Advertisement
Randai (foto Jawapos) |
pojokseni.com - Perkembangan seni terus mendapatkan tempat di masyarakat, terlebih lagi pada zaman global tanpa batas melalui media teknologi. Hal ini dapat kita lihat dalam perkembangan bentuk dan gaya kesenian yang melakukan inovasi terhadap perkembangan zaman bentuk dan gaya seni yang menyesuaikan dengan kebutuhan ekosistem seni itu sendiri. Bisa kita amati seni yang melakukan itu seperti musik Indie, talempong goyang, tapuak galembong atau teater mini kata yang beranjak dari vocabuler lokal dan masih banyak lagi bentuk baru yang muncul. Tetapi bagaimana kabar teater tradisi itu sendiri?
Sementara, jika dilihat dari sudut pandang seni yang masih bertahan terhadap aturan masa lalu yang sudah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun sudah kehilangan eksistensinya di masyarakat. Seperti teater tradisi di Minangkabau yang sudah tidak begitu muncul di kalangan masyarakat yang sudah menerima perkembangan zaman.
Perhatian terhadap kearifan lokal seni pertunjukan ini memang sangat memprihatinkan. Kondisi ini tidak semata di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri, tetapi juga tanggung jawab dari beberapa kalangan seperti akademisi, penggiat seni, budayawan dan yang terutama perhatian dari pemerintah. Selain itu, tidak semua seniman tradisi yang mau menerima perkembangan seni dan budaya dengan alasan menjaga tradisi mereka agar tidak tercampur dengan budaya luar.
Pada tanggal 18 september 2019, prodi seni teater Institut Seni Indonesia Padangpanjang menggelar program kegiatan ‘Temu Teater Tradisi Sumatera Barat” dengan sub tema ‘perkembangan teater tradisi hari ini’. Kegiatan ini mengundang beberapa kelompok teater tradisi yaitu Sakabek Baniah dan komunitas seni budaya ranah Sijunjung dan dihadiri delapan sanggar dan komunitas se-Sumatera Barat. Yalesvita S.sn.,M.Sn sebagai ketua pelaksana kegiatan ini mengatakan bahwa kegiatan ini perdana pada periode 2019/2020 dan hanya mengundang beberapa kelompok saja ulasnya dalam laporan kegiatan. Sebagai satu-satu nya perguruan tinggi seni di Sumatera, Prodi seni teater ISI Padangpanjang bertanggung jawab terhadap perkembangan seni daerah.
Selain mengadakan undangan pertunjukan, kegiatan ini juga mengadakan seminar terbuka dengan pembicara Wendy HS, S.Sn.,M.A, H. Abrar, Dt Bagindo Simarajo, Dr. Sahrul N. S.S.,M.Si dan Pandu Birowo, S.Sn.,M.A sebagai moderator. Pembahasan seminar ini dibahas dari beberapa sudut pandang pembicara yang terdiri dari akademisi dan seniman tradisi.
Pembicaraan dibuka oleh Pandu Birowo selaku moderator dalam seminar dengan mengulas apa saja bentuk teater tradisi yang dimiliki oleh sumatera barat khususnya Minangkabau yaitu randai dan tupai janjang. Bahwasanya Minangkabau memiliki gaya dramatik tersendiri. Tetapi gaya teater tersebut sering terlupakan oleh masyarakatnya sendiri, terutama tupai janjang yang pada hari ini hampir tidak terlihat sama sekali.
Pembicara membahas tentang persoalan randai berdasarkan hasil analisis masing masing. Wendy HS membahas bagaimana persoalan randai dari beberapa aspek, dalam hal ini lebih di fokuskan pada titik pengelolaan randai tersebut. Bahwasanya randai harus bisa mandiri dalam menghidupi dirinya sendiri. Sebagai seorang peneliti randai, Wendy HS juga mengulas tentang persoalan pasca orde baru yaitu era reformasi yang mempengaruhi popularitas seni tradisi.
Kemerosotan peminat kesenian tradisi pada masa reformasi juga mempengaruhi dari populasi kesenian itu sendiri. Tetapi dalam hal ini persoalan managemen sangat mempengaruhi perkembangan kesenian tradisi itu sendiri. Apabila managemen kesenian tersebut bisa beradaptasi terhadap perkembangan lingkungan nya sendiri.
Sebagai salah satu tokoh randai tradisi yang berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota H. Abrar, Dt Bagindo Simarajo memaparkan randai dari sudut pandang aturan randai tradisi itu sendiri. Selain itu H. Abrar juga mengulas tentang penonton randai pada masa sekarang. Dimana penonton randai hanya didominasi oleh orang tua, sementara para pemuda lebih cenderung menonton organ tunggal. Dalam pembahasan ini H. Abrar juga sangat berharap kepada para akademis yang lebih memahami persoalan perkembangan seni tradisi. Selain itu, H. Abrar juga mengatakan tentang legalitas dalam kelompok tradisi tradisi tersebut. Agar kepentingan administrasi kegiatan dapat dilancarkan.
Eksistensi randai tidak hanya sebagai persoalan manajemen dan struktur dramatik tradisi saja. Pembahasan tentang teater tradisi di Minangkabau dijelaskan dari sudut pandang kearifan lokal kesenian. Berdasarkan penjelasan oleh Dr. Sahrul N. sebagai seorang Dosen senior di Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Sahrul N menjelaskan salah satu persoalan yang menjadi seni tradisi itu menjadi redup yaitu dari kompetisi seni tradisi itu sendiri.
Salah satunya adalah dalam perlombaan. Perlombaan seni tradisi mengakibatkan keunikan dan keberagaman nya menjadi seragam. Setiap daerah memiliki cirikhas dan gaya masing masing yang tidak bisa di samakan dengan seni tradisi yang lain. Kecendrungan terhadap lomba lebih mengikuti selera juri, sehingga idiom-idiom lokal tidak muncul sehingga menjadikan kesenian tradisi sebagai kesenangan subjektif. Bukan sebagai sebuah keberagaman.
Pembahasan seminar ‘perkembangan teater tradisi Sumatera Barat’ membongkar beberapa aspek-aspek yang menjadi kendala perkembangan teater tradisi di Minangkabau. Pembicaraan tentang bagaimana perkembangan teater tradisi hari ini di Sumatera Barat menjelaskan bahwa perhatian terhadap kearifan lokal sangatlah minim. Mulai dari manajemen seni, idiom lokal tradisi sampai ke yang membuat tradisi ini menjadi seragam. Masih banyak kendala kenapa teater tradisi ini mengalami kemerosotan.
Pembahasan perkembangan teater tradisi di Sumatera Barat memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan eksistensi teater tradisi itu sendiri. Sementara seni terus bergerak maju dalam mengikuti pasarnya. Pembahasan materi seminar temu teater tradisi se Sumatera Barat harus kelanjutan dan ditanggapi dengan serius dari segala pihak.
Penulis: Fuji El Ikhsan