi sorotan, karena hal itu yang menurut Willy menjadi penyebab kebakaran tak kunjung bertemu solusi. Ada dua contoh kasus, pertama di BPBD Dumai yang mendapat kucuran dana Rp 700 juta untuk penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan, pasca penetapan status tanggap darurat oleh Walikota Dumai.
Faktanya, dana itu dikorupsi dan laporan penggunaan anggarannya fiktif. Ada kuitansi palsu, dan bagi-bagi honor yang tak sesuai peruntukan. Tanggal 19 Desember 2018, tiga orang dari BPBD Dumai yakni kepala, sekretaris dan bendahara dinyatakan bersalah atas kasus tersebut.
Kejadian serupa juga terjadi di BPBD Bengkalis. Polres setempat sedang menyelidiki gagalnya pengadaan 86 unit pompa air yang ditujukan untuk penanggulangan bencana kebakaran hutan. padahal, kebakaran hutan dan lahan di Bengkalis adalah yang paling besar dibandingkan daerah lainnya di Riau.
"Hal inilah yang juga menjadi salah satu penyebab kebakaran hutan terus ada setiap tahun," tegas Willy.
Pentas ini adalah penyampaian pesan menyambut musim kemarau yang biasanya akan datang bersama kebakaran hutan dan lahan di Riau. Syair Kera adalah cara penyampaian ajakan persiapan menyambut hal yang terjadi setiap tahun di Riau itu dengan pendekatan budaya.
“Ketika omongan manusia sudah tidak lagi didengar, mungkin saatnya kera yang bicara.” Ini adalah salah satu kalimat yang diutarakan oleh Tenas Effendy terkait isu lingkungan di Riau.
Apalagi, BMKG setempat menyebut di tahun 2020 akan ada kemarau panjang lagi menerpa Riau. Tentunya, bila tidak segera diantisipasi, akan ada kebakaran hutan dan lahan yang akan siap menerpa provinsi tersebut.
“Untuk menekan pemerintah dan korporasi terkait menghindari hal itu, seniman dan aktivis lingkungan bekerjasama membangun daya kritis masyarakat dengan pertunjukan Syair kera ini," tutup Willy.(ai/pojokseni.com)