Advertisement
pojokseni.com - Penggemar seni pertunjuan akan kembali dimanjakan dengan pertunjukan menarik di Salihara, bertajuk The Seen and Unseen. Pertunjukan ini adalah pertunjukan pembuka festival Helatari Salihara 2019, yang berlangsung dari 15 Juni - 06 Juli 2019. Helatari Salihara adalah festival tari yang diselenggarakan dua tahun sekali sejak 2015. Dua edisi sebelumnya, 2015 dan 2017, kami menampilkan koreografer dan kelompok tari yang telah mapan dari dalam negeri dan luar negeri.
The Seen and Unseen (Sekala Niskala) adalah seni pertunjukan baru, kolaborasi lintas budaya seniman Indonesia, Jepang dan Australia. Pertunjukan ini terinspirasi dari film karya Kamila Andini berjudul sama yang pernah meraih The Grand Prix (Film Terbaik) kategori Generation Kplus International Jury di Berlin Film Festival (Berlinale) 2018. Pertunjukan ini menggabungkan tarian, musik langsung, menampilkan skor elektronik serta menciptakan perpaduan gerakan tarian tradisional Bali dengan pendekatan kontemporer ke teater.
Sama seperti film, pertunjukan ini juga berlandaskan filosofi masyarakat Bali “Sekala Niskala”, nilai spiritual yang menggambarkan apa yang tidak bisa kita lihat di dunia ini memiliki nilai yang setara dengan apa bisa yang dilihat. The Seen and Unseen menampilkan tim kreatif lintas budaya antara lain Komunitas Bumi Bajra, Ida Ayu Wayan Arya Satyani (Indonesia), Yasuhiro Morinaga (Jepang), Eugyeene Teh (Australia), Jenny Hector (Australia) dan Adena Jacobs, sutradara teater dan direktur artistik Fraught Outfit (Australia).
Informasi Pertunjukan
Direktur Artistik
Kamila Andini
Koreografer
Ida Ayu Wayan Arya Satyani
Pentas
Sabtu, 15 Juni 2019 | 20: 00 WIBMinggu, 16 Juni 2019 | 15:00 WIB
Teater Salihara
Jl. Salihara no.16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Profil
Kamila Andini adalah penulis naskah dan sutradara film yang memiliki ciri khas menggarap sinema tanpa batas. Ia merilis film pertamanya yaitu The Mirror Never Lies (2011) yang telah diputar di puluhan festival internasional dan telah menerima lebih dari 15 penghargaan. Dua film pendeknya Diana Sendiri Diana dan Memoria mengeksplorasi sudut pandang perempuan baik di Jakarta maupun di daerah pedesaan di Timor Leste. Kepeduliannya terhadap seni, budaya sosial, kesetaraan gender dan isu-isu lingkungan adalah ciri khasnya untuk menciptakan perspektif yang berbeda dalam bercerita.
Ida Ayu Wayan Arya Satyani dilahirkan di Denpasar pada 1977. Ia pernah terlibat dalam Body Tjak The Celebration bersama Prof. Dr. I Wayan Dibia dan Keith Terry (San Francisco, 1999), koreografer untuk The Missing Sun bersama Nelson Chia (Singapura, 2000-2001), terlibat dalam Cultural Olympiad bersama Maha Bajra Sandhi (Athena, 2004). Ia juga adalah koreografer dalam program Recovery Bali yang ditampilkan di enam negara Eropa (2006). Ia juga aktif mengajar di Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. (RP/pojokseni)