Advertisement
pojokseni.com - Menjahit Kertas adalah kumpulan memori pertunjukan karya dan sutradara Anwari sejak bergiat bersama Padepokan Seni Madura di tahun 2014. Pertunjukan-pertunjukan yang diambil acak ini masih membawa tema besar yaitu sejarah perjalanan tubuh manusia-manusia Madura. Periode dalam pembacaan sejarah perjalanan tubuh di sini adalah dari diri sendiri, kehidupan lelaki-lelaki Madura yang memecah batu, hingga penggunaan ragam bahasa Madura dalam interaksi sehari-hari.
Pada bagian sejarah tubuh Madura membaca dirinya sendiri di sini berfokus pada bagaimana manusia Madura memandang diri dan lingkungan sekitarnya.
Ia lahir sebagai anak desa, tumbuh di tanah desa, berkembang di desa, mati pun di desa. Desa tetaplah desa tak akan berubah walau banyak tafsir dari kota, siklus desa ke desa. Obrolannya khas anak desa, pemikirannya khas anak desa, tak perlu didistorsi berlebihan dalam berwacana. Sederhan, santun, apa adanya, ceplas ceplos. Maka pertunjukan ini dapat dikatakan dari anak desanya, untuk desanya, dan demi desanya. Karakteriatik anak desa di sini hadir dengan gaya berakting klasik dalam seni pertunjukan Madura.
Pada bagian selanjutnya yaitu penggunaan ragam bahasa Madura dalam interaksi sehari-hari. Bahasa Madura sendiri memiliki keunikan dari bahasa-bahasa lain, terutama dari segi intonasinya. Bahkan orang sering berkelakar menggunakan intonasi bahasa Madura yang dilebih-lebihkan. Namun lebih dari itu sebenarnya bahasa Madura memiliki ragam yang sangat menarik dilihat dari penggunaan bahasa klasiknya, yang masih ditulis di kitab-kitab kuno atau digunakan dalam mamaca (tembang tradisi Madura). Ragam ini jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun mengisi ruang interaksi sosial dengan kehadirannya lewat mamaca. Ragam lainnya tentu adalah dialog sehari-hari yang digunakan di rumah, lingkungan sekitar rumah, pasar, hingga dalam perantauan yang memang menjadi kebiasaan manusia Madura. Ragam-ragam tersebut akan digunakan sebagai bagian penting pertunjukan seperti pola-pola gerak tubuh yang juga cukup penting di pertunjukan ini.
Beberapa peristiwa di atas dirangkai dan dihadirkan dalam sebuah garis lurus yaitu perjumpaan tubuh Madura dengan sejarah diri, lingkungan, dan perubahan dari luar.
Pertunjukan ini diproduseri oleh Elyda K. Rara. Para pemainnya adalah Moh. Irwan Sudarmaji, Samsudin, Sisriyadi, Maulinda Agustini, Hariyanto, dan Anton, yang keseluruhannya berlatar belakang pemain musik tong tong. Sedangkan artistiknya adalah H. Abdul Aziz, M. Syafi’i, dan Hermanto.
"Pertunjukan yang dipersembahkan oleh Padepokan Seni Madura ini akan digelar perdana pada Senin, 22 Oktober 2018 di Singkong Art Space (Sumenep, Madura), dan akan berlanjut ke Pesta Raya Sintesa (Jakarta), Teater Syahid UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta), dan beberapa kota di Indonesia," ungkap produser, Elyda K Rara pada Pojokseni.com. (ai/pojokseni)