Advertisement
pojokseni.com - Di sebuah acara kuis TV swasta yang berhadiah ratusan juta rupiah, pembawa acara bertanya pada calon pemenang. Apabila pemenang mendapatkan uang ratusan juta itu, apa yang akan dilakukannya?
"Jalan-jalan ke luar negeri, ke Perancis dan Jepang," kata dia.
Jalan-jalan ke luar negeri seperti sesuatu yang tinggi pencapaiannya, bagai puncak dari kemanusiaan. Seseorang dapat dikatakan hebat dan luar biasa, bila sudah berjalan-jalan ke luar negeri. Tentu saja, ini dalam konteks "jalan-jalan" bukan hal yang lebih penting dan mendesak seperti ibadah, pekerjaan atau pendidikan.
Dari data yang dilansir Ditjen Imigrasi, tahun 2016 jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berwisata ke luar negeri mencapai 8,4 juta orang. Tahun 2017, jumlah itu naik mencapai 9,1 juta orang, sedangkan di tahun 2018, jumlah itu naik lagi hingga di atas 10 juta orang. Entah bagaimana di tahun 2019 ini, namun disinyalir akan meningkat.
Secara kebetulan, tiga tahun tersebut angka Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ke luar negeri justru menurun. Apalagi, ke wilayah Timur Tengah, karena adanya pembatasan tenaga kerja yang cukup drastis perbedaannya.
Bayangkan saja, kalau setidak-tidaknya 10 juta orang itu membawa uang Rp5 juta saja untuk dibelanjakan di luar negeri. Maka ada uang senilai Rp 50 triliun yang ditukarkan menjadi mata uang asing dan keluar dari Indonesia, bukan? Itu, kalau cuma Rp5 juta, yah. Kalau lebih? Hitung sendiri!
Ingat, Rp50 Triliun itu bukan angka yang sedikit. Ada 13 angka nol di sana! Bayangkan berapa tempat ibadah, sekolah dan fasilitas umum yang bisa dibuat dengan angka segitu.
Apa dampaknya?
Dampak yang paling terasa cepat adalah rupiah melemah. Nilai tukar mata uang asing, apalagi Dollar Amerika (US $) sudah terlalu kuat karena perdagangan ekspor-impor, akan semakin kuat karena banyaknya nilai tukar ke dollar. Begitu pula yang terjadi pada Dollar Singapura, Yen Jepang, Euro, Riyal Arab Saudi, Won Korea, Bath Thailand, dan mata uang lainnya.
Maka dengan kata lain, bila Anda adalah tipe yang suka berwisata ke luar negeri, maka Anda ikut bertanggung jawab atas melemahnya rupiah.
Apa kelanjutannya, rupiah melemah berarti semakin lesu pedagangan dan roda ekonomi di Indonesia. Yah, kesejahteraan masyarakat sangat tergantung dengan perputaran uang di dalam negeri, yang menggerakkan roda perekonomian. Masalahnya adalah, mulai dari ponsel, laptop, jam tangan, sepatu, tas dan pakaian sudah produk impor dari luar negeri, di tambah lagi per orang akan menghabiskan jutaan rupiah di negeri orang, akan semakin menjadikan ekonomi semakin terpuruk. Setelah itu, mau berteriak salah pemerintah?
Solusinya
Indonesia, bisa saja Anda disebut negara berkembang bahkan negara dengan ekonomi yang pas-pasan. Tapi kalau bicara tentang kekayaan alam, potensi wisata, seni dan kebudayaan, maka Indonesia adalah negara yang terkaya, bahkan adidaya.
Tapi, semuanya akan sia-sia apabila Anda memilih untuk berkunjung ke luar negeri dan berbelanja produk luar negeri melulu. Bagaimana dengan ekonomi kreatif dalam negeri? Apakah (lagi-lagi) harus pemerintah yang bertanggung jawab?
Bila Anda sudah naik haji, lalu pernah sekali umroh, maka bila ada uang berlebih, ketimbang umroh lagi, maka akan lebih baik Anda gunakan untuk membangun tempat ibadah. Ada berapa orang yang sembahyang di tempat ibadah yang Anda bangun? Maka amal jariah akan terus mengalir untuk Anda, bahkan sampai Anda meninggal dunia.
Terlebih, uangnya akan mengalir ke toko barang bangunan asalkan semen dan material lainnya adalah produk dalam negeri. Juga mengalir ke pembuat bata, ke keringat para pekerja dan sebagainya. Apa itu tidak lebih mulia?
Apabila Anda memang punya kelebihan uang sehingga mampu ke luar negeri, cobalah berkunjung ke ujung Indonesia. Memang biaya ke Raja Ampat misalnya, jauh lebih mahal ketimbang ke Singapura, tapi uangnya akan tetap mengalir di dalam negeri yang kemudian jadi gaji pegawai BUMN, PNS dan APBN serta APBD.
Ingin melihat menara Eiffel? Yakin nggak tertarik dengan pemandangan Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali, yang jauh lebih artistik dan lebih tinggi? Ingin melihat bintang-bintang Korea Selatan? Yakin, sudah melihat aktor-aktor ternama Indonesia yang tak kalah cantik dan tampan bermain di panggung Galeri Indonesia Kaya?
Yakin, nggak tertarik surfing di Bunaken, Sulawesi Utara? Yakin juga nggak tertarik bersantai sambil melihat pemandangan alam di Wakatobi?
Selain itu, apakah Anda yakin menyaksikan Teater Koma tidak lebih menarik dari Teater Broadway? Coba dulu deh, sebelum memutuskan ingin ke luar negeri. Karena, ada konsekuensinya pada negara, ketika Anda memutuskan hal tersebut. (ai/pojokseni)