Refleksi dari Perbandingan Dua Negara dengan Populasi Tertinggi di Dunia -->
close
Pojok Seni
01 January 2020, 1/01/2020 06:34:00 AM WIB
Terbaru 2019-12-31T23:34:55Z
Artikel

Refleksi dari Perbandingan Dua Negara dengan Populasi Tertinggi di Dunia

Advertisement
Ilustrasi India
Siapa CEO Microsoft? Siapa CEO Google? Jawabannya adalah Satya Nadella merupakan CEO Microsoft sejak tahun 2014 lalu. Kemudian, CEO Google sejak 2015 lalu adalah Sundar Pichai. Keduanya, yah berasal dari India. Pelabuhan terbesar di Australia, Abbot Point, dimiliki oleh Gautam Adani, salah seorang dari 5 orang terkaya di India.

Belum lagi menghitung penghasilan para produser film, aktor ternama dan pengusaha kaya raya asal tanah Hindustan tersebut. Bagaimana dengan Tiongkok? Hampir tidak ada nama orang Tiongkok menjadi CEO perusahaan tingkat dunia yang berada di luar negeri tersebut, apalagi di Amerika. Sangat berbeda dengan India yang memiliki orang-orang hebat di negeri Paman Sam.

Namun, ketika membandingkan kedua negara tersebut, India masuk dalam kategori negara berkembang, sama seperti negeri kita. Sedangkan Tiongkok, masuk dalam negera maju, setara dengan Jepang dan Korea Selatan apabila dibandingkan dengan negara lain di Asia. Produk-produk asal Tiongkok membanjiri semua belahan bumi, dan hampir semua jenis produk mulai dari kebutuhan rumah tangga, elektronik, fesyen, pecah belah, alat tulis dan sebagainya, produk Tiongkok berada di garda depan.

Penduduk Tiongkok 1,386 miliar orang, dan angka kemiskinan tercatat di tahun 2019 hanya 10% di antaranya. Sedangkan di India, dengan populasi yang nyaris sama dengan Tiongkok, 1,339 miliar dicatat oleh Forbes memiliki 50% penduduk dengan pendapatan yang rendah, bahkan semakin turun mulai tahun 1980-an silam. Sedangkan 1% penduduk di India termasuk dalam jajaran orang terkaya di India, dan beberapa di antaranya masuk pula dalam jajaran terkaya di Asia, bahkan dunia.

Penduduk Tiongkok
Ketimpangan terjadi, saat yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Padahal, jumlah penduduk mereka nyaris sama, namun Anda akan melihat perbedaan yang sangat signifikan bila Anda berkunjung ke Sanghai (Tiongkok) misalnya, lalu berkunjung ke Mumbai (India).

Ada banyak hal yang membuat ketimpangan-ketimpangan itu terjadi. Anda harus mengingat bahwa kasta-kasta di India sangat berpengaruh juga dengan ketimpangan ini. Entah signifikan atau tidak, tapi fakta membuktikan orang-orang dari kasta rendah di India, akan sulit keluar dari belenggu kemiskinannya.

Tapi, bukan itu kuncinya. India, memiliki orang-orang yang belajar dan bekerja di luar negeri, termasuk di Amerika. Kemudian, setelah sukses, mereka berkeluarga di sana dan membangun usahanya di negeri lain. Artinya, ia bukan membangun negaranya, tapi membangun negara lain. Membuka lapangan pekerjaan di negara lain, mengentaskan kemiskinan di negara lain.

Ditambah, betapa politik begitu panas di India. Setiap pemilu berujung unjuk rasa, kekerasan, perpecahan dan sebagainya. Betapa pemilu dan politik begitu menguras tenaga dan pikiran. Tentunya, hal itu tidak dirasakan oleh Tiongkok yang hanya punya satu partai. Internet menjadi media penyebaran kebencian dan sebagainya.

Politik juga menyeret agama keluar dari tempat "persembunyiannya", dari ruang privat manusia menjadi ruang publik. Agama menjadi senjata untuk kepentingan tertentu, yang tentunya lagi-lagi harus menguras tenaga dan pikiran rakyat India yang bahkan untuk hidup sehari-hari saja sudah susah.

Lalu, bagaimana Indonesia? Dari berbagai data dan fakta yang dipaparkan di atas, sepertinya Indonesia nyaris lebih mirip ke India. Mungkin karena sama-sama bertemu dengan Samudera Hindia, punya banyak kesamaan lainnya dalam hal budaya (karena sama-sama dipengaruhi Hindu - Buddha -Islam) dan kesamaan-kesamaan lainnya. Ketimpangan juga akan dengan mudah ditemukan di Indonesia.

Tahun baru 2020, semoga bisa menjadi refleksi bagi seluruh rakyat Indonesia untuk lebih baik lagi ke depannya. Tentunya, berkaca dengan perbandingan antara dua negara dengan penduduk terbesar di dunia, Tiongkok dan India.


Catatan Ringan Redaksi PojokSeni awal tahun 2020.

Ads