Catatan Rudolf Puspa: Desember 2018 -->
close
Pojok Seni
30 December 2018, 12/30/2018 01:25:00 AM WIB
Terbaru 2018-12-29T18:25:00Z
Artikel

Catatan Rudolf Puspa: Desember 2018

Advertisement

Minggu pertama bulan Desember berlangsung Kongres Kebudayaan yang diadakan oleh Direktorat Jendral (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di Jakarta. Sebuah acara kongres yang tidak biasa dalam perhelatannya. Selain penyampaian pemikiran seperti biasa lewat pembacaan makalah, maka yang ramai adalah pengisian acara-acara pemanggungan karya seni. Ada peserta kongres yang memang diundang dan ada juga yang datang atas kemauan sendiri dan mendaftar tapi banyak yang datang secara langsung. Kongres diakhiri dengan penyampaian resolusi yang diterima langsung oleh presiden Jokowi sambil menutup kongres.

Keesokannya presiden mengundang seniman budayawan ke istana dan mendengar apa yang ingin disampaikan. Presiden langsung menyetujui mulai tahun depan memberi dana abadi Rp 50 trilyun dan akan terus bertambah tiap tahun. Tinggal bagaimana para pekerja kebudayaan mengaturnya.

Kabar yang membanggakan muncul ketika presiden mengumumkan telah ditanda tangani kesepakatan dengan Freeport mengenai tuntutan 51% saham masuk ke Indonesia. Inalum ditunjuk menjadi pembeli saham dan yang akan memimpin Freeport ke depan mulai 2021-2041. Terlalu panjang penjelasannya kenapa masih belum bisa mengoperasikan sepenuhnya oleh kita sendiri. Banyak sekali aturan-aturan yang ditanda tangani oleh pemerintahan Suharto yang sangat sulit untuk ditolak begitu saja.

Ini sebuah pertambangan yang paling mahal di dunia investasinya. Peralatannya sangat mahal yang jika kita nasionalisasi maka peralatan akan dibawa mereka semua dan kita belum mampu memulai dari nol. Marilah kta hargai usaha para menteri dan jajarannya yang memeras otak beberapa tahun ini hingga berhasil mencapai saham 51%. Yang dilawan bukan anak kemarin sore dalam berbisnis.

Jalan tol Jakarta hingga Surabaya tersambung dan 7 ruas terakhir diresmikan presiden sehingga pada libur Natal dan Tahun baru sudah bisa dilewati. Bahkan sampai awal Januari 2019 digratiskan.Sebuah hasil kerja nyata dalam empat tahun ini bisa kembali kita saksikan dan nikmati. Terutama bagi yang sering bepergian entah tugas atau memang suka traveling tentu akan bisa banyak cerita.

Bandara di Morowali Sulawesi Tengah di resmikan Jokowi Presiden pun menghadiri Natalan di Tanah Toraja yang tentu membuat masyarakat Toraja bahagia menikmati suasana Natal ini.

Di tengah kegembiraan kegembiraan ini di Banten Selatan hingga Lampung menerima terjangan Tsunami yang tak terprediksi sebelumnya, hingga memakan korban hingga hari ini 402 meninggal, ratusan yang luka dan ribuan bangunan rusak berat bahkan banyak yang rata dengan tanah. Kejadian ini membuka tabir-tabir yang selama ini tertutup seperti hilangnya buoy yakni alat untuk memberikan sinyal awal air laut bergerak yang akan menimbulkan tsunami; ternyata ada yang rusak dan juga hilang. Tahun 2012 sudah tak berfungsi lagi.

Alat pendeteksi yang mahal harganya dan kini raib kenapa tidak dilaporkan dan dibeli lagi? Panjang pasti ceritanya dan lebih baik ambil keputusan beli yang baru walau mahal. Terbongkar juga bahwa ada Undang-undang tata ruang yang ditabrak dan sudah puluhan tahun berjalan. Ada aturan yang menyebutkan bahwa boleh mambangun di jarak 100m dari puncak air pasang laut tertinggi. Tentu jadi panjang urusannya karena tentu ijin membangun vila ada yang memberikan yang tentu pejabat pemerintahan untuk urusan tersebut. Kalau rakyat nelayan tentu saja nggak tahu dan nggak pernah ditegur sehingga tenang saja bangun gubuk yang kini tersapu air laut Tsunami.

Tsunami kali ini tidak didahului dengan gempa sehingga orang-orang yang sedang wisata di pantai terkejut dan tak sempat lari dari pantai atau villa. Tidak mudah lari cepat dikejar Tsunami yang berlari kecepatannya 200-300 km per jam dan tinggi gelombangnya 4 m. Selanjutnya baru diketahui bahwa gunung anak Krakatau ternyata longsor hingga 64 hektare yang masuk ke laut dan menabrak lempengan bawah laut dan menimbulkan getaran dahsyat yang menjadikan tsunami. Erupsi anak Krakatau hingga kini masih terus terjadi dan BMKG memberikan pengumuman agar menjauh 3,5 km dari gunung tersebut.

Peneliti dari Amerika beberapa tahun lalu memberitahukan bahwa tahun 2015 hingga 2080 anak Krakatau akan berbuat sesuatu yang aneh-aneh. Celakanya alat pendeteksi kegiatan anak Krakatau yang ada di sekeliling gunung tersebut sudah rusak dan hilang. Bagaimana perawatannya bisa terjadi hal buruk begitu kalau mengingat gunung Krakatau tahun 1883 meletus maka ratusan ribu yang tersapu dan mati hingga pulau Sumatera dan Jawa terpisah. Kapal bisa terlempar sampai Thailand. Gempa terasa hingga Amerika latin. Kita lupa atau memang tak pernah belajar dari sejarah.

Natal datang dan keadaan aman tenteram. Tak terdengar khotbah di masjid yang mengharamkan umat Islam mengucapkan salam Natal. Maka melalui medsos, televisi ucapan Natal bermunculan tanpa pandang dari agamanya. Hal yang tercerahkan ini tentu merupakan hasil kerja keras Kementerian Agama di bawah pimpinan presiden. Kapan dan bagaimana operasi senyapnya tentu kita tak mengerti, namun yang pasti kita menikmati hasil yang bagus. Damai dan teroris yang tahun lalu sebar bom bunuh diri di beberapa gereja maka tahun ini tak terjadi. Tak ada ormas yang sweeping karyawan mall pakai topi Natal atau tidak.

Semua belanja ke mall, ke pasar tradisional dan tak bertanya yang jual agamanya apa, pabriknya yang punya agamanya apa, hasil olahannya dibuat oleh tukang masak yang tak ditanya agamanya apa. Makan di restoran entah pizza, bakmi, capcai, Kentucky, Macdonald, Starbucks, mana ada yang ingat itu bikinan dari negeri kapitalis, Amerika, Yahudi (Israel), Korea, Jepang, Tiongkok. Dan jarang dengar orang cari makanan yang dari Arab. Yang memotong ayam, sapi, bebek tak ditanya agamanya apa dan seterusnya. Naik bis, mobil pribadi, naik pesawat terbang, kapal, kereta api, pakai HP, komputer, nggak tanya apa itu bikinan negeri muslim atau Kristen atau Yahudi, Korea dsb.

Dan yang paling membuatku bahagia dan bangga bahwa Teater Keliling yang telah kami bangun 44 tahun yang kini berada di tangan generasi kedua sebagai penerusnya bulan ini berhasil mencanangkan untuk memulai produksi terbaru untuk tahun kerja 2019. Ini merupakan hadiah bulan Desember 2018 yang sangat berharga bagi hidupku, hidup istri dan kedua anakku serta satu cucuku yang pada 26 Desember genap berusia 5 tahun.

Marilah buang kebiasaan buruk yakni suka tebar berita bohong. Mari melatih diri menjadi manusia yang positif thingking dan menjadi bangsa yang optimis. Dan yang paling utama adalah mampu menjadi anak bangsa yang hidup dalam kekuatan keberagaman kita yang memang itulah takdir bangsa Indonesia.

Merdeka.

Rudolf Puspa
Jakarta 28 Desember 2018.

Ads