Advertisement
Sejarah monolog sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun 60-an pada saat itu pertelevisian tidak mengenal dubbing/pengisian suara oleh karena itu monolog banyak dipraktikkan untuk membuat film-film komedi/horror. Salah satu pengagas monolog yang terkenal adalah Charlie Chaplin. Monolog diperkenalkan pertama kali di Hollywood sektiar tahun 1964 lalu berkembang menjadi sarana seni dan teater dan sudah menjadi salah satu teori/pembelajaran dari karya seni teater.
Menurut Encyclopædia Britannica (1998) monolog adalah pidato panjang tokoh dalam pertunjukkan teater. Terkadang memerankan banyak tokoh dan mengahantarkan kata-kata langsung kepada penonton. Istilah monolog dalam pengertian awal berarti berbicara sendiri.
Monolog pada hakikatnya adalah suara hati yang diformulasikan dalam bentuk cakapan, yang berupa perenungan terhadap peristiwa yang telah terjadi (Dewojati, 2010:180-181). Sabur (2003:11) mengungkapkan bahwa, monolog adalah suatu jenis bentuk seni pertunjukan drama modern, yang berasal dari Yunani. Artinya, suatu pembicaraan atau suatu persoalan yang dipergelarkan oleh seorang aktor atau sebuah lakon yang berbicara mengenai masalah pribadi seorang tokoh saja.
Monolog dalam arti sempit merupakan percakapan aktor seorang diri. Pada mulanya, monolog merupakan salah satu bentuk latihan bagi seorang aktor. Dalam sebuah naskah drama biasanya terdapat pembicaraan panjang seorang tokoh di hadapan tokoh lain, dan hanya ia sendiri yang berbicara, percakapan tokoh inilah yang disebut monolog. Dan karena panjangnya percakapan, maka emosi perasaan dan karakter tokoh itu pun berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan.
Perubahan emosi dan karakter inilah yang coba dilatihkan oleh aktor. Dinamika perubahan tersebut sangat menarik dan menantang untuk dimainkan. Daya tarik permainan aktor dalam latihan monolog melahirkan permainan monolog secara mandiri. Pengarang menciptakan cerita monolog yang lepas dan bukan lagi merupakan bagian dari sebuah lakon. Permainan aktor seorang diri ini akhirnya berkembang menjadi satu bentuk pertunjukan teater. (isi/pojokseni)