Advertisement
Segitiga Eksposure |
pojokseni.com - Sebelumnya kita sudah membahas tentang Segitiga Eksposure di artikel “Pahami Segitiga Eksposure Sebagai Modal Dokumentasi Pementasan”. Apakah teman-teman semua sudah mempraktekkannya ? Apakah menemukan kesulitan ? Saya harap teman-teman semua sudah bisa mempraktekkannya dengan baik, kesulitan itulah jalan yang harus kita nikmati dalam berproses.
Tetapi, apakah teman-teman sudah melakukannya dengan tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal ? Gambar yang baik dapat diukur dari tingkat eksposurenya, apakah itu underexposure atau overexposure. Kedua hal tersebut tentu kita harus hindari untuk mendapatkan gambar yang baik. Kunci untuk menghindarinya yaitu dengan menyeimbangkan segitiga eksposure yang telah kita bahas.
Contoh Underexposed |
Agar mudah bagi teman-teman dalam menyeimbangkan segitiga eksposure, di sini kita menggambarkan sebuah lensa kamera sebagai sebuah keran air yang siap mengisi sebuah ember, ember merupakan penggambaran dari gambar yang akan kita hasilkan. Penggambaran ini sudah kita gunakan pada artikel sebelumnya dan akan kita perjelas lagi di artikel ini.
Keran Air dan Ember |
Aperture diibaratkan dengan besarnya pipa sebuah keran air, semakin besar pipanya maka akan semakin banyak debit air yang masuk, dan sebaliknya, dengan catatan waktu pengisian sama dengan pipa keran air yang kecil.
Selanjutnya Shutter Speed diibaratkan dengan lamanya waktu pengisian yang dibutuhkan untuk mengisi ember air, semakin sedikit waktu yang dihabiskan, maka semakin sedikit debit air yang masuk, dan sebaliknya, dengan catatan ukuran pipa keran air sama.
ISO Speed sendiri diibaratkan dengan batu yang kita masukkan ke dalam ember, semakin banyak batu yang kita masukkan, maka semakin sedikit air yang kita perlukan untuk memenuhi ember tersebut, dan sebaliknya. Tetapi berat ember tidak akan sama dengan ember yang seutuhnya diisi penuh dengan air, di sanalah letak kelemahan penggunaan ISO Speed yang tinggi. Semakin besar angka ISO Speed maka akan timbul grain atau noise berupa bintik-bintik kecil pada gambar.
Jadi, bagaimana cara mengisi sebuah ember dengan ukuran tertentu agar kita dapat mengisinya dengan air yang pas dengan volume yang dibutuhkan oleh ember tersebut ?
Analogi Segitiga Eksposure |
Ada beberapa cara agar kita bisa mengisi ember tersebut agar air tidak tumpah, atau air tidak terlalu sedikit pada ember, misalnya kita perlu menggunakan keran dengan pipa besar, atau mengurangi waktu keran air terbuka atau bahkan menambahkan lebih banyak batu ke dalam ember. Sudah mulai terbayang ? Pada penerapannya, menyeimbangkan antara pipa keran air, lama waktu pengisian dan jumlah batu sama dengan halnya kita menyeimbangkan segitiga eksposure.
Mari kita kembali ke elemen segitiga eksposure. Aperture mempengaruhi ruang atau area ketajaman pada sebuah gambar. Shutter Speed juga berperan dalam ketajaman foto, tetapi dalam hal gerakan objek yang ditangkap ataupun kamera yang bergerak pada saat nilai Shutter Speed semakin tinggi. ISO Speed mungkin bisa jadi penyeimbang di antara Aperture dan Shutter Speed, tetapi terlalu banyak ISO akan berakibat pada menurunnya kualitas foto atau video, biasanya ini menjadi pilihan orang awam ketika kita menangkap gambar dalam kondisi indoor atau dalam ruangan dengan minim pencahayaan.
Perhatikan gambar berikut !
Segitiga Eksposure |
Gunakan ilustrasi di atas untuk membuat keputusan dalam menyeimbangkan segitiga eksposure agar eksposure yang sama dapat bertahan. Intinya, ketika eksposure dinaikkan satu elemen yang digambarkan dengan panah kuning, maka Anda perlu untuk menurunkan salah satu atau bahkan kedua elemen lainnya yang digambarkan dengan panah hitam. Sebagai contoh, eksposure dengan bukaan 1/25” pada f/16 ISO 100 memiliki kesetaraan dengan eksposure dengan bukaan 1/400” pada f/2.8 ISO 100. Mengapa bisa begitu ? Karena Shutter Speed dikurangi sejumlah 4 stop yang berakibat pada cahaya yang ditangkap menjadi sedikit sehingga Aperture harus dinaikkan 4 stop agar cahaya yang masuk menjadi lebih banyak, sehingga segitiga eksposure akan menjadi seimbang dan gambar akan menjadi maksimal.
Lalu apa perbedaan dari kedua kombinasi pengaturan di atas ?
Pada dasarnya hasil foto menggambarkan fotografer itu sendiri, apa hasil yang ingin dicapainya, apakah dengan kombinasi pertama yang menghasilkan gambar tajam atau dengan kombinasi kedua yang menghasilkan gambar dengan depth of field besar atau background dari objek foto menjadi blur atau buram ?
Sebenarnya kamera dapat melakukan ini dalam mode Aperture Priority, Shutter Priority dan Program, pada kamera DSLR ataupun Mirrorless. Mengenai mode-mode ini akan dijelaskan di artikel berikutnya, karena penggunaan tiap mode berbeda sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu kita harus memahami terlebih dahulu segitiga eksposure sebagai dasar, agar kita dapat menangkap gambar dengan mode apapun dan dalam kondisi apapun.
Fotografer |
Banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan sebelum menangkap sebuah foto, apalagi dalam sebuah pementasan tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang. Hal yang perlu Anda lakukan hanyalah mencoba, ambil kamera Anda dan keluarlah. Ketika Anda dapat menguasai menangkap objek pada kondisi terang, maka Anda harus beralih ke kondisi yang agak gelap atau bahkan Anda ingin belajar menangkap objek yang disoroti lampu di atas panggung. Teman-teman harus memperbanyak jam terbang agar terbiasa dengan semua kondisi yang dihadapi dan dapat menghasilkan gambar yang bagus dan maksimal. Datangi setiap event pementasan yang ada dan tangkap momen pementasan tersebut.
Tetap semangat dalam berkarya, jangan pernah lelah untuk belajar. (smc/pojokseni)