Advertisement
pojokseni.com - Ajaran agama diturunkan lewat media kitab suci, kemudian mulai dari pembawa wahyu (nabi/rasul) diperintahkan untuk membacanya terlebih dulu.
Membaca menjadi sebuah kewajiban, misalnya di agama Islam, bahkan ayat pertama turun memerintahkan membaca. Sedangkan menulis, berarti mengabadikan, menyimpan, dan menyampaikan sesuatu ide, cerita, kejadian lewat tulisan.
Tanpa ada yang menulis, bagaimana kisah-kisah sejarah yang terjadi di era lampau bisa diketahui oleh orang di era milenial. Tanpa ada yang menulis, maka pemikiran Sokrates, Konfusius, Aristoteles, Plato sampai pemikir era modern bisa sampai ke seluruh dunia.
Lewat fakta-fakta itulah, membaca dan menulis bukan lagi menjadi kegiatan, tapi keharusan. Menulis dan membaca adalah dua dari empat perangkat kebahasaan yang dimiliki manusia, yang tidak dimiliki makhluk lain.
Masalahnya adalah, menulis kerap dikaitkan dengan profesi penulis. Padahal, menulis dan penulis adalah dua hal yang berbeda. Menulis adalah sebuah proses, baik melahirkan pikiran, perasaan dan disampaikan lewat media huruf. Sedangkan penulis, adalah salah satu profesi. Orang yang menulis, atau bekerja dengan menulis atau hal yang terkait itu, disebut penulis.
Apakah menulis sesuatu, lantas menjadi penulis? Belum tentu.
Masalah berikutnya adalah, banyak yang langsung saja menulis, melewatkan proses yang penting sebelum menulis, yakni membaca. Membaca sebagaimana mendengarkan, harus dilakukan sebelum menulis dan berbicara. Sayangnya, zaman sekarang lebih sering melihat orang yang menulis dan berbicara, tanpa melewati proses membaca dan mendengarkan.
Membaca tidak hanya memperkaya wawasan, tapi juga memperkaya kosakata, diksi dan kata-kata. Sedangkan proses menulis sangat membutuhkan hal itu, baik wawasan, maupun diksi.
Lebih parah lagi, saat ini ada banyak yang memilih tidak membaca, tapi langsung menulis dan merasa jadi penulis. Penulis hebat, lagi!
Jadi, mulailah semuanya dengan membaca. Baru menulis. Semakin kaya wawasan Anda, juga semakin banyak diksi yang Anda miliki, maka baru masuk ke tahapan berikut, menulis. Jangan terbalik. Salam hangat. (redaksipojokseni)