Advertisement
pojokseni.com - Sejak zaman dahulu orang memerlukan suatu bentuk fisik untuk melakukan transaksi, mulai dari barter, alat pembayaran berupa logam ataupun emas hingga uang, tujuannya adalah agar transaksi mereka dapat berjalan lancar karena dengan adanya fisik yang dipertukarkan maka mereka percaya atas transaksi tersebut. Tetapi zaman sekarang, orang malah ingin “menghilangkan uang”, apakah itu suatu kemajuan? Atau sebuah kemunduran?
Di zaman digital ini, para penduduk terutama generasi muda sudah berpikiran lebih inovatif. Salah satunya yaitu uang. Perlahan, orang-orang mulai “menghilangkan uang”, mereka tak ingin ada uang fisik di dompet mereka karena beberapa alasan, misalnya mereka risih karena dompet terlalu tebal untuk masuk kantong, atau bahkan mereka malu membuka dompet yang mengeluarkan bunyi aduan koin.
Tak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah ‘memaksa’ Bank Indonesia (BI) untuk bergerak melakukan terobosan baru dalam hal bertransaksi. Jika tidak berani menerobos, maka kita akan tenggelam dalam arus negara-negara lain.
Terobosan itu melahirkan Uang Elektronik atau bisa disebut E-Money, bahkan sejak 14 Agustus 2014 Bank Indonesia melakukan GNNT (Gerakan Nasional Non Tunai) yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan uang fisik dalam bertransaksi untuk mencapai kemudahan bertransaksi. Bentuk non-tunai sendiri beragam, ada E-Money, Kartu Debet, Kartu Kredit, dan sebagainya. Dengan kehadiran terobosan tersebut, perlahan pola konsumsi masyarakat berubah.
Tetapi, apa akibat dari pola konsumsi masyarakat yang berubah?
Sebuah studi dari MasterCard mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat di segala kelas meningkat dengan sistem cashless ini dan peningkatannya mencapai 30%. Tetapi apakah itu kesalahan manusia sepenuhnya?
Tentu tidak, karena memang secara psikologis, orang-orang akan lebih mudah mengeluarkan uang yang tak ada fisiknya atau non-tunai daripada mengeluarkan uang tunai, karena mereka merasa tidak mengeluarkan uang dan tidak ada hal yang terjadi. Tapi apa yang terjadi di balik itu?
Studi lainnya dari American Psychological Association mengungkapkan bahwa ada kaitan erat antara konsumsi dan pembayaran, dimana pembayaran tersebut akan menyebabkan suatu rasa penyesalan. Tetapi, rasa penyesalan akan berkurang ketika konsumsi tersebut dilakukan secara non-tunai. Faktanya, otak kita akan dengan mudah mengingat pengeluaran tunai ketimbang non-tunai.
Studi dari seorang professor marketing dari salah satu universitas di Kansas, Amerika Serikat mengungkapkan, dalam pembayaran tunai orang-orang fokus terhadap biaya yang dikeluarkan. Sedangkan, transaksi nontunai menyebabkan orang-orang berfokus terhadap nilai dan manfaat barang tersebut.
Apa yang perlu direnungi dari ini semua?
Boros itu buruk, tetapi konsumsi tidak. Konsumsi menyebabkan uang berputar, uang yang terus berputar akan menghidupkan ekonomi suatu negara, itu sudah kita ketahui semua. Kita tidak bisa menyalahkan sistem non-tunai, karena pada dasarnya, keadaan psikologi kita yang mempengaruhi itu semua. Kita mesti lebih cermat dan lebih bijak menyikapinya.
Jadi, apa yang seharusnya kita lakukan untuk membantu kita bertahan hidup di tengah kondisi seperti ini? Simak tips berikut :
Tips Bijak Menggunakan Uang Digital
Tentukan Target Pengeluaran Anda Selama Sebulan
Hidup itu harus punya target dan tujuan, jika tidak maka kita akan berjalan tanpa arah. Sebagaimana pengeluaran, jika Anda tidak tahu biaya hidup anda selama sebulan, maka Anda tidak bisa mengontrol biaya hidup Anda yang akan berujung penyesalan.
Kartu Kredit Bukan Uang Tambahan
Kebanyakan orang menganggap kartu kredit merupakan uang tambahan yang mereka peroleh, misalnya kartu kredit dengan limit Rp10 juta rupiah, mereka akan beranggapan bahwa mereka memiliki uang Rp10 juta rupiah yang nyatanya itu bukan uang mereka.
Kesalahpahaman ini terbangun karena kartu kredit dianggap kartu untuk membayar utang, padahal kartu kredit merupakan alat pembayaran. Jika Anda memang gemar berhutang untuk mencapai tujuan Anda, maka tanpa kartu kreditpun Anda akan bangkrut. Jadi bijaklah dalam menggunakan kartu kredit.
Bayar Tagihan Kartu Kredit Tepat Waktu
Dalam menggunakan kartu kredit, pastikan Anda membayar secara penuh saat tagihan sudah sampai. Jika Anda menggunakan cicilan, pastikan Anda memang sudah menyiapkan budget untuk hal tersebut. Membayar tagihan setengah-setengah bahkan minimum dapat membuat kondisi keuangan Anda menjadi berantakan.
Utamakan Bertransaksi Menggunakan Kartu Debet
Ketika Anda menggunakan kartu debet sebagai alat pembayaran, Anda sedikit lebih sadar akan pengeluaran. Gunakan kartu debet secara maksimal hingga mencapai limit biaya hidup bulanan Anda. Jika dikira sudah mencapai batas, maka sebaiknya Anda menyudahi shopping time Anda.
Memisahkan Rekening Pengeluaran Dan Tabungan
Bila Anda memiliki 2 rekening bank atau bahkan lebih, maka seharusnya ini merupakan keuntungan untuk anda. Sebut saja itu rekening “A” dan “B”. Caranya yaitu Anda harus menentukan mana rekening yang akan dijadikan rekening pengeluaran dan tabungan. Misalkan “A” merupakan rekening pengeluaran Anda, itu berarti rekening “A” merupakan biaya hidup Anda selama sebulan dengan syarat Anda hanya boleh mengeluarkan uang dari rekening “A”.
Rekening “B” sebagai rekening tabungan berarti rekening “B” merupakan uang yang tetap Anda simpan di dalam rekening, dan bila perlu jangan membuat Kartu ATM untuk rekening “B” agar Anda tidak terpengaruh untuk mengeluarkan uang dari rekening “B”.
Batasi Fasilitas Rekening Tabungan
Rekening “B” tadi sebaiknya jangan difasilitasi dengan kemudahan seperti Internet Banking, Mobile Banking dan sejenisnya agar Anda tidak tergoda untuk membayar menggunakan rekening “B”. Tetapi, Anda boleh memfasilitasi rekening “A” dengan Internet Banking, Mobile Banking dan sejenisnya untuk membantu Anda dalam bertransaksi.
Disiplin Dan Bijak Dalam Bertransaksi
Semua tips di atas tidaklah berjalan lancar apabila Anda tidak disiplin terhadap kondisi keuangan Anda sendiri. Anda sendirilah yang mengerti bagaimana kondisi keuangan Anda, berapa pengeluaran Anda selama sebulan dan berapa yang harus Anda tabung selama sebulan karena tentunya kita memiliki cita-cita yang harus kita capai bukan? Jadi bijaklah dalam bertransaksi non-tunai.
Apakah Anda termasuk orang yang menggunakan transaksi non-tunai dan kurang dapat mengatur keuangan Anda? Sepertinya kita sama.
Tidak ada yang salah dari transaksi non-tunai, karena semuanya tergantung pada diri kita sendiri dalam mengelola keuangan kita. Mulai dari sekarang, perlahan kita harus bergerak menuju Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang digagas oleh Bank Indonesia.
Mari bijak dalam bertransaksi dan bantu Bank Indonesia mewujudkan Gerakan Nasional Non Tunai. (smc/pojokseni)
Ekonomi Digital #Ecodigi