Advertisement
pojokseni.com - Hari Senin (15 Juli 2019) lalu, sebanyak 20 orang seniman mendatangi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bengkulu untuk mempertanyakan dan meminta kejelasan terkait Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS).
Para seniman ini, seperti yang diberitakan beberapa media lokal, menyebutkan bahwa proses penyeleksian seniman untuk GSMS di Kota Bengkulu terkesan tidak adil dan tidak transparan. Seniman yang tergabung dalam Asosiasi Penggiat Seni Bengkulu (ASPB) ini bahkan menilai ada indikasi proses penyeleksian yang tidak adil. Proses pendaftaran secara daring, namun pihak Disdikbud bisa menentukan seniman yang lolos tidak dengan dipanggil langsung.
Seorang seniman, Sandi Aprianto, menyebutkan bahwa terkesan proses hasil penyeleksian tersebut berjalan dengan penunjukan, atau kedekatan dengan seniman saja. Padahal, seharusnya melihat seniman tersebut secara kualitas, baik praktik, teori dan kekaryaan.
Sementara itu, dari pihak Disdikbud Kota Bengkulu, Kepala Bidang Kebudayaan, Martina Ningsih menegaskan bahwa ia sudah menjelaskan secara rinci pada para seniman.
"Para seniman masih meragukan penilaian yang dilakukan pihak kami," kata Martina seperti dikutip dari Harianrakyatbengkulu.com.
Martina juga menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan penyeimbangan, agar jumlah seniman dapat merata terbagi. Dari total 21 sekolah yang mendapatkan program GSMS, 12 di antaranya adalah Sekolah Dasar (SD) dan sisanya Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan demikian, pihaknya telah memutuskan pembagian kuota secara adil yakni seni tari 5 kuota, seni musik 6 kuota, seni rupa 5 kuota dan seni teater 5 kuota.
"Para seniman juga meminta adanya penambahan kuota, namun kita jelaskan bahwa kuotanya memang tidak mencukupi," tutup Martina. (ai/pojokseni)