Advertisement
Pertunjukan drama "The Stronger" karya August Strindberg |
pojokseni.com - Dalam buku Ikhtisar Sejarah Teater Barat, Jakob Sumardjo menjelaskan bahwa pemberontakan terhadap Realisme dalam awal abad XX, selain simbolisme adalah Ekspresionisme.
Sebenarnya Ekspresionisme sudah ada dalam teater jauh sebelum masa itu, hanya masih merupakan salah satu elemen saja dalam teater. Sebagai suatu gerakan teater, ia baru muncul pada tahun 1910 di Jerman. Sukses pertama teater Ekspresionisme dicapai oleh Walter Hasel Clever pada tahun 1914 dengan dramanya Sang Anak. Puncak gerakan ini terjadi sekitar th 1818 (PD I) dan mulai merosot tahun 1925.
Kebenaran, menurut kaum Ekspresionisme harus dicari dalam visi pribadi, dan bukan observasi kenyataan-kenyataan luar seperti dalam Realisme. Kebenaran terletak dalam jiwa, pikiran dan batin. Apa yang dianggap seseorang benar menurut batinnya harus diekspresikan meskipun tidak cocok dengan dunia nyata di luarnya.
Bagaimanapun subyektifnya pandangan itu. Bentuk apapun bisa diungkapkan asal sesuai dengan suara batinnya. Ia bisa mendistorasi kenyataan yang nampak, memotongnya atau melambangkannya. Baginya tak ada batas dalam membentuk ekspresinya.
Pertunjukan drama "Kematian yang Direncanakan" karya August Strindberg |
Tokoh Ekspresionis
- August Strinberg (1849-1912). Seorang novelis, cerpenis, penyair dan penerbit. Drama Ekspresionismenya yang terkenal adalah Sebuah Sandiwara Mimpi (1902) berisi adegan-adegan dan monolog-monolog pendek. Dramanya yang berpengaruh Sonata Hantu (1907) sangat ekspresionostik.
- Georg Kaiser (1878-1945). Dramanya yang terkenal Saudagar-saudagar Kota Calais (1914) membuatnya dikenal sebagai dramawan ekspresionis.
- Eugene O’Neill (1888-1953) dramawan terbesar Amerika. Ia menulis tragedi secara tetap, meskipun ada juga melodrama dan komedi sentimental. Telah ditulisnya 45 drama dengan berbagai aliran, ada realisme, naturalisme dan ekspresionisme.
Teater Rusia Meyerhold
Teater Rakyat Rusia ini lazim dinamai “Realisme Sosialis”. Teater rakyat yang bertujuan membantu Revolusi Komunis. Teater sebagai alat perubahan sosial dipraktekkan secara keras oleh Sovyet Rusia setelah Revolusi th. 1977 ini adalah tontonan golongan menengah keatas. Kaum buruh dan tani yang mereka bersedia berkorban demi Revolusi. Orang-orang jahat menurut realisme sosialis adalah kaum musuh Revolusi.
Vsevolod Meyerhorld |
Meyerhold merupakan tokoh realisme sosialis yang berpendapat bahwa revolusi komunis dalam bidang politik dan ekonomi harus dilaksanakan dalam teater juga. Ada 3 prinsip Meyerhold yang menjadi dasar teaternya, yakni: Biomekanik melatih tubuh aktor dalam ballet dan gymnastik begitu rupa sehingga ia mampu menanggapi setiap kebutuhan sutradara, bahkan dalam gerakan-gerakan akrobatik seperti meloncat, jungkir balik, dan melayang dalam trapeze. Teatrikalisme mengajarkan bahwa teater adalah teater, ia bukan ilusi atau tiruan dalam kehidupan nyata. Teater adalah seni yang harus dibedakan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Penonton tidak boleh mengacaukan antara seni dan kenyataan.
Elemen-elemen teater, aktor, panggung dan sebagainya adalah suatu kesatuan utuh yang dipergunakan sutradara untuk menafsirkan kondisi masyarakatnya. Unsur ini yang dinamai Konstruktivisme. Pentas Meyerhold hanya berisi susunan level-level, palang-palang dan trapeze yang harus digunakan aktor secara efisien.
Vsevolod Meyerhold (1874-1842) mula-mula seorang aktor dalam group Stanilavsky. Ia banyak mencari cara-cara baru untuk mengembangkan realisme dalam Teater Seni Moscow, tapi kemudian meninggalkannya. Antara th 1905-1917 ia bersama kawan-kawannya banyak menggali kemungkinan menjadikan teater sebagai medium seni semata. Dalam banyak hal kegiatan Meyerhold segaris dengan gerakan seni abstrak dalam seni lukis pada masa itu.
Pemahaman bentuk teater sosial banyak diperdalam oleh seniman di Rusia melalui karya Vsevolod Meyerhold. Ide dasar teater sosial adalah bahwa teater sosial percaya bahwa kondisi manusia ditentukan oleh ekonomi dan politik. Seperti halnya naturalisme, teater sosial berusaha menyadarkan manusia pada perubahan nasibnya, dan keinginan untuk mengubahnya.
Meskipun teater sosial cenderung berpijak di atas tanah, namun mereka menolak gagasan naturalisme yang menitikberatkan pada objektivitas dan detail-detail fakta. Tujuan teater sosial adalah menghibur, mendidik sekaligus menggiring penonton untuk bertindak secara praksis di luar teater. (isi/pojokseni)
Baca dulu artikel sebelumnya dengan tajuk "Menuju Post Realis"
- Menuju Post Realis: Realisme, Batasan Post Realisme dan Teater Epik ala Brecth