Advertisement
Lukisan Tiongkok |
pojokseni.com - Tiongkok mengenal seni lukis sejak lama, bahkan beberapa sumber menyebutkan lebih dulu dari benua Eropa. Namun, lukisan di Tiongkok memiliki ciri khas tertentu. Salah satu yang paling dominan adalah warna. Warna lukisan ala Tiongkok sangat minim, bahkan kebanyakan hanya hitam dan putih saja.
Ada alasan kenapa lukisan di Tiongkok sangat minim warna. Tinta warna hitam digunakan untuk kaligrafi sedangkan lukisannya juga sangat minim warna. Semua dilandasi dengan pandangan Taoisme yang diperkenalkan Lao Tzu beberapa abad silam di daratan Tiongkok.
Ada dua pendapat Lao Tzu, yang pertama bahwa terlalu banyak warna akan membuat manusia menjadi buta, juga pintu hati akan tertutup. Hal itu menjadikan pelukis di Tiongkok sangat minim menggunakan warna.
Lao Tzu |
Berasal dan berakar dari pandangan Lao Tzu itulah, pelukis di Tiongkok sangat minim menggunakan warna. Ajaran-ajaran Taoisme tersebut masih terus dipegang hingga hari ini, membuat pelukis-pelukis tradisi di Tiongkok tetap menjaga filosofi seni mereka. Minim warna menjadi andalan utama menjadikan sebuah lukisan yang indah dan tampak hidup.
Konfusius |
Pandangan berikutnya yang juga menjadi dasar pemikiran para seniman Tiongkok adalah ajaran Konfusius. Konfusius juga mengajarkan hal yang sejalan dengan Lao Tzu, bahwa terlalu banyak warna dapat menyilaukan pandangan dan menutupi realita.
Kedua tokoh pemikir asal Tiongkok ini diketahui tidak mengajarkan tentang kehidupan setelah kematian (seperti khas ajaran agama samawi), tetapi menunjukkan bakti pada dunia, kehidupan, sosial dan lingkungan sekitar.
Tentunya, hal itu sangat berbeda dengan pandangan di Eropa, juga di negara ketiga. Karena di Eropa, serta belahan dunia yang lainnya, tidak berpatokan dengan pandangan dua tokoh besar asal Tiongkok tersebut, sehingga lukisan yang penuh warna justru lahir di luar Tiongkok.
Namun, minim warna bukan berarti muram atau duka. Banyak lukisan yang memaparkan indahnya alam, hanya dengan warna yang sangat minim. Tentunya, seni lukis ala Tiongkok juga menarik untuk dipelajari, begitu pula filosofi warna di belakangnya. (ai/pojokseni)