Advertisement
Saran Sungei oleh Komunitas Teater Palangkaraya |
pojokseni.com - Dalam perayaan Hari Bumi Sedunia tahun 2019, Komunitas Teater Palangka Raya mengadakan kegiatan Diskusi & Pertunjukan. Mengangkat tema ‘Sungai’, kegiatan ini pun dilaksanakan di pinggir sungai Kahayan, tepatnya di bawah ikon kota Palangka Raya, Jembatan Kahayan.
Diskusi ‘Narai Kabar Sungei Itah?’ yang digelar pada sore hari pada 24 April 2019 mempertanyakan kembali kondisi sungai di Kalimantan, khususnya Palangkaraya. Diskusi berlangsung sejak pukul 16.00 – 17.30 wib dimoderatori oleh Arif Rosidhin.
Diawali dengan penyampaian kondisi Sungai Kahayan tempo dulu oleh Esau A. Tambang (Pemerhati Lingkungan), dan dilanjutkan oleh Abdi Rahmat (Seniman) yang memaparkan bahwa banyak manfaat sungai, salah satunya sebagai inspirasi dalam seniman-seniman membuat karya, serta pergeseran cara pandang masyarakat tentang sungai di masa sekarang. Diskusi ditutup oleh Ari Prasetyo dengan ajakan dan tantangan kepada kaum milenials agar peduli terhadap sekitar dan lingkungan, tidak hanya peduli pada suatu hal ketika sudah viral saja.
"Selain memperingati hari Bumi, kegiatan ini juga bertujuan untuk memanfaatkan ruang-ruang publik yang ada di kota Palangka Raya sebagai tempat kita berkarya dan menyuarakan apa yang perlu kita suarakan, bahkan di kolong jembatan sekalipun," ungkap Asra’i Iqra Thaha, Tim Produksi Saran Sungei.
Kegiatan berlanjut pada pukul 19.00 – 21.00 wib dengan Pertunjukan dari beberapa kelompok kreatif yang ada di Kota Palangka Raya. Pertunjukan kolong Jembatan menghadirkan sebuah karya pertunjukan eksploratif dari Komunitas Teater Palangka Raya. Dimana pertunjukan yang menggabungkan antara Puisi, Musik, Teater, Multimedia dan Live Painting Perfomance disuguhkan dalam satu karya kolaboratif yang masing-masing pribadi mengekplorasi serta saling merespon satu sama lain.
Diawali dengan pembacaan puisi oleh Poppy Indira Oktaviani, direspon langsung oleh Zulfikar Muhammad Nugroho. dengan live loopping music dengan bermediumkan alat musik khas kalteng, yaitu kacapi, garantung, dan suling balawung. serta karya Multimedia oleh Vera Dwi Safitri yang ditayangkan menggunakan proyektor langsung ke bagian atas kolong jembatan kahayan.
Di sisi panggung yang lain, Zein Alitamara menggoreskan warna-warna pada kanvas putih merespon dengan live painting performance. Dan pada sisi belakang panggung yang berbatasan dengan sungai, Abd. Khafizd Amrullah merespon pertunjukan dengan gerak, menggunakan make up putih dan mengeksplorasi simbol-simbol tubuh sebagai manifestasi segala bentuk kegelisahan sungai.
Acara ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya diskusi dalam setiap pertunjukan, sehingga terbangun jiwa kritis, logis, dan kejujuran dalam diri seniman di kota Palangkaraya .
"Kegiatan ini dapat terlakasana tentu atas bantuan dan dukungan banyak pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Harapannya kegiatan ini dapat berdampak positif terhadap kepedulian kita kepada sungai dan juga gairah kita semua dalam berkarya dan berkesenian di Kota Palangka Raya’ ucap Lusy Oklivtita, Pimpinan Produksi Saran sungei. (rp/mp/pojokseni.com)